Ini sudah malam. Belum terlalu malam si, baru pukul 7 malam. Kini para member berkumpul di ruang tengah. Hyunsuk yang menyuruh mereka berkumpul bersama. Semuanya sudah kumpul, tinggal menunggu Hyunsuk datang. Kecuali Junkyu.
Hyunsuk datang bersama Doyoung. Agaknya member agak terkejut karena melihat kondisi Doyoung yang bisa di bilang tidak baik baik saja. Mata sembab, pipi dan hidung merah, rambut yang lepek, serta perban di kepala yang terlihat sudah basah dan harus di ganti. Jihoon berjalan menuju dapur dan kembali dengan kotak P3K.
Hyunsuk mengajak Doyoung duduk di antara Asahi dan Jaehyuk. Sedangkan Jihoon kini sudah berjongkok menyamakan tingginya dengan Doyoung yang sedang duduk. Jihoon perlahan meraih perban yang ada di kepala Doyoung. Membukanya secara perlahan. Setelah terbuka, bisa dilihat luka sobek Doyoung malah membiru. Juga.
Robeknya semakin lebar.
"Kenapa luka robeknya semakin lebar? Tadi siang perasaan hanya sedikit?" Tanya Jeongwoo heran.
"Apa tidak sebaiknya ke rumah sakit Hyeong?" Tanya Junghwan memberi saran.
Mereka diam dan saling pandang. Hingga sautan Doyoung membuat lamunan mereka buyar.
"Aniya, aku tidak perlu kesana. Ini hanya luka biasa kok. Ayo Hyeong, ganti saja perbannya tak apa kok" jawab Doyoung.
Sebenarnya, Doyoung sendiri ragu. Kenapa? Tanpa para member ketahui, Doyoung terus meringis dan menangis karena lukanya semakin sakit saat member tidak ada di dorm. Dulu, saat Doyoung belum menjadi idol. Setiap Doyoung sakit atau terjatuh, pasti Junkyu selalu siap sedia mengobatinya. Bahkan bisa sampai membawa Doyoung ke rumah sakit saking khawatirnya. Tapi sekarang? Hyeongnya bisa di katakan sedang tidak baik baik saja. Jiwanya bukan jiwa Hyeongnya.
Jihoon hanya mengangguk lalu mulai mengoleskan obat merah ke area luka di kening Doyoung. Doyoung memejamkan matanya. Ia sangat ingin meringis dan menangis sekarang. Lukanya sangat perih. Tapi ia harus menahannya karena tidak mungkin membebankan para Hyeongnya.
"Sshhh.."
Akhirnya rintisan Doyoung berhasil lolos. Jihoon berhenti memutarkan perban itu ke kepala Doyoung. Sejenak, ia menatap lekat manik Doyoung yang masih tertutup. Mungkin merasa-rasakan sakit yang ia rasakan saat ini? Pasti sangat perih.
"Sakit ya?" Tanya Jihoon lembut. Ia mengusak Surai Doyoung.
Merasa tak ada jawaban dari Doyoung, Jihoon kembali melilitkan perban itu di area kening Doyoung. Setelah selesai, Doyoung mengecup sayang puncak kepala Doyoung.
"Dobby buka matanya hey" titah Jihoon.
Astaga. Jihoon benar benar sudah seperti ayahnya saja!
Doyoung membuka matanya. Ternyata benar. Anak itu menangis. Lihat saja, saat mata bulat itu terbuka, terlihat mata yang berair. Hidung yang merah. Oh astaga. KIM DOYOUNG!! KYAAAA KIYWOOOO!!
Lupakan.
"Sakit?" Tanya Junghwan.
Doyoung menggeleng.
"Aniya! Dobby kuat kok!" Serunya.
Setelah membaik. Mereka semua duduk di tempat masing masing. Tapi tidak dengan Doyoung. Anak itu sedang manja pada Hyeongnya. Buktinya sekarang Doyoung duduk di pangkuan Asahi si kulkas 1000 pintu itu, serta tubuh yang bersandar di dada bidang Asahi.
"Apa yang mau di bicarakan tadi Hyeong?" Tanya Haruto.
"Penting?" Tanya Mashiho.
"Menyangkut Junkyu? Kalo iya, cepat!" Titah Jaehyuk tak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Great Brother || KyuDo [END]
FanfictionBagaimana memiliki seorang kakak yang super perhatian dan selalu melindungi setiap waktu? Tentu! Itu menyenangkan. "Dobby memiliki mimpi sayang?" "Dobby ingin menjadi idol, Hyeong. Ingin terkenal seperti DK Hyeong dari ICON!"