part 11

313 30 1
                                    

"Dimana raka layang kusuma, bunda"

"Rakamu sudah tiada nak, kau merindukanya ya?"

"Tidak bunda, aku begini krn raka, bunda dimana dia"

"Sudahlah putraku, kau jangan memikirkannya, mungkin saja dia orang yang salah, mungkin saja kan dia orang lain yang menyamar menjadi rakamu dan klu benar dia rakamu bagaimana bisa dia menyerangmu"

"Tapi aku lihat tanda lahirnya dan tanda bekas lukanya bunda" kian santang bersih kekeh menyebut ciri-ciri layang kusuma

"Sudahlah putraku, tanda lahir dan bekas luka mungkin orang itu mempunyainya, janganlah beranggapan jika rakamu masih hidup, apa kau tidak tau jika kita semua menguburkannya"

"Iya juga bunda, huft aku sangat menyanyangi raka layang kusuma, kenapa dia meninggalkan kita untuk selama-lamanya bunda"

"Entahlah putraku, ibunda juga menyanyangi dia tapi bagaimana? Ini sudah tadi dari allah"

"Iya bunda, sekarang kita harus banyak berdoa agar raka layang kusuma tenang"

"Iya putraku"

"Arghhh"

"Kenapa putraku?"

"Aku bercanda bunda, hahahaha"

"Kau ini, nanti jika benar bagaimana?" Bentak subang larang

"Maaf bunda, aku tak bermaksud"

"Hahahaah, kau ini ada-ada saja, di tipu oleh bundamu ini saja kau sudah panik"

"Leluconnya tidak lucu bunda!!!" Ngambek kian santang

"Hahahaha, memang ada apa dengan pikiranmu nak?"

"Aku ingin raka layang kusuma hidup kembali, apakah tidak bisa?"

"Putraku, rakamu sudah mati, orang mati tidak akan hidup kembali kecuali atas izin allah"

"Iya bunda, aku mengerti" jawab kian santang dengan sedih

"Kenapa aku bertemu dengan raka layang kusuma? Padahal aku sangat yakin dia bertemu dengannya, aku ngerasa dia seperti dendam kepadaku, apa yang sedang terjadi ini" batin kian santang

Subang larang menyadarkan kian santang yang sedang melamun itu "putraku"

"Ah iya bunda, ada apa?"

"Kenapa kau melamun?"

"Tidak ada bunda"

"Apa kau sakit nak?"

"Tidak"

"Lalu apa yang membuat pikiranmu seperti ini?"

"Raka layang kusuma bunda"

"Sudah lah putraku, dia pasti bukan rakamu layang kusuma, dia orang lain putraku"

"Iya bunda"

kisah keluarga padjajaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang