25 : Kebersamaan

27 3 0
                                    

Sore tadi, semua anggota keluarganya sudah pulang, baik orang tua Sandra maupun Arnes. Sudah dua hari mereka di sini, mengisi rumah Arnes agar selalu ramai dan menemani Sandra juga agar tidak kesepian, sekalian membantu Arnes agar tidak repot ketika mengurus Sandra yang masih lemas belum bisa apa-apa.

Namun hari ini, Sandra merasa tubuhnya sangat membaik. Sampai bisa mempersiapkan hadiah kepada orang tuanya yang kembali pulang ke Aceh.

Pesan orang tuanya jelas Sandra ingat, segala masalah yang telah terlewati, Sandra harus banyak-banyak belajar dan tidak mengulangi dengan kesalahan yang sama. Tetap satu tujuan, niat yang kuat, dan rasa ikhlas yang besar. Sandra harus selalu ingat itu.

"Arnes liat, muka kamu lucu." Sandra menunjukkan kepada Arnes yang berada di balkon kamar.

"Lucu?" Handphone Sandra digeser ke depannya. Arnes dapat melihat jelas bahwa di Vidio itu, ekspresi Arnes seperti menahan kesal kepada Sania.

"Itu kamu kenapa sih? perasaan Sania cuman nanya-nanya doang kok." Sandra fokus melihat handphone nya lagi, dan tertawa kembali.

"Pertanyaan nya agak nyeleneh, coba kamu denger sendiri." Arnes mendekat, menyentuh layar handphone Sandra untuk memundurkan menit video nya.

"Kak Arnes kerjanya di mana sih?"

"Kak, kakak waktu itu sempat gak mau nikah kan karena waktu itu–"

"Kak Arnes gimana sih caranya kerja?"

"Trik jitu dong gimana caranya jadi kak Sandra yang bisa dapetin kak Arnes?"

"Kamu sempet gak mau nikah!" pekik Sandra, sejenak menghentikan Vidio itu.

"Bukan gitu," keluh Arnes.

"Ya terus?"

"Waktu itu masih SMP. Gak tahu gak mau aja, setelah ngeliat temen sebangku nangis karena mamahnya nikah lagi. Aneh ya, tapi emang gitu." Ceritanya sendiri juga, Arnes merasa bingung kepada dirinya sendiri.

"Oh, gitu. Pertanyaan buat kamu banyak banget, loh. Aku tonton semua, ah." Ketika hendak kembali ke dalam, Sandra ditahan oleh Arnes.

"Di sini aja." Tubuh Sandra di tarik ke depan dekat pembatas balkon kamar.

Tubuh Arnes merengkuh tubuh Sandra di dekapannya sampai tak ada jalan untuk keluar selain di depannya. Arnes menyandarkan kepalanya di pundak Sandra, kedua tangannya memegang pembatas balkon.

"Nontonnya udah dulu," ucap Arnes. Sandra menurut begitu saja karena keadaan yang membuatnya sedikit terkejut.

Kedua tangan Arnes berpindah memeluk Sandra dari belakang, melingkarkan tangannya di perut Sandra.

"Sandra, terima kasih."

"Buat apa?" Sandra yang bingung bertanya. Tatapannya lurus ke depan.

"Karena kamu, udah nerima aku di sini, dan mengizinkan aku untuk mencintai kamu," jawab Arnes.

"Gak perlu makasih, emang seharusnya kamu aku terima sejak awal."

Arnes tersenyum mendengarnya. "Kamu ..., cinta sama aku, kan?" Sekali lagi, Arnes ingin memastikan.

"Cinta."

Tubuh Sandra membalik, berhadapan dengan Arnes dengan jarak yang sangat dekat.

"Oh iya, aku penasaran. Kamu cinta sama aku waktu kapan?" Seingat Sandra, semua berjalan begitu saja tanpa ada pendekatan yang serius.

"Harus di jawab, ya ... ." Arnes merasa berat untuk menjawabnya.

"Iya dong!"

"Eum ..., waktu ... ." Arnes menggantungkan kalimatnya yang Sandra ingin sekali dengar.

I'm With You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang