" udah satu tahun lebih mamah berbaring di sana, mamah bahkan blm bisa gerakan tubuhnya dengan normal, dia masih kesulitan untuk sadar" ucap shani seraya menjelaskan.
Sisca masih setia duduk di samping ranjang dan menggenggam tangan mamah shani erat, ia bisa merasakan genggamannya terbalaskan.
" sayang mamah kamu- "
" dia masih bisa denger kita ko kalau lagi sadar" jawab shani seraya mengelus pelan rambut sisca.
" kita makan di luar dulu yuk, sebentar lagi dokter dateng buat cek kondisi mamah, ruangannya juga mau di steril " ajak shani menggenggam tangan sisca untuk keluar dari ruangan tempat mamah shani di rawat.
Shani dan sisca jalan beriringan di sebuah lorong rumah sakit yang cukup sepi.
" kamu keren banget bisa ngerawat mamah kamu sampe sekarang " ucap sisca bangga
" siapa lagi yang harus aku jaga selain dia " jawab shani seraya terkekeh
sisca menghentikan langkahnya sebentar dan melirik bingung ke segala arah.
" kenapa sayang?" Tanya shani bingung
" ibu "
Sisca mencari sumber sebuah suara yang tadi sempat ia dengar sekilas, bingung antara salah dengar atau memang ia berhalusinasi, sisca merasa mendengar sebuah suara wanita yang ia rindukan, ia mendengar sebuah suara yang ia kenali.
" ibu siapa?" Tanya shani lagi
" aku denger suara ibu shan "
Shani menatap sisca khawatir dan meraih tubuhnya untuk ia peluk, mengelus pelan rambut halusnya dan menciumi dahinya seraya menenangkan kekasihnya.
" sayang, gaada ibu di sini " jawab shani tenang, ruangan rumah sakit yang mereka lewati adalah ruangan yang kosong dan terakhir kali hanyalah seorang pasien rumah sakit jiwa yang mencoba melukai dirinya sendiri.
Sisca melepaskan pelukan shani dan tersenyum canggung ke arahnya " hehe, gaada ya "
" sayang " panggil shani lirih
" hum?"
" jangan boongin perasaan kamu, kamu kangen ibu kan? Kalau kamu udah mulai butuh dia dan udah mulai menyesal, kita cari ibu kamu ya? Sebelum terlambat " ucap shani memberi saran
" pikirin itu nanti aja, ayo makan " jawab sisca mencoba mengalihkan pembicaraan.
Sisca tau dia butuh sosok ibu, namun jika otaknya kembali berputar tentang bagaimana masa lalunya yang cukup tersiksa akibat ulah ibunya ia akan kembali merasa sakit, trauma itu masih melekat di hati dan pikiran sisca, ia takut, sangat takut kembali terjadi hal hal berbahaya jika berada di sisi ibunya, mulai dari di bully, di jauhi teman teman karna sang ibu bekerja sebagai pelacur, di celakai oleh preman tempat ibunya mengutang banyak uang dan ber ujung sisca yang harus membayarnya.
Bagi sisca penyiksaan itu sudah sangat cukup sakit untuk sisca, ia benar benar bingung sekarang, sisca harus berfikir cukup jauh untuk kembali menemui ibunya, wanita yang menjadi penyebab kekacauan dirinya di masa lalu.
Mungkin sisca hanya berfikir untuk mengetahui dimana ibunya berada, jika ia sudah tau maka sisca hanya akan melihat ibunya dari jauh tanpa harus menemuinya.
—0—
Jinan menghela matanya kasar setelah capai seharian mencari keberadaan ibunya sisca, ia mengistirahatkan dirinya sejenak di sebuah bangku taman yang sepi dan meminum es kopi yang sempat ia beli.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN [shansis]
Fiksi Penggemarkenyataan yang terjadi ternyata tidak seperti dunia yang aku impikan selama ini.