<< 01 >>

1.2K 74 0
                                    

"Agghhrr" erangan kesakitan itu kembali terdengar setelah sekian lama tidak terasa. "Sial" umpat seorang gadis sembari berjalan tertatih menuju nakas mejanya.

Ia meraih sebotol obat dan kemudian meminum obat itu, "Penyakit sialan" umpatnya setelah beberapa detik rasa sakit itu mulai mereda dan menghilang sempurna.

Gadis itu kembali berjalan menuju meja belajarnya, jari jemarinya kembali menari di atas keyboard laptop miliknya. Ia hanya ingin mengetahui, penyakit apa yang saat ini ia alami. Bahkan semua dokter pun menyerah menangani masalah penyakitnya dan hanya menyarankan sebuah obat pereda nyeri.

Helaan nafas gusar itu terdengar, lagi, hasilnya nihil. Seberusaha apapun ia tetap saja tidak membuahkan hasil. Ia kemudian mematikan layar laptop itu dan kembali berjalan ditengah ruangan yang gelap gulita itu. Tidak ada penerangan sedikitpun, hanya kegelapan. Selama belasan hidupnya, ia sudah terbiasa dengan gelap, karena itu adalah kunci untuknya bertahan hidup.

Gadis itu mulai membaringkan tubuhnya diatas kasur yang empuk, apartemen dengan harga terjangkau, itulah tempat yang sekarang dihuni oleh gadis itu. Pikirannya menerawang jauh sembari menatap lekat langit-langit apartemen itu.

Tak terasa, cairan bening itu luruh begitu saja tanpa izin sang pemilik, "kok hidup gue gini amat, ya?" Lirih ya pelan, tapi tersirat rasa sakit yang teramat luar biasa.

Drrtt drrtt

Deringan ponsel itu berbunyi, memaparkan cahaya yang berasal dari benda pipih milik gadis itu. Ia kemudian melihat siapa pelaku yang tengah mengganggunya, disitu terlihat jelas nama 'Afra' yang menelpon nya. Afra adalah salah satu teman fakultasnya yang berada ditengah kota Jakarta.

Dengan malas gadis itu mengangkat panggilan dari Afra, "Hmm?" Hanya deheman yang keluar dari mulut gadis itu sebagai pertanda mulainya sebuah percakapan.

"Eh, Cry, Lo udah tau belum? Tadi pihak univ nemu satu mayat lagi di hutan xxx, katanya mahasiswa itu lagi melakukan penelitian."

Gadis dengan nama Cry, atau lebih tepatnya Crystal itu terlonjak kaget. Pasal nya ini bukan yang pertama kali ditemukan mayat di hutan tersebut, tapi kesekian kalinya. Crystal juga sempat meneliti akan kematian para siswa yang berada di universitas mereka itu. Menurut argumen Crystal sendiri, mereka yang melakukan penelitian di hutan tersebut selalu pulang tak bernyawa tepat disetiap gerhana bulan sebagian yang membentuk seperti bulan sabit. Itupun selalu terjadi setiap 90 hari sekali. Sungguh aneh menurut Crystal.

Tapi ini tidak bisa menjadi point' utama untuk dirinya berpendapat, karena sebagain besar penduduk kota Jakarta tidak percaya akan hal mitos itu. Ya, mitos yang mengatakan bahwa akan ada muncul srigala pemangsa untuk memakan korbannya disetiap gerhana bulan sebagian.

Crystal tidak sembarang berimajinasi atau berhalusinasi tentang hadir nya sosok srigala itu, ia selalu membaca buku sejarah dari banyaknya belahan jiwa di dunia. Dan sebagian dari mereka mengatakan bahwa hal itu benar, karena diri mereka sendiri pernah merasakannya.

"Eh Cry, kok gue dikacangin sih?"

Suara Afra membuyarkan lamunannya. Gadis cerewet itu selalu saja mengusik pikiran Crystal.

"Nanti aja deh Fra, gue lagi gak mau bahas teori ginian. Dah ya, gue tutup"

"Tapi--"

Sebelum menyelesaikan ucapannya, Crystal lebih dulu menutup panggilan itu. Ia kemudian bergegas menuju meja belajarnya kembali, ia menghidupkan penerang untuk belajar dan membuka sebuah buku yang ia dapatkan di toko buku lama.

Tangannya tak henti-henti membolak-balikan halaman demi halaman kertas itu, matanya terus bergerak mencari serangkaian kata yang ia yakini itu adalah jawaban atas apa yang menimpa para mahasiswa yang tak bersalah itu.

Tepat. Crystal menemukannya.

"Aku pernah bertemu dengan mereka, tepat diatas kepalaku, bulan sudah sempurna berubah menjadi sabit karena terjadinya gerhana bulan setengah. Bukan itu yang aku takutkan, tapi lolongan dan erangan yang aku dengar. Disekelilingku dipenuhi dengan srigala, mata mereka berwarna merah, mereka menatapku seakan aku adalah santapan terempuk bagi mereka. Aku hanya bisa lari dan pasrah ketika tubuhku akan di cabik-cabik, aku juga hanya bisa berdoa. Entah kenapa aku teringat akan dongeng yang selalu nenekku bacakan sebelum aku tidur. 'Tomasoltabalcu' entah apa maknanya tapi setelah aku menyebut itu, aku seakan tertarik dan gerhana bulan sudah lewat. Aku melihat sekeliling, ternyata aku sudah berada hampir dipinggir kota, ya, aku selamat."

Crystal menutup buku itu, sekarang dibenaknya terdapat sebuah kalimat yang mungkin dapat melindungi seseorang yang akan berkelana kehutan tersebut. Tomasoltabalcu.




Hallo, gimana ceritanya untuk part ini? Gak asik ya? Gak seru ya? Gak nyambung ya? Huhu saya tau itu, karena membuat cerita fantasi tak semudah yang dibayangkan.

Jangan lupa follow, vote dan komen yah, xixi.

MY MATE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang