♪ fearless - taylor swift ♪
✿happy reading✿
"Agi, kan, diajak sama keluarganya Andi, liburan ke Bali. Apa boleh, Bang Nata?"
Setelah ana-anu yang cukup lama, Agi pun menyampaikan permintaan izin pada sang tertua di rumah itu, alias Nataka. Sedangkan Nata sendiri tengah sibuk dengan macbook di pangkuannya, tapi telinganya mendengarkan perkataan sang adik.
Di tengah sibuknya dengan teman tercinta, yaitu alat tempurnya ketika mengerjakan tugas kuliah, Nata menyempatkan diri untuk menoleh pada Agi yang sedang memainkan tangannya sendiri. Bocah SMP itu duduk tak jauh dari Nata.
"Kapan?" Nata bertanya, lalu pandangannya kembali pada layar yang menyala.
"Hari Jum'at."
"Hari itu kamu sekolah. Masa absen sekolah cuma buat liburan."
"Absen sehari doang. Sabtu-minggu libur. Katanya disana cuma tiga hari, senin tanggal merah, jadi Agi pulangnya hari Senin." Agi memaparkan dengan raut wajah yang agak memelas, sedangkan matanya melirik Nata sedikit-sedikit.
"Yaudah, izin aja ke Mama atau Papa."
Agi memutar bola matanya sambil menghela napas panjang lewat mulut. "Agi gak berani."
"Ya terus?"
"Bang Nata aja yang bilangin. Tolong bantu rayu mereka, biar bisa izinin Agi ikut ke Bali."
Tanpa Nata, Agi dan Hanabi hanyalah anak yang tak punya banyak hal untuk memberanikan diri berbicara tentang apapun pada orang tua. Orang tua mereka tidak kejam dan bukan itu permasalahannya. Hanya saja, diperlukan berbagai alasan yang tepat untuk menjawab setiap pertanyaan yang akan diajukan oleh orang tua mereka di sesi 'minta izin'.
Sedikit cerita tentang kedua orang tua dari tiga bersaudara ; Mama dan Papa adalah orang yang amat disiplin dalam segi apapun terutama pendidikan. Perihal Agi yang hendak ikut ke Bali adalah sesuatu yang agak mencemaskan lantaran Agi masih anak di bawah umur, yang seharusnya ada wali sebagai penanggung jawab, apalagi Agi akan absen sekolah.
Lho, lalu bagaimana dengan keluarga Andi? Bukannya mereka akan bertanggung jawab dan menjadi wali Agi? Tentu saja mereka tidak akan percaya pada keluarga orang lain begitu saja, apalagi tempat liburannya cukup jauh.
Jalan keluar satu-satunya adalah Nataka Semesta. Laki-laki terpintar di antara dua saudaranya. Nataka yang cakap dalam berbicara seharusnya cukup untuk meyakinkan orang tua dalam meminta izin apapun, termasuk minta izin untuk pergi liburan.
"Yaudah, nanti aja. Aku kerjain tugas dulu," putus Nata.
"Pokoknya harus diizinin ya," tekan Agi.
"Tergantung." Nata mengedikkan bahunya. "Aku gak tahu apa-apa, keputusan ada di Mama sama Papa. Kalo misalkan nanti mereka bilang jangan ikut, ya jangan ikut."
Agi mendesah kecewa. "Yahhhh ... Bang Nata kok gitu?"
"Lah? Mama sama papa yang paling tahu, Gi. Kamu jangan bantah omongan mereka kalo semisal mereka larang kamu buat pergi." Nata melirik sebentar pada adiknya dengan sorot mata tajam.
Agi sontak menyentakkan tubuhnya sambil mencak-mencak. "Agi pengen banget ke Bali," rengeknya.
Nata tak mengacuhkan ocehan Agi yang tak menghentikan tingkahnya. Sang kakak sedang dalam mode yang tidak ramah, makanya berkata demikian. Sebab, tugas yang menumpuk membuat kepalanya hampir terbakar, ditambah lagi, Agi harus membebaninya dengan titip izin ke orang tua mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time On Wednesday
قصص عامة"Jika kamu adalah sebuah buku, maka akan aku baca berulangkali tanpa pernah merasa bosan. Sebab, kamu adalah sejarah singkat yang indah dan melekat." -Hanabi Nibiru