Bab 04 - Sharing

160 38 0
                                    


بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Happy Reading 🌷

"Sama halnya, seperti memilih diantara makhluk dan Sang Pencipta makhluk. Sungguh, menyakiti hati makhluk lebih baik dari pada menyakiti hati Sang Pencipta makhluk, yaitu Allah SWT. Meninggalkan manusia lebih baik dari pada meninggalkan Sang Pencipta manusia."

-Muhammad Abdul Izyan Al-Maliki

🌷🌷🌷

"Sejak saat itu. Sejak saat itu saya mulai menyukai kamu, Za. Emm, kamu mau gak jadi pacar saya?"

Kalimat yang Aris ucapkan terus melayang di pikiran Azzaya tanpa henti. Mau makan, mau mandi, sampai mau tidurpun kalimat yang sama seperti tadi selalu terngiang-ngiang di kepalanya. Sepertinya Azzaya mulai merasakan yang namanya overthinking.

Berlebihan memikirkan sesuatu yang tidak pasti, sangat menguras tenaga ya, pikir Azzaya. Kini Azzaya tidak tau apa yang harus dirinya lakukan seusai menjawab pertanyaan Aris tempo hari.

Azzaya mengatakan kalau dirinya belumlah siap untuk menjawab sekarang, ia meminta waktu satu minggu untuk memikirkan jawaban yang tepat.

Azzaya sudah tau kalau Aris menyukainya, jauh sebelum mereka berdua sudah lulus sekolah. Sebaliknya Azzaya juga menyukai laki-laki itu. Perhatian dan kebaikan yang Aris beri kepada Azzaya, membuat dirinya mengagumi dan mempunyai rasa kepada laki-laki itu.

Kebingungan Azzaya kini terus mengitari kepalanya, memilih menolak atau menerima. Belum lagi, sebenarnya Azzaya diperingati untuk tidak boleh berpacaran oleh kedua orangtuanya karena alasan tertentu, jika dirinya membangkang, mereka tak segan-segan akan menyita ponsel dan laptop milik Azzaya. Itulah yang Azzaya takutkan jika ia menerima cinta Aris sebelum terkaitnya ikatan halal.

Jadi, sekarang apa yang harus Azzaya lakukan? Ia benar-benar sedang dilanda kebingungan.

Ting!

Itu bukan suara pesan masuk, melainkan ide yang muncul di kepala Azzaya yang langsung mengarah pada seseorang.

Izyan. Tujuannya sekarang adalah Izyan.

🌷🌷🌷

Tidak ada salahnya jika Azzaya meminta pendapat pada Abang sepupunya. Toh, dulu saja mereka main bersama tak apa-apa, kan? Azzaya rasa, kecanggungan diantara mereka tidak akan pernah tercipta. Dengan sifatnya yang cerewet dan ceria memberikan dampak positif di kehidupannya sekarang. Azzaya tak tanggung-tanggung membeli banyak jajanan di supermarket untuk bisa meminta saran pada Izyan, walaupun dia tidak memintanya.

Seperti sekarang ini, Azzaya sibuk mengeluarkan jajanan dari dalam kantong kresek untuk disuguhkan pada Izyan.

"Apa ini?"

"Jajan. Abang mau? Mau apa? Silakan ambil sendiri, Azza beli banyak buat Abang," Azzaya menawari.

"Terlalu banyak. Gak akan abis kalau saya yang makan sendiri," ujar Izyan dengan wajah datarnya.

"Di bantuin lah sama Azza,"

Izyan tidak menjawab.

"Tujuan Azza datang ke sini mau curhat sama Abang," ujar Azzaya langsung pada intinya.

Takdir Azzaya (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang