V. Perasaan

559 43 2
                                    

Setelah melalui perjalan panjang, Sasuke lebih memilih tidur langsung di hotel karena sudah sangat lelah, tidak mempedulikan Sakura yang sedari tadi hanya mengekor di belakang—berusaha mengejar ketertinggalan langkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah melalui perjalan panjang, Sasuke lebih memilih tidur langsung di hotel karena sudah sangat lelah, tidak mempedulikan Sakura yang sedari tadi hanya mengekor di belakang—berusaha mengejar ketertinggalan langkah. Ia mulai membereskan barang-barang bawaan sambil melihat Sasuke yang tertidur dengan tenang. Lalu ponselnya berbunyi, Mikoto menelponnya. “Iya, Ibu.”

[“Sakura, apa kalian sudah sampai di hotel?”]

“Sudah, Bu. Ini Sakura juga sedang membereskan barang bawaan kalau Sasuke sedang tidur.”

[“Jangan lupa saran Ibu. Kami berharap banyak padamu. Ibu juga sudah memberi banyak nasehat pada Sasuke jadi kamu jangan sungkan padanya. Jika butuh bantuan atau sesuatu katakan saja pada Sasuke.”]

“Baik, Bu.”

Sakura pikir ibu Sasuke akan segera menutup telpon tapi tiba-tiba suara wanita itu semakin kecil seakan berbisik. [“Sakura, sebenarnya Ibu percaya pada kalian tapi ... untuk jaga-jaga Ibu telah menyiapkan sebuah rencana. Kamu jangan beritahu Sasuke—ada obat perangsang Ibu simpan di atas pot tanaman gantung, jika Sasuke tidak mau menyentuhmu—kamu bisa gunakan itu.”]

Kedua mata Sakura membulat, tentu saja ia terkejut. Ia bahkan refleks melihat Sasuke yang masih tidur terlelap, takut jika sampai lelaki itu tahu apa yang direncanakan oleh ibunya. Harus sampai menggunakan obat perangsang, sejujurnya Sakura merasa tersinggung seakan ia benar-benar tidak layak di mata Sasuke dan harus menggunakan cara licik untuk menjerat lelaki itu. Sekalipun Sakura mencintai Sasuke dan berharap Sasuke membalas perasaannya tapi ia tidak mau menggunakan cara-cara licik karena jika ia salah dalam mengambil tindakan—bukan perasaannya yang akan dibalas Sasuke tapi justru lelaki itu akan kecewa dan membencinya.

Namun, Sakura tidak sanggup untuk mengutarakan keengannannya pada Mikoto jadi ia hanya membalas, “Iya, Bu. Tapi Sakura berharap bahwa hal itu tidak akan Sakura gunakan.”

[“Iya, Ibu juga berharap agar Sasuke juga memelihatmu dan tidak menjadi keras kepala. Kalau begitu, nikmati waktu kalian berdua.”]

Sambungan terputus, tapi meskipun begitu tidak serta merta membuat Sakura merasa tenang. Ia melangkah ke balkon di mana terdapat banyak tanaman yang digantung di dinding sebagai hiasan. Tangannya terulur untuk menjadi obat yang dikatakan Mikoto, dan benar saja; obat itu ada di dalam botol kecil bening. Tidak ingin sampai diketahui Sasuke, Sakura mengambilnya dan menyembunyikan obat tersebut ke dalam kantong make up miliknya.

Selain mendapat telpon dari ibu Sasuke, ia juga mendapat telpon dari kedua orang tuanya sehingga ia banyak mengobrol dan melupakan waktu yang sudah memasuki waktu sore. Sasuke juga sudah bangun dan melirik Sakura yang masih mengobrol dengan ibunya lewat telpon. Tanpa banyak berbicara pada Sakura; Sasuke mandi terlebih dahulu dan berniat untuk makam malam. Sebelum berangkat, ia melihat Sakura sudah selesai bertelpon.

Sasuke berkata, “Mau makan malam bersama?”

Sakura mengangguk lalu mengikuti Sasuke keluar dari hotel dan makan di restoran yang berada di lantai atas. Mereka duduk dekat jendela kaca gedung sehingga dapat melihat panorama matahari yang hampir tenggelam. Makan dengan tenang tanpa banyak bicara tapi sesekali Sasuke akan memotret makanan untuk ia kirim ke Naruto sebagai peringatan agar Naruto juga makan, karena biasanya lelaki manis itu sulit makan jika sedang tidur. Sesekali Sasuke juga tersenyum ketika mendapati balasan dari Naruto; Sakura yang melihat bagaimana wajah Sasuke berubah-ubah jadi tertegun. Naruto benar-benar matahari bagi Sasuke sehingga lelaki yang biasa berwajah datar dan dingin itu bisa mencair.

Sayonara Memory | SasuNaru ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang