18 🔹 Happy day

446 55 11
                                    

"Bersama kalian benar-benar menjadi hal paling indah.
Min'a ... aku nggak akan menyerah, aku akan berjuang bahkan sampai titik terakhir."

.
.

🎶 _ Last Beat _ 🎶

Jika sembuh adalah hal yang terlalu muluk-muluk, Riku hanya berharap Tuhan mau memberikan waktu lebih lama untuk bersama teman-temannya.

Tidak banyak harapan yang dipanjatkan. Itu cukup seperti ini selama beberapa waktu. Seandainya hidup-pun akan terasa sulit, semoga Tuhan mau mewujudkan satu keinginan terakhir sebelum kematiannya.

Yah, itu hanya ketakutan yang tumbuh di dalam hatinya, karena masa depan akan selalu menjadi rahasia. Mungkin saja, Tuhan akan memberinya waktu lebih lama dari yang Nanase Riku mau.

Tidak ada yang tahu.

"Waaaa ... Tamakiiii ... pelan-pelan dong, tiketnya jatuh semua."

Ratusan tiket yang tergenggam longgar di tangan itu jauh berserakan di atas tanah. Salahkan tamaki yang berhenti secara mendadak. Riku yang tidak sempat menjaga jarak-pun terpaksa nubruk.

"Rikkun, diskon ousama puding, ayo beli," kata tamaki sambil menatap seberang jalan dengan penuh binar.

Riku mendengkus pelan, sempat mengusap dada karena efek terkejut. Manja sekali organ dalamnya sekarang, terkejut saja sudah membuatnya sesak. Dirasakan sudah baik-baik saja, Nanase Riku dengan cepat membereskan tiketnya. Berdiri, dan ikut menatap seberang jalan.

"Pulang nanti yah, kita beli. Bagiin ini dulu ke masyarakat."

Tamaki menoleh, memandang tiket di tangannya dan Riku lalu menghela napas. Benar juga, mereka harus membagikan ini.

"Ayo Tamaki, Manager dan lainnya pastu udah nunggu," kata Riku, mengayun cepat ke arah taman dimana mereka mwndirikan pos kecil untuk menjual tiket.

Keinginan mereka, menjual tiket konser sendiri. Alasannya supaya lebih bisa berbaur dengan penggemarnya. Cara seperti itu juga bisa meningkatkan popularitas, 'kan?

"Ha'i-ha'i." Setelah mengiyakan, Tamaki menyusul Riku yang berjalan lebih dulu. Sempat melirik ke toko puding yang tadi.

'Sabar-sabar, nanti pulang beli.'

Gumamnya dalam hati.

Sesampainya di taman, Riku langsung menghampiri Iori yang tengah menghitung tiket. Mereka perlu memastikan bahwa tiket itu genap 5 rb. Iya 5 ribu, dan Iori menghitungnya sendiri, sudah hampir selesai setelah satu setengah jam menghitung. Hebat!

"Ioriii," sapa Riku.

Iori menepis pelan tangan Riku yang mendarat di pundaknya. "Jangan ganggu dulu, Nanase-san. Nanti bisa salah."

Mendengarnya membuat Riku mengerucutkan bibir, ia lantas menengok untuk melihat sekeliling. Terlihat keberadaan Mitsuki, Nagi, Yamato, dan Sougo tengah sibuk dengan para penggemar yang ingin membeli tiket mereka. Jangan lupakan juga dengan sesi foto-foto yang sepertinya tidak akan berakhir.

Sementara Tamaki? Dia lagi memberi makan puding pada kucing di bawah pohon di tengah-tengah taman.

Sejak kapan seekor kucing makan puding?

Riku menghela napas, kemudian beranjak meninggalkan Iori. Lelaki berambut raven itu melirik sebentar sebelum akhirnya kembali fokus pada hitungan.

"Hello Riku, can you help me? Aku butuh bantuan di sini desu." Nagi melambai dari tempatnya, senyum maskulin di wajahnya ikut mengembang.

Last Beat-IDOLiSH7 fanfiction (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang