Langit yang tadinya cerah kini berubah menjadi lebih gelap karena sekumpulan awan abu yang menutupi matahari.
Membuat pencahayaan ruangan Ave menjadi lebih gelap.
Cukup membuat suasana ruangan Ave terasa mencekam serta ditambah kecanggungan.
Ave hanya terdiam dengan kepalan tangan nya sudah terkepal kuat.
"Suruh asisten mu ini keluar, mengganggu sekali"
"Jim, keluar"
Jim sedikit membungkuk memberi hormat dan barulah ia meninggalkan ruangan.
"saya akan langsung keinti nya saja, saya tidak melakukan apa-apa saat itu, hanya berbincang dan tiba-tiba saja kekasih ibu mu yang melanjutkan hingga Stevanny tewas"
"dan Menjauh dari meja itu"
Ave segera berjalan ke arah samping kiri nya dan menjaga jarak dengan meja kerja nya.
Abinawa kini yang mendekat ke arah meja besar berbentuk persegi panjang.
"Mulai besok saya yang akan kembali memimpin disini"
Ave langsung menatap Abinawa cepat.
Sedangkan yang di tatap hanya sibuk membuka Halaman-halaman berkas yang masih berada di atas meja.
"Saham saya disini masih lebih besar satu persen Ave"
Helaan nafas keluar dari mulut wanita itu.
"Sampai kapan?"
"Pilih saja,saya yang mengurus perusahaan ini dan kamu yang mengurus wanita itu atau sebaliknya, saya tunggu jawaban nya besok pada waktu yang sama" Ucap Abinawa.
percakapan penting itu teralih begitu saja.
*-*
Sepanjang perjalanan Ave tidak ada henti nya menghela nafas panjang.
Hingga ia mau tak mau harus menepikan mobil nya.
Ia langsung menyalakan lampu hazard dan segera keluar dari dalam mobil.
Wanita itu kemudian langsung menarik nafas panjang dan bersandar pada mobil nya.
"Bagaimana si pak tua itu tau?!" gumam nya sembari menggaruk kepala nya kesal.
Ave merogoh saku nya dan mengeluarkan ponsel nya.
Ia langsung menekan nomor yang tersematkan.
'Jim, perketat keamanan Kiran sekarang!!'
Selesai menyampaikan inti pada panggilan, Ave kembali masuk ke dalam mobil dan langsung menuju rumah nya.
Begitu mobil nya terparkir di halaman rumah nya, dahi wanita itu langsung mengerut saat melihat beberapa penjaga nya tumbang.
Ave langsung berlari masuk ke dalam rumah nya dan kembali menemukan para penjaga nya serta dua orang asing yang ikut tumbang bersimbah darah.
Ia mengambil senjata semi otomatis yang tergeletak pada lantai.
Kemudian dengan langkah lebar ia menuju kamar nya.
Ave langsung memasang posisi siaga nya begitu melihat pintu kamar terbuka.
Namun begitu melihat sekelompok penyergap telah tumbang dan Kiran yang tengah terduduk di lantai dengan nafas terengah, Ave menurunkan senjata nya.
"Bisakah kamu membawakan aku segelas air? Aku haus"
Ave mengangguk lalu menuju sudut kamar nya dan mengisi gelas dengan air mineral.
Ia membawa nya kepada Kiran dan gadis itu langsung meminum nya hingga tandas.
"Terima kasih"
Namun setelah nya Gadis itu langsung kehilangan kesadaran nya.
*-*
"Kiran sebelum nya mengalami demam,jadi kami memutuskan Kiran akan menjalani rawat inap untuk malam ini, kami akan kembali melihat kondisi nya besok pagi dan akan di putuskan dia bisa pulang atau masih membutuhkan penanganan langsung"
"Saya permisi dulu, kabari kami jika terjadi sesuatu"
Ave hanya mengangguk mendengar penjelasan dokter kemudian ia masuk ke dalam ruang rawat Kiran.
Dan terlihat Kiran yang tengah menonton televisi.
"Udah ketemu siapa pelaku nya?"
Ave menatap Kiran dengan lekat, menyadari nya, Gadis itu terkekeh.
"Kayak nya kamu udah tau siapa aku"
"Ya begitulah, aku juga sudah tau apa motif mu masuk ke dalam rumah bordil, kamu terlalu konyol dan bodoh untuk seukuran pemimpin kelompok mafia"
"Aku juga tidak begitu saja mengambil seseorang dari rumah bordil, Semua informasi mu saya cari dan dengan mudah di dapatkan Kiran" sambung nya.
Kiran hanya diam, menyembunyikan fakta bahwa dialah sendiri yang memberikan nya secara cuma-cuma kepada Ave.
Hanya saja Tidak semua...
"Aku hanya bosan, kau tau kan, hidup ku ini tidak lama lagi"
"Maksudnya?"
"Kau belum tahu? Kalau begitu nanti kuberi tahu"
"Kapan?"
"Kapan-kapan"
Ave hanya terdiam kemudian menghela nafas.
"Lukamu masih terasa sakit?"
"Sedikit"
Hingga sebuah ketukan pada pintu mengalihkan perhatian keduanya.
"Masuk" Ucap Kiran.
Pintu ruangan terbuka dan nampak lah seorang pria yang sudah berumur memberi salam nya.
"Ada apa Freed?"
"Maaf jika menganggu waktu nona, saya hanya ingin memberikan informasi mengenai penyerangan Nona"
"Letakkan saja di atas meja Freed, Terima kasih dan juga semoga Jim cepat pulih"
"Begitu juga dengan anda Nona, Terima kasih"
Freed meninggalkan ruangan barulah Ave mengambil amplop coklat besar di atas meja.
"Aku sedikit terkejut saat mengetahui Jim anak dari Freed, rencana mu ini tertata sekali ya Nona Kiran" ucap Ave sembari membuka amplop tersebut.
Kiran hanya tersenyum.
Ave kemudian membaca satu persatu dari banyak nya lembaran kertas.
"Informasi kamu dan aku hanya berbeda sedikit di bagian latar belakang hidup serta berapa bayaran mereka, tapi itu tidak terlalu penting"
"Ingin membaca nya?" lanjut Ave.
"Tidak, aku tidak ingin membaca nya sekarang"
Ave kembali memasukkan lembaran kertas itu ke dalam amplop nya.
"Ave mungkin setelah aku keluar dari rumah sakit, aku harus pergi dulu untuk beberapa hari"
"Tidak"
"Aku akan pulang ke rumah mu setelah selesai, aku janji"
"Oke, but I have an exception"
"What's that?"
"Fuck with me setelah kamu sembuh"
Kiran memutar mata nya.
"Maaf, tapi syarat mu akan ku tolak mentah-mentah"
"Kalau begitu kamu tetap ku larang"
"Aku punya sesuatu yang lebih menarik dari sex Ave"
Ave hanya mengangkat sebelah alis nya.
"satu hal yang kamu tidak ketahui"