Part 9

327 27 22
                                    

Disini Doyoung berada. Di rumah sakit kota Busan terdekat yang kebetulan paman Jihoon bekerja disini. Doyoung menatap wajah pucat Junkyu. Ia mengelus lembut punggung tangan Junkyu. Sosok kakak tersayangnya kini terbaring lemah di brankar rumah sakit. Junkyu terbaring dengan masker oksigen, infus, dan ada beberapa alat lagi yang menempel pada tubuhnya. Juga bunyi alat monitor yang terdengar nyaring, disana bisa di lihat bahwa detak jantung Junkyu normal, tapi kondisinya tidak.

Junkyu mengalami demam tinggi. Di perjalanan tadi, tubuh Junkyu terus mengejang, bahkan Junkyu mengalami sesak nafas. Kang Uisa memberikan pertolongan pertama di mobil dengan alat seadanya. Sampai tiba di rumah sakit. Ternyata asam lambung Junkyu kambuh. Apa Junkyu jarang makan? Kalau iya, kenapa member lain tak mengatakan hal itu padanya? Astaga..

Ceklek.

Pintu terbuka, menampilkan sosok pria humoris pemilik wajah yang bisa membuat Doyoung sedikit tenang. Jaehyuk. Bagi Doyoung, wajah Jaehyuk ini sangat adem kalau di lihat.

"Doy, cepat makan dulu, yang lain menunggu di kantin" ujar Jaehyuk.

"Tapi Hyeong"

"Doy. Junkyu ada aku yang menjaga. Hey, kau percaya kan kalau Junkyu akan segera bangun?"

Doyoung mengangguk lesu.

"Nah, maka dari itu. Dobby harus makan, kalau tidak. Nanti Hyeong nya Dobby akan sakit. Okay?"

Lagi dan lagi Doyoung mengangguk.

"Nee"

Doyoung berlari kecil keluar dari ruangan itu dan menyusul yang lain untuk makan siang. Padahal niat mereka liburan, tapi malah berujung di rumah sakit. Cepat sembuh uri Junkyu~

•••

Ini sudah sore. Semua member terlihat ketiduran saat menjaga Junkyu. Ada yang di sofa, di brankar Junkyu. Dan ada juga yang di lantai. Sosok namja pucat itu menggerakkan jarinya. Perlahan, matanya terbuka namun tidak terlalu lebar. Junkyu mengerjap-ngerjap kan matanya, menyesuaikan cahaya yang menelisik masuk ke kelopak matanya. Setelah pandangannya normal, Junkyu melirik ke samping kanan dan kiri.

"Eugh" lenguhnya, saat merasakan sebuah benda tajam tertancap di punggung tangannya.

Merasa terusik dalam tidurnya, Doyoung terbangun. Ia menetralkan pandangannya.

"Eoh? Hyeong! Kau sudah sadar?" Tanya Doyoung penuh semangat sambil menekan tombol merah di samping brankar Junkyu.

Yang lain terganggu akibat kehebohan Doyoung langsung terbangun. Mereka langsung menghampiri brankar Junkyu. Setelahnya, Kang Uisa datang dengan seorang perawat di sampingnya. Junkyu tengah di periksa sekarang.

"Bagaimana Uisa?" Tanya Haruto.

"Cukup membaik. Junkyu, jangan lupa makan ya, suster tersebut sudah menyiapkan bubur. Di habiskan ya? Ini bukan masalah lapar atau tidak, tapi asam lambung mu naik, kau kambuh. Jadi, harap habiskan nee?" Tutur Kang Uisa.

Junkyu mengangguk.

"Nee, gumawo."

"Gwenchana."

Setelah kang Uisa pergi. Hyunsuk langsung mengambil semangkuk bubur yang sudah disediakan perawat tadi.

"Cha! Ayo makan! Pesawat akan terbang wiuuuuu~" ujar Hyunsuk sambil menyodorkan satu sendok bubur.

Junkyu membuka mulutnya dan memasukan bubur tersebut ke dalam mulutnya.

"Hyeong, akwu kwan bukwan anak kecwil lagi" kesalnya.

"Telan dulu Kyu, baru ngomong" ucap Yedam.

Junkyu mengangguk. Ia menelan buburnya. Yang lain hanya tertawa gemas. Junkyu mempoutkan bibirnya. Kenapa? Karena kesal dirinya terus di perlakukan selayaknya bayi! Astaga. Menyebalkan.

My Great Brother || KyuDo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang