Bab 06 - Propose Marriage

124 33 0
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Happy Reading 🌷

"Terserah Bang Izyan, Azza ingin mahar apa saja asalkan tidak memberatkan Abang sendiri."

-Azzaya Maryam Shofwatunnisa

"Saya akan memberikan mahar surat Ar-Rahman, apakah kamu berkenan, Zaya?"

-Muhammad Abdul Izyan Al-Maliki

🌷🌷🌷

Satu minggu berlalu, kedua orangtua Izyan sudah menyetujui keputusan putranya yang akan melamar Azzaya. Persiapan untuk melamarpun sudah disiapkan sejak dua hari yang lalu. Kini, saatnya niat hati Izyan untuk melamar Azzaya sudah yakin seratus persen.

Sebelumnya sempat ada penolakan dari Indah mengenai keinginan putranya yang ingin mempersunting Azzaya karena ia tau kalau gadis itu belum mau segera menikah. Namun Izyan terus meyakinkan Indah, kalau dirinya akan mengubah sifat Indah dan merubahnya menjadi lebih baik lagi. Menurut Izyan, diterima atau tidak diterima lamarannya itu di ke belakangkan dulu, sekarang ia harus fokus dengan niat baiknya.

Setelah Bilal diberi tau mengenai niatnya itu oleh Izyan, malamnya ia langsung membicarakan hal tersebut pada Indah dan bersama sang putra juga.

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan Indah pada Izyan, salah satunya 'kenapa harus Azzaya?', sang putra menjawab dengan jujur pertanyaan tersebut, karena Azzaya sudah mengisi hatinya saat mereka bertemu kembali setelah 7 tahun tidak bertemu. Jawaban yang klasik memang, tapi itu benar.

Hari ini tepat dimana Izyan akan melamar Azzaya langsung ke rumahnya. Namun wajah laki-laki itu tampak datar, kebahagiaannya tidak ia tunjukkan melalui ekspresi wajah.

"Iz, udah selesai belum siap-siapnya?" teriak Indah dari luar kamar.

Izyan yang tengah menatap dirinya di cermin pun keluar setelah sang Umi menanyakan kesiapannya.

"Sudah Mi,"

"Udah rapi kok Iz. Ganteng!" Indah mengacungkan jari jempolnya memuji Izyan.

Izyan hanya tersenyum singkat mendengar perkataan Indah yang menurutnya dirinya sangat biasa saja.

"Jangan lupa serahkan semuanya sama Allah, jangan terlalu mikirin Azza bakal terima atau nggak, tetap niatkan hal ini karena Allah dan karena kesungguhan kamu,"

"Iya Umi."

Kemudian keduanya menuju mobil yang sudah terdapat Bilal dan Raline di dalamnya. Barang-barang untuk lamaran sudah mereka masukkan semua ke dalam mobil. Kini saatnya berangkat menuju rumah Azzaya.

🌷🌷🌷

"Rakitnya bukan gitu Zam, Azzam kebanyakan main ff pasti," ujar Azzaya pada sang adik yang tengah berusaha merakit leggo dengan beberapa bagian yang terpisah-pisah.

Azzaya kemudian mengambil alih leggo dari tangan Azzam, "Gini nih, liatin Kak Azza,"

Azzaya mulai merakit leggo itu dengan cepat, hingga bagian-bagian yang terpisah tadi sudah menyatu sempurna.

"Nih," katanya sambil menyerahkan leggo yang sudah berbentuk menara.

Azzam menerimanya dengan wajah kesal, laki-laki berusia 11 tahun itu tidak terima dirinya disebut sering memainkan permainan free fire oleh sang kakak, padahal sering bermain ponsel saja tidak, apalagi bermain free fire.

Takdir Azzaya (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang