✿happy reading✿
Senyapnya perpustakaan adalah suasana yang paling Hanabi sukai. Aroma buku-buku tua selalu menjadi salah satu hal favoritnya. Duduk berjam-jam di sudut perpustakaan sambil menyelami buku sejarah dan fantasi yang ia baca adalah hobinya. Kerapkali Hanabi disebut membosankan oleh teman-temannya karena hobinya berbeda dengan kebanyakan orang.
Di depan rak yang menjulang tinggi, wajah Hanabi menengadah, netranya tertuju pada salah satu buku yang menjadi incarannya saat ini. Kenyataan bahwa tinggi badannya hanya 155 centimeter membuat Hanabi kesulitan menggapai buku tersebut. meskipun kakinya sudah berjinjit, ia tetap tak bisa menjangkaunya. Hanabi terlalu malas mengambil tangga. Itu sebabnya, ia tak berhenti berusaha untuk meraih bukunya.
Secara mendadak, Hanabi dibuat menahan napas saat merasakan seseorang berdiri di belakang dan melihat sebuah tangan kekar yang lebih dulu mengambil buku tersebut tanpa upaya lebih. Sebab, tinggi badan orang itu jauh lebih tinggi dari tubuh Hanabi. Hanabi lekas memutar tubuhnya di saat buku incarannya sudah ada dalam genggaman laki-laki jangkung tersebut.
Laki-laki itu memperhatikan buku nonfiksi berjudul Sejarah Peradaban Kuno Empat Benua. Lalu, atensinya beralih pada Hanabi yang berdiri di depannya tanpa membuka suara.
"Buku ini yang mau kamu ambil?" tanyanya dengan senyum simpul seraya mengulurkan buku tersebut.
Hanabi sempat bengong sebentar, larut dalam bentuk wajah yang pahatannya nyaris sempurna. Kini Hanabi seolah tengah melihat tokoh fiksi yang muncul di dunia nyata. Matanya langsung mengerjap untuk kembali meraih kesadarannya.
"I-ya." Hanabi menerima buku tersebut dengan perasaan kikuk. "Ma-makasih."
Lidahnya seakan-akan terikat oleh sesuatu ketika berhadapan dengan laki-laki bermata sipit dengan alis tebal itu. Eksistensinya membuat Hanabi hilang kendali terhadap tubuhnya sendiri. Ia tak terbiasa berinteraksi dengan laki-laki tampan manapun. Sebab, tubuhnya selalu dilanda oleh rasa grogi yang berlebihan. Beda cerita jika Hanabi berhadapan dengan kedua saudara laki-lakinya.
Seperti sekarang ini, Hanabi menurunkan pandangannya dengan bola mata bergulir kesana-kemari. Hanabi bingung dengan aksi selanjutnya. Tak lagi berlama-lama dengan kebingungan yang diciptakan oleh dirinya sendiri, lantas Hanbi segera meninggalkan laki-laki tersebut tanpa berkata apapun lagi.
"Hanabi Nibiru?"
Panggilan itu menginterupsi kakinya untuk berhenti di jarak dua meter dari tempat laki-laki tersebut. Hanabi yakin tak pernah berkenalan dengan laki-laki itu, tapi kenapa ia tahu namanya? Tangan Hanabi yang memeluk bukunya mengerat sebelum berbalik dengan ragu. "Ya?" sahutnya dengan wajah polos.
"Name tag kamu jatuh." Laki-laki itu mengangkat tangannya, memperlihatkan benda kecil yang menjadi tempat ukiran nama lengkap Hanabi.
"Oh? I-iya. Itu punyaku." Hanabi terkekeh samar dan kaku, lebih mirip ringisan sebenarnya. Tak jarang rasa gugupnya itu menciptakan masalah-masalah kecil yang membuatnya terlihat konyol. Apa sih yang tadi ia pikirkan? Percaya diri sekali mengira bahwa laki-laki itu mengetahui namanya.
Hanabi tak perlu lagi menghampirinya karena laki-laki itu yang berinisiatif untuk mendekatinya.
"Namanya unik." Laki-laki itu menarik alisnya dengan gerakan kepala ringan.
Setelah meletakan name tag tersebut di tangan Hanabi, laki-laki itu kembali mengukir senyum tipis dan berlalu meninggalkan Hanabi. Hanabi melongo dengan pujian itu, sampai punggung lebar laki-laki –yang entah siapa namanya, tak terlihat lagi. Mendengar pujian perihal namanya dari orang asing adalah pengalaman baru bagi Hanabi, hal itu membuatnya merasa tak menapaki bumi lagi.
Hanabi meletakan tangan yang menjadi tempat name tag miliknya saat ini. Tangan dingin yang terkepal itu menyentuh dadanya yang terasa berdesir. Kemudian, ia menampar dirinya sendiri. "Sadar, Hanabi!"
Kaos putih yang dilapisi kemeja flanel, ransel hitam yang tersampir di bahu, serta senyum yang nyaris membenamkan matanya. Hanabi sangat ingat dengan sosok laki-laki yang baru saja berinteraksi dengannya. Laki-laki tersebut adalah definisi cowok fiksi yang seringkali Hanabi puja. Hanabi tak percaya sosok seperti itu ada di dunia nyata.
"Sadar, Hanabi! Lo kenapa sih?" pekiknya pelan.
✿to be continued✿
01 April 2023
syndrumy
KAMU SEDANG MEMBACA
Time On Wednesday
General Fiction"Jika kamu adalah sebuah buku, maka akan aku baca berulangkali tanpa pernah merasa bosan. Sebab, kamu adalah sejarah singkat yang indah dan melekat." -Hanabi Nibiru