09 : i'll always give it to you

49 4 1
                                    

♪ i wanna be yours - arctic monkeys ♪
✿happy reading✿

Hari masih siang, tapi awan di atas sana seolah tengah bersiap untuk menumpahkan isinya. Sore ini pasti hujan lagi, begitu pikir Alby yang sedang berdiri di parkiran. Ia tengah menunggu seorang teman, Haga. Tak perlu waktu yang lama, temannya itu datang bersama dengan seorang laki-laki yang Alby ketahui adalah teman sekelasnya, lalu mereka berpisah saat masuk ke area parkir.

"Lo pergi dulu ke toko kue?" tanya Haga saat sudah berhadapan dengan seorang Alby.

"As always," jawabnya simple.

"Oke, deh. Sekalian gue pergi ke kampusnya Abin buat jemput dia." Lalu, Haga mengajak Alby untuk masuk ke dalam mobilnya.

Abin dengan nama lengkap Bintang Amora adalah seorang perempuan yang telah berteman dengan Haga sejak kecil. Siang ini, mereka memiliki janji temu. Karena telah lama tak berjumpa, Haga berinisiatif menjemput Abin di kampusnya yang kebetulan melewati toko kue, tujuan Alby sekarang.

Mobil Jeep yang Haga kendarai sampai ke tempat yang Alby tuju dalam waktu kurang lebih 10 menit. Alby tak lekas turun saat mobil telah menepi di pinggir jalan. Ia malah memberikan ponsel pintarnya pada Haga. "Gue titip ini, Ga."

Haga melirik benda itu dengan raut tanda tanya di wajahnya. "Ngapain lo titip ke gue?"

"Nanti kalo gue telepon, tugas lo cuman jawab 'iya'."

"Hah?" Haga makin bingung, tapi tetap menerima benda tipis tersebut. Sebelah tangannya menggaruk kepala sambil berkata, "Gue gak mudeng, By."

"Gue pergi dulu." Alby keluar dari mobil tanpa memberikan penjelasan apapun, kemudian ia bilang, "Nanti jemput gue seperti biasa." Lalu, pintu mobil tertutup dan menyisakan ekspresi heran di wajah Haga.

"Tau 'lah! Bisa gila gue kalo ikutin jalan pikiran dia."

Setelah melihat punggung Alby telah memasuki sebuah gedung kecil bernama Heavenly's Cake, Haga kembali melanjutkan perjalanan untuk sampai pada tujuannya.

Alby disambut hangat oleh seorang wanita berumur 40 tahunan ketika memasuki area belakang atau kitchen set. Wanita hangat tersebut adalah bundanya, sang pemilik toko kue ini. Disana terdapat tiga orang pegawai, dua mengolah kue, dan satunya lagi sebagai waitress di depan.

Setiap pekannya, Alby selalu mengunjungi toko kue milik sang bunda yang telah berdiri hampir 10 tahun lamanya. Berawal dari bundanya yang iseng belajar cara membuat kue, hingga kue tersebut banyak peminat, pada akhirnya berdirilah sebuah gedung kecil yang suasananya begitu homey.

Alby menyukai kue-kue manis buatan sang bunda. Di sela-sela kesibukannya, Alby meluangkan waktu untuk membantu bundanya di toko tersebut. Sebenarnya, keluarga mereka tak kekurangan sama sekali. Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, Alby tak perlu ikut banting tulang untuk mencari nafkah. Lalu, toko kue ini pun hanyalah sebagian dari pengisi kebosanan bundanya yang hanya menjadi ibu rumah tangga.

"Kamu udah makan, sayang?" tanya sang bunda.

"Udah, Bunda. Abis kelas, tadi Alby makan di kantin kampus bareng Jasta." Alby menjawab dengan apron yang sudah melekat di tubuh kekarnya. Ia berdiri di samping sang bunda yang tengah menata kue tart berukuran sebesar badan bayi. "Mana yang bisa Alby bantu?"

"Tolong lapisi kue ini dengan cream putih ya, By?" Bundanya menunjuk kue bulat yang masih polos. "Bunda mau buat dulu macaron untuk May."

"Iya, Bun."

Selama tiga jam Alby menghabiskan waktu dengan teliti menyusun hiasan demi hiasan untuk kue pesanan customer. Pekerjaannya belum selesai, tapi waktunya untuk berada di sana telah habis, karena sore ini adalah jadwal latihan band bersama teman-temannya. Terdengar bunyi kretekan samar saat Alby merenggangkan ototnya yang nyaris kebas.

Time On WednesdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang