XXIV. Pikirkan kembali

884 69 13
                                    

Sasuke melewati kamar tamu yang ditempati Naruto masih tertutup padahal sudah siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sasuke melewati kamar tamu yang ditempati Naruto masih tertutup padahal sudah siang. Di saat mereka tengah berpesta merayakan sebelum kelahiran cucu pertama Uchiha, di balik pintu itu Naruto diam di sana. Sasuke ingin mengetuk pintu tetapi ia ragu sehingga ia hanya lewat saja—menunggu sampai Naruto keluar dengan sendirinya.

“Naruto belum kunjung juga keluar dari kamar?” tanya Sakura ketika hanya melihat Sasuke saja.

“Sepertinya dia masih tidur atau sedang sibuk dengan pekerjaan.”

Sakura mengangguk mengerti, tetapi ibu Sakura yang sedari tadi memilah-milah buah di depan seketika berkata, “Lelaki itu? Ibu lihat dia keluar dari kamar seperti pergi entah mau ke mana. Dia terlihat sangat senang dan berseri-seri mungkin ingin bertemu dengan seseorang.”

“Ibu,” ucap Sakura berharap ibunya berhenti untuk berbicara, ia tidak ingin jika ibunya berbicara menjelekkan Naruto. “Mungkin Naruto ingin bertemu dengan Kiba atau kliennya.”

“Kenapa kamu terus membelanya, Sakura? Bisa saja kan firasat ibu ini benar, lagipula ibu yakin dia tidak akan tahan dengan keadaan keluarga kalian yang aneh ini. Jika memang dia ingin bertemu dengan teman seharusnya pamit pada kita semua di sini, minimal berbicara pada Sasuke. Apa dia berbicara padamu, Sasuke?”

“Naruto bukan orang yang seperti anda pikirkan.” Sasuke melangkah pergi, ia pergi ke kamar Naruto mengetuk perlahan pintu kamar, tetapi tidak kunjung juga mendapat respon maka dari itu perlahan Sasuke membuka pintu kamar—dalam ruangan hanya ada kesunyian, tidak ada Naruto sama sekali.

Sasuke membuka ponsel, tidak ada pesan dari Naruto yang akan pergi ke mana sehingga ia mulai mengirim pesan tetapi tidak ada respon juga. Sasuke mulai banyak berpikir ke mana Naruto pergi tetapi baru saja ia akan bersiap, Sakura mulai mengeluh perutnya sakit sehingga beberapa anggota keluarga ribut. Mikoto menarik Sasuke untuk segera membawa ke rumah sakit sehingga Sasuke juga panik.

Sakura dilarikan ke rumah sakit dan ditangani oleh dokter. Sakura telah mengalami kontraksi pembukaan ke empat, tetapi setelah itu tidak lagi maju. Sasuke keluar dari ruangan sebentar, disambut banyak pertanyaan dari ibunya hanya saja ia lebih memilih mengabaikan terlebih dahulu dan fokus menelpon Naruto yang tidak kunjung diangkat.

Ketika telpon tersambung, Sasuke dengan semangat berkata, “Naru!”

Maaf ini bukan Naru, ini aku Gaara.

Seketika tubuh Sasuke membeku, bahkan salah satu tangannya sudah mengepal. “Mengapa ponsel Naruto ada padamu?!”

Ouh ... ini telponnya tertinggal, tadi kami bertemu.

Sekelebat ucapan Mebuki, ibu dari Sakura mulai memenuhi pikiran Sasuke—meski beberapa kali ia mencoba untuk tidak percaya Naruto tidak mungkin seperti itu. Namun, seberapa keras Sasuke menyangkal ... rasa kesal tetap memenuhi egonya.

Setelah sambungan telpon terputus, ia berdiri di depan pintu rumah sakit untuk menunggu Naruto. Meyakini lelaki manis itu akan datang kemari ketika mengetahui apa yang terjadi pada Sakura. Dalam kurun waktu beberapa menit Naruto benar-benar hadir tetapi hal yang membuat Sasuke kembali marah adalah keberadaan Gaara di belakang Naruto.

Sayonara Memory | SasuNaru ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang