Bab 05 - Intention

129 34 0
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Happy Reading 🌷

"Ada apa sebenarnya dengan saya? Astaghfirullahaladzim, apakah saya benar-benar menaruh perasaan pada sepupu saya sendiri?"

-Muhammad Abdul Izyan Al-Maliki

🌷🌷🌷

Hari ini Azzaya memutuskan bertemu dengan Aris di cafe dekat sekolah untuk menjawab pertanyaan laki-laki itu seminggu yang lalu. Ini murni keputusannya.

Keduanya sudah duduk di kursi yang telah dipesan setengah jam yang lalu sambil ditemani secangkir teh.

Azzaya menyeruput tehnya yang sudah tidak hangat lagi sebelum bicara pada intinya.

"Kamu udah pikirin jawabannya?" tanya Aris yang tampak tidak sabar menunggu jawaban dari Azzaya.

Azzaya mengangguk, sambil memainkan jari tangannya Azzaya mulai berbicara.

"Maaf Aris. Azza gak bisa jadi pacarnya Aris. Karena, Azza takut sama Allah, dan Azza juga takut sama orangtua Azza. Allah dan orangtua Azza melarang Azza untuk berpacaran. Jadi Azza nggak mau buat mereka kecewa, Azza sayang Allah, Ayah, dan Bunda. Maaf, ya, Aris? Azza juga sebenarnya suka sama Aris, tapi waktunya kurang tepat, kita nggak harus pacaran kalau saling suka. Simpan aja rasa suka maupun cinta dalam hati Aris, tunggu kalau Aris siap untuk lamar dan menikahi Azza kapanpun itu. Menunggu Aris selama lima tahun, enam tahun, dan berapapun itu Azza sanggup, tapi Azza gak bisa janji mengenai hal itu. Sekali lagi maafin Azza ya Aris?" jelas Azzaya panjang lebar.

Aris tersenyum, memaklumi keputusan Azzaya yang ia yakini itu keputusan yang terbaik bagi dirinya agar tidak menyesal di kemudian hari.

"Baik Azza, saya paham. Maafin saya juga jika selama ini terlalu berlebihan dalam mengagumi dan menyukaimu. Insya Allah, jika cita-cita saya sudah tercapai, saya akan menikahimu."

"Iya. Semoga Aris selalu ada di dalam lindungan Allah swt."

"Aamiin, kamu juga,"

Azzaya tersenyum tipis, lalu bangkit sebelum akhirnya meninggalkan Aris sendiri dengan mengucap salam.

Setelah kepergian Azza, Aris menatap cincin yang ada di genggamannya nanar. Harapan itu harus ditunda dahulu sebelum dirinya benar-benar siap untuk menikahi gadis yang ia sukai sejak kelas 10 itu.

"Tunggu sampai kamu siap Ris!"

🌷🌷🌷

Izyan membuka-buka kembali kumpulan album foto yang berada dalam buku berukuran tebal. Sudah lama album foto ini tidak dilihatnya semenjak 4 tahun berada di Mesir.

Selama 4 tahun kuliah di luar negeri membuat Izyan lebih sibuk memikirkan studynya dari pada meluangkan waktu melihat kenangan yang tidak pernah Izyan sentuh ketika berlibur ke negara tercintanya. Sama halnya ketika Izyan mondok dulu, laki-laki itu tidak pernah menyentuh atau bahkan memainkan barang-barang lamanya.

Terlebih lagi melihat foto-foto masa kecilnya bersama Azzaya yang kini terlihat jauh berbeda. Izyan tersenyum tipis ketika halaman selanjutnya yang ia buka menampilkan foto dirinya dengan Azzaya yang sedang nangkring di atas pohon sambil memakan buah jambu.

Selain itu, foto dimana Azzaya menaiki mobil-mobilan sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang ompong sukses membuat Izyan tertawa.

Satu lagi yang berhasil membuat laki-laki itu tertawa lepas melihat satu atau dua foto yang memperlihatkan dimana seluruh tubuh Azzaya dipenuhi oleh lumpur dengan keberadaan Izyan yang berada di sampingnya sambil menertawai gadis itu.

Takdir Azzaya (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang