♪ my name is ... - lullaboy ♪
✿happy reading✿
"Hai? Kita ketemu lagi.'
Kalimat itu terucap dengan senyum yang sempat membuat Hanabi terpana –sekarang pun begitu. Mata sipit itu tenggelam di antara lengkungan manis bibirnya. Rambut yang sedikit basah itu dikibaskan ringan, kegiatannya itu malah membuat ketampannya menggila. Ya, ia adalah laki-laki yang pernah mengambilkan bukunya tempo hari. Mereka bertemu lagi untuk pertemuan kedua. Kali ini bukan kemeja flanel yang melapisi T-shirt putihnya, melainkan jaket jeans hitam.
Alih-alih membalas sapaan itu, Hanabi malah tersenyum dengan kaku. Ia menarik kembali jari telunjuk yang teracung tanpa sadar pada laki-laki itu. Hanabi hanya berkedip-kedip saat mengalihkan pandangannya kearah lain, tak kuasa jika harus bertemu pandang lebih lama. Sedangkan laki-laki itu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
"Mau permen?"
"Eh?"
Hanabi dibuat bingung oleh sebuah permen lolipop bentuk bunga matahari yang disodorkan kearahnya. Matanya melirik bergantian pada netra yang begitu hangat di depannya dan permen yang masih ada di tangan laki-laki itu.
Hanabi mengerutkan keningnya, tanda berpikir. Ia merasa dirinya bukan anak kecil. Lantas, atas dasar apa laki-laki itu memberinya permen tersebut? Lihatlah raut wajahnya sekarang! Hanabi begitu yakin wajah itu sudah pernah merayu hampir seluruh anak kecil di dunia. Dengan kata lain, beliau ini pandai berinteraksi dengan anak kecil.
Tangan yang pernah memegang permen itu bergerak ringan. "Gak suka permen, ya?"
Hanabi langsung mengambilnya sebelum raut wajah lembut itu berubah menjadi kecewa. "Suka. Aku suka."
Lagi. Laki-laki itu memberi sebuah senyuman yang begitu manis. Hanabi nyaris membuka mulutnya lama jika saja tidak lekas sadar dari sihir laki-laki itu. "Ma-makasih."
"Sama-sama."
"Oh ya, kalau boleh tau-."
"BY!!! AYO, BURUAN!"
Perkataaan Hanabi yang hampir berani mengembangkan topik itu tertelan oleh suara teriakan yang tiba-tiba muncul. Teriakan itu berasal dari mobil yang berhenti di depan perpustakaan. Laki-laki itu menoleh karena merasa terpanggil. Lalu, pandangannya kembali pada Hanabi.
"Kalau kita ketemu lagi, kita berarti jodoh," ucapnya diakhiri kekehan tipis. "See you."
Belum sempat Hanabi menjawab, laki-laki itu sudah berlari memasuki mobil Jeep hitam. Embusan napasnya lolos begitu saja saat mobil Jeep tersebut sudah sangat jauh dari rentang penglihatannya. Hanabi hendak bertanya perihal nama laki-laki permen itu, namun laki-laki yang berteriak dari dalam mobil tadi menggagalkan rencananya.
"By?" Hanabi bergumam dengan tebakan-tebakan dalam kepalanya. "Pasti itu akhiran namanya."
Cukup lama Hanabi berteduh, tapi hujan tak kunjung berhenti, malah semakin deras membasahi kota. Matahari tampaknya sudah bergulir di balik awan yang mendungnya begitu pekat. Hanabi tak sama sekali mengeluh perihal hujan yang enggan mereda, ia malah keasyikan dengan rintik-rintiknya yang bersenandung mesra. Jika saja Hanabi tak memiliki rasa malu, mungkin ia akan menari di bawah hujan bersama rintik yang bernada itu.
Di tengah gemerisiknya suara hujan, Hanabi masih bisa mendengar dering ponselnya yang mengalun halus. Lantas, ia mengambil alat komunikasi itu dari saku rok dan menerima panggilannya. "Hallo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Time On Wednesday
General Fiction"Jika kamu adalah sebuah buku, maka akan aku baca berulangkali tanpa pernah merasa bosan. Sebab, kamu adalah sejarah singkat yang indah dan melekat." -Hanabi Nibiru