بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِHappy Reading 🌷
"Tidak boleh berbicara seperti itu, Zaya. Kamu tidak harus malu. Untuk apa malu? Saya memaklumi kamu, saya tidak akan marah jika kamu masih ada di tahap belajar, saya justru ingin setia menunggu kamu sampai bisa melakukan segalanya yang kamu inginkan."
-Muhammad Abdul Izyan Al-Maliki
🌷🌷🌷
Izyan keluar dari kamar mandi, dirinya sudah memakai kaos hitam polos serta celana sebatas lutut.
Azzaya mengambil dahulu pakaiannya yang ia taruh di dalam lemari, kemudian masuk ke kamar mandi.
Izyan melirik jam yang melingkar di tangannya, ia melirik pintu kamar mandi yang tak kunjung terbuka. Setengah jam Azzaya berada di kamar mandi. Sedangkan Izyan kini sudah siap memakai sarung dan baju koko, tak lupa juga peci hitam yang dipakai laki-laki itu.
20 menit kemudian Azzaya keluar dengan stelan tunik dan celana, juga kerudung langsungan.
"Udah adzan belum Bang-- eh, Mas?" tanya Azzaya.
"5 menit lagi," jawab Izyan.
Segera saja Azzaya menggelar sajadah untuknya dan Izyan. Lalu gadis itu memakai mukena yang masih baru, mukena yang Izyan berikan sebagai mahar untuknya.
Allahu Akbar
Allahu AkbarKetika adzan audah berkumandang, mereka segera bersiap melaksanakan sholat berjamaah. Izyan sekarang sudah memilik makmum di dalam hidupnya, sedangkan Azzaya sudah memiliki imam di dalam hidupnya.
Setelah diakhiri dengan salam keduanya mengangkat tangan seraya berdoa dalam hati. Selesai berdoa, Azzaya maju sedikit dan meraih tangan suaminya untuk ia cium. Dengan cepat Izyan juga mencium kening Azzaya sebelum gadis itu beranjak.
"Bang Izyan-- maaf, maksud Azza, Mas Izyan mau di masakin apa? Mas belum makan siang, kan?" tanya Azzaya setelah selesai melipat mukena dan sajadahnya.
Azzaya harus berusaha menjadi istri yang baik untuk Izyan meski dirinya belum mencintai laki-laki itu.
"Gak perlu Zay. Kamu harus istirahat sekarang, saya udah pesan makanan di online,"
Telat. Izyan sudah memesan makanan secara online.
Azzaya mengangguk, ia menuju cermin dan duduk di hadapannya. Gadis itu mulai memoles wajahnya menggunakan pelembab, serum, toner dan masih banyak lagi. Terakhir, ia memoles bibirnya menggunakan lip cream berwarna pink.
"Cantik." puji Izyan.
Azzaya menatap Izyan di cermin, laki-laki itu memperhatikannya sambil tersenyum. Azzaya berusaha menahan senyumnya, tapi hal itu sia-sia, dirinya tersenyum singkat ke arah Izyan lalu menutup wajahnya malu.
"Jangan ditutup wajahnya,"
"Ke-kenapa?" Azzaya merasa gugup.
"Yang tadi saya bilang,"
Setelah mengucapkan itu, Izyan berjalan menghampiri Azzaya yang masih menutup wajahnya, kemudian berbisik di telinga Azzaya, "Cantik." lanjutnya.
Mendengar jelas yang Izyan ucapkan, Azzaya beranjak dari duduknya, hendak menjauhi Izyan namun tangannya cepat-cepat dicekal oleh laki-laki itu.
Izyan membalikkan tubuh Azzaya untuk menghadapnya. Ia memperhatikan Azzaya lekat-lekat membuat gadis itu mundur ke belakang dan berakhir menabrak lemari di belakangnya, sampai Azzaya tidak bisa mundur lagi, ia terjebak oleh Izyan dengan jarak mereka yang sudah sangat dekat, hanya beberapa senti saja. Wajah gadis itu berwarna pink, sepertinya Azzaya memakai sedikit riasan berwarna pink di pipinya, pikir Izyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Azzaya (On Going)
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Bagaimana rasanya jika dilamar oleh sepupu sendiri? Menerima atau menolaknya? Itulah kisah Azzaya Maryam Shofwatunnisa, gadis lucu nan menggemaskan yang baru saja lulus SMA tidak tau harus menerima atau menolak lamaran dari...