14 : feelings for u ...?

50 5 1
                                    

✿happy reading✿

Sepeda yang terus dikayuh, menghantarkan Hanabi ke rumah tanpa kesadaran yang utuh. Sebab, di dalam pikirannya terus menerus terngiang kalimat yang Alby lontarkan beberapa waktu lalu. Berkali-kali Hanabi mengusirnya, tapi suara tersebut selalu saja mengetuk gendang telinganya, dan seolah terulang dengan sengaja.

"Ya, karena pertemuan kita itu penting, makanya saya ingin membuatnya selalu berkesan."

Hanabi mendengus, berkesan dia bilang?

Lalu, sedetik kemudian Hanabi mendesah frustasi. Sejak turun dari sepeda Hanabi menghentak-hentakan kakinya dengan wajah yang memerah. Setiap kali kalimat itu terulang di kepalanya, pipinya pasti langsung bersemu. Namun, sedikitnya Hanabi selalu menyangkal pikirannya sendiri.

"Mungkin semua orang bagi Kak Alby itu penting, bukan cuma aku. Bisa aja dia emang selalu buat orang terkesan." Hanabi mengedikkan bahunya masa bodoh, padahal perasaannya masih campur aduk.

Setelah meletakan sepeda di garasi, Hanabi lekas masuk ke dalam rumah. Namun, bibirnya tak henti-hentinya menggumamkan satu kalimat yang dibuat seperti mantra untuk menenangkan hatinya.

"Jangan geer, Hanabi! Jangan geer, oke?"

"Nggak mungkin kamu sepenting itu buat kak Alby, kalian baru ketemu. Please, deh, jangan bawa pikiran kamu terlalu jauh."

Bersyukurlah Hanabi ketika hujan mereda beberapa waktu yang lalu. Meskipun rintik-rintik kecil masih enggan berhenti, bersamaan dengan Alby yang berkata demikian, Hanabi lekas undur diri dan pamit pulang duluan. Akan semakin malu jika Alby melihat semerah apa rona di wajahnya. Membayangkannya saja Hanabi serasa ingin tenggelam di palung mariana.

"Baru juga aku mau jemput, Nib. Kamu nggak kehujanan?"

Hanabi sempat terlonjak kaget saat sang kakak muncul tiba-tiba di ruang depan. Hal itu mengundang kerutan heran di kening Nata. Wajahnya semakin menampakan tanda tanya ketika melihat wajah Hanabi yang memerah.

"Kamu kenapa?" Nata kembali bertanya dengan topik yang berbeda dari sebelumnya.

Hanabi spontan menggeleng dengan jelas. "Gapapa." Lalu, ia bergegas pergi ke kamar melewati pria berambut sedikit gondrong dan acak-acakan tersebut.

Sementara itu, Nata memandang punggung ringkih Hanabi dengan mata yang menelisik dan menebak-nebak, apa yang membuat gelagat adiknya menjadi berbeda dari biasanya? Namun, pada akhirnya Nata memilih untuk tak acuh. Sebab, adiknya itu memang sudah aneh sejak dini. Jadi, tidak heran jika sewaktu-waktu Hanabi bersikap aneh.

Setiba di kamar, Hanabi meletakan barang bawaannya dengan asal lalu melihat ponselnya yang beberapa detik lalu terasa bergetar dalam saku training-nya. Satu pesan yang masuk membuat Hanabi memiliki pertimbangan untuk membalasnya lebih lama. Pengirim pesan tersebut adalah Alby.

Kak Alby : Udah sampai rumah?

Setelah menunggu dengan sabar selama lima menit lamanya, Hanabi akhirnya membuka aplikasi perpesanan di ponselnya. Kemudian membalas pesan dari Alby. Namun, siapa yang sangka Alby akan membalasnya dalam kurun waktu yang sangat singkat, alias Alby begitu fast-respon.

Hanabi : Udah kak

Kak Alby : Gak kehujanan, 'kan?

Hanabi : Nggak, kok

Kak Alby : Bagus kalo gitu. Saya sempet khawatir kamu kehujanan, tadi sisa-sisa hujannya masih turun

Hanabi : Santai aja kak, rumah aku deket kok

Time On WednesdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang