X. Itu Kau

496 38 0
                                    

Naruto sedang merapikan buku-buku ke dalam tas sebelum bersiap untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naruto sedang merapikan buku-buku ke dalam tas sebelum bersiap untuk pulang. Namun, tindakannya berhenti saat Kiba menghampirinya dengan raut panik. “Naru!! Ini gawat!” teriak lelaki itu, menyeret Naruto pergi ke luat berlari menuju lapangan basket.

Tentu saja Naruto kebingungan. “Gawat kenapa, Kiba? Ada apa memangnya?!” tanya Naruto langsung menghempaskan tangan Kiba agar mereka berhenti berlari dan Kiba menjelaskan terlebih dahulu masalahnya apa.

“Itu—Sasuke!”

“Ada apa dengan Sasuke?”

“Sasuke berkelahi dengan Gaara. Mereka berdua menggunakanmu sebagai bahan taruhan.”

Wajah Naruto seketika merah karena marah. “Apa-apaan itu? Kenapa jadi aku yang dijadikan taruhan?! Aku bukan barang!” ucapnya marah, berlari pergi menuju lapangan basket yang sudah dipadati oleh para murid yang penasaran ingin menonton perkelahian.

Naruto berusaha berjalan masuk ke kerumunan sampai ke tengah lapangan—di sana Sasuke dan Gaara sudah saling berhadapan dengan tatapan saling menusuk. Dengan cepat Naruto berlari ke tengah mereka untuk menghentikan perkelahian. “Apa-apaan kalian berdua ini? Sasuke ayo kita pulang—ibumu akan marah jika tahu anaknya berkelahi,” ucap Naruto, meraih tangan Sasuke tapi lelaki itu melepaskan tangan Naruto perlahan.

“Maaf, Naru. Perkelahian ini penting.”

“Apanya yang penting?! Yang ada kau akan babak belur, Gaara itu atlet karate!!” bisik Naruto memperingati.

“Aku tidak peduli dia atlet karate atau apapun itu, yang kupedulikan saat ini adalah aku harus mengalahkannya agar dia berhenti mendekatimu.”

Naruto memicingkan matanya, sejujurnya ia memang tidak tahu apa yang mereka taruhkan dengan menggunakannya bagaikan barang. “Mengapa Gaara tidak boleh dekat denganku?!” tanya Naruto sedikit marah. “Sasuke, aku ingin dekat dengan siapapun itu bukan urusanmu, kan?”

Lelaki berambut merah yang bernama Gaara tersenyum sinis. “Lihat, Sasuke. Bukan urusanmu jika aku ingin dekat Naruto. Memang kau ini siapanya Naruto?”

Kedua tangan Sasuke terkepal, ia menatap tajam pada Gaara. “Jangan banyak bicara, jangan lupakan perjanjian kita!!” Sasuke maju lalu diladeni oleh Gaara.

Mereka berdua kemudian saling memukul dan menangkis—Naruto yang tadi berdiri tidak jauh dari Sasuke terpaksa harus mundur karena tidak ingin terkena pukulan. Sesekali ia meringis ketika melihat Sasuke terkena pukulan, begitu pun Gaara yang beberapa kali terpojok oleh Sasuke. Meskipun lelaki berambut raven itu bukan seorang atlet bela diri seperti Gaara. Namun, kepiawaiannya dalam berkelahi tidak bisa dianggap remeh—beberapa kali ia mampu memberi balasan yang keras pada Gaara.

“Panggil guru! Perkelahian ini telah melampaui batas, mereka bisa saling membunuh,” ucap seorang gadis yang panik bersama temannya berniat untuk pergi memanggil guru.

Sayonara Memory | SasuNaru ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang