pert 33-34

233 29 0
                                    

Abikara dan kian santang sebentar lagi sudah sampai di istana padjajaran, tiba-tiba saja yudakara dan sandang lawe datang menghadang mereka dengan penyamaran

"Siapa kalian!" Bentak abikara

"Jangan banyak tanya, mari kita adu siapa yang paling kuat disini!"

"Rai, kau lawan dia"

"Iya raka"

Kian santang langsung melawan yudakara, namun entah kenapa dadanya sakit sekali yang membuat yudakara bisa mengalahkannya dengan mudah

"Rai!" Cemas abikara, ia langsung menghentikan pertarungannya kemudian ia langsung berlari kearah kian santang sebelum kian santang terjatuh

"Raka" lirih kian santang

"Rai, bertahanlah aku akan membawamu ke padjajaran rai"

"Raka, aku sudah tidak kuat, raka sakit sekali"

"Rai, aku mohon bertahanlah, sebentar saja kita sudah sampai"

"Aku benar-benar tidak kuat raka, arghhh ya allah" lirih kian santang

"Kalian harus membayar atas semua ini!" Abikara menatap tajam mereka berdua

"Gawat rai, abikara sudah marah, mari kita kabur"

"Ya raka, mari"

Mereka berduapun kabur

__________

Subang ralang yang sedang berjalan di lorong istana merasakan bahwa kian santang terluka "astagfirullah aladzim putraku kian santang, kenapa dia ya allah, semoga engkau menjaganya aminn"

"Ibunda, ada apa?" Tanya banyak catra yang kebetulan lewat di lorong istana

"Tidak apa-apa putraku"

"Apakah bolehkah aku mengantar ibunda ke kamar bunda?"

"Ah tidak nak, ibunda ingin ke taman istana saja"

"Baiklah bunda, aku pamit dulu, assalamualikum"

"Walaikum salam"

____________

Abikara membawa kian santang ke tabib terdekat, sesampainya di rumah tabib abikara langsung membaringkan tubuh kian santang

Tabibpun memeriksanya, walaupun abikara juga ahli di bidang itu

"Bagaimana tabib?"

"Sepertinya ada penyakit yang dia derita sejak kecil kisanak"

"Jagat dewa batara"

"Klu boleh aku tau, kisanak yang terluka ini siapa? Mengapa penyakit ini tidak membuat kisanak ini tiada sejak dahulu?"

"Dia raden kian santang paman, dia adikku"

"Raden kian santang? Lalu kau raden abikara itu?"

"Ya paman"

"Hormat kami raden, maafkan kelancangan paman"

"Iya paman, aku mengerti, lalu apakah raiku bisa sembuh?"

"Akupun tidak tau raden, penyakit yang dia derita selama ini membuat aku bingung obatnya apa"

"Jagat dewa batara, kapan rai kian santang bisa sadarkan diri?"

"Kemungkinan raden kian santang akan sadar setengah jam lagi"

"Oh syukurlah dewata yang agung"

_______________

"Sial, kenapa aku tak bisa mengalahkan abikara, dia terlalu susah di kalahkan"

"Ya raka, tapi kenapa kian santang bisa kalah dariku? Apakah aku sudah sakti"

"Kau sudah sakti rai" puji sandang lawe

"Oh begitukah? Aku sangat senang raka"

"Iya rai"

"Bagaimana dengan penyerangan kalian?"

"Hanya kian santang yang terluka ayahanda"

"Bagus putraku"

"Iya ayahanda"

________________

Setelah setengah jam, kian santang sadar

"Raka" lirih kian santang

Kian santang mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya namun tak bisa

"Jangan bangun rai, raka akan merawatmu sementara disini"

"Terimakasih raka tapi aku ingin pulang"

"Rai, beristirahat sebentar disini"

"Yaudah raka, aku menurut denganmu saja"

"Minumlah ini rai"

"Obat?"

"Ya rai, tapi ini tidak pahit kok, coba saja"

Kian santang meminum obat-obatan yang di kasih oleh abikara, ternyata rasanya manis

"Ini sangat aku suka raka, rasanya sangat enak sekali"

"Iya rai, tidurlah hingga raka membangunkanmu"

"Iya raka"

____________

Subang larang menyuruh beberapa prajurit untuk menyusuri kampung padjajaran, siapa tau kian santang ada disana

"Dinda, tenanglah pasti putra kita kian santang baik-baik saja"

"Dinda tak tenang jika mereka tidak balik kanda, pasti ada sesuatu terjadi kepada putra kita"

Prabu mengangkat tangan subang larang (di pegang) "dinda, jangan terlalu khawatir dengan mereka, kanda yakin mereka akan baik-baik saja"

"Iya kanda"

Hari sudah malam, kian santang dan abikara juga belum pulang (sudah 7 hari mereka tidak pulang-pulang sedangkan padjajaran sudah di kirimin surat peperangan antara kerajaan gandura lawan padjajaran)

Lanjutnya

"Serang!!" Titah yudakara kepada pasukannya

"Serang mereka" titah gagak nampar

Peperangan terjadi dengan begitu besar

__________

Kian santang dan abikara baru saja pulang, ia sangat terkejut ketika mendengar subang ralang bilang padjajaran tengah berperang 

"Bunda, aku harus kesana"

"Rai, kau sedang terluka, jangan paksakan dirimu"

"Raka, aku harus membela keluargaku"

"Putraku, ibunda tidak mengizinkan kalian pergi"

"Tapi bunda, aku ingin sekali pergi berperang, aku pamit dulu assalamualikum" ia akhirnya pergi dengan pakaian biasanya untuk melawan pasukan musuh

"Walaikum salam" subang ralang sangat bersedih krn putranya sendiri acuh dengan perkataannya

"Bunda, aku izin pergi berperang ya, ibunda tidak usah khawatir denganku, aku mohon pamit sampurasun"

"Rampes"

"Ya allah, tolong kau lindungi keluargaku yang berada di medan pertempuran dan juga prajurit yang mengikutinya" doa subang ralang

Info : part 39 lumayan lama, gak ada ide banget ni, abangku lagi sakit jadinya ya gitu deh hehe, oh ya jan lupa baca cerita yang lainnya (btw kian santang itu lumayan seru banget loh, udah ada 5 bab tapi author baru update 2 bab)

kisah keluarga padjajaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang