Ini Hawu, Ayah dan Papa

4.1K 295 17
                                    

"Haru dimana yaaaa.... waahh Papa enggak bisa liat Haru nih..."

Bayi berusia 2 tahun kurang 1 bulan itu tampak cekikikan dibalik meja makan. Sang Papa yang sedang berpura-pura mencari putra bungsunya tertawa begitu melihat pantat bulat yang hanya di lapisi diapers itu tampak menyembul dari bawah kolong. Mereka sedang bermain petak umpet setelah Haru, bocah yang sebentar lagi genap berusia 2 tahun pulang dari daycare. Anak itu mengeluh bosan dan Papa pun berinisiatif mengajaknya bermain.

"Peek a boo!!!"

"UWAAAHH HAHAHAHA PAPA TEMU (ketemu) HAWUUU!!!" Haru tertawa riang begitu dia mendarat di depakan Papa.

"Haru pintar ya sudah bisa ngumpet dari Papa."

"Hawu diajali tsama Kevin, Papa."

Haru memang sudah cukup lancar berbicara. Hanya saja Haru masih kesulitan melafalkan huruf R dan S dengan benar. Haru masih sering mengucapkan R menjadi L dan S menjadi TS alih-alih menggantinya dengan C. Contohnya jika Papa bilang terima kasih, Haru akan menjawab 'tsama-tsama Papa.' Anak itu seperti menggigit lidahnya diantara kedua gigi depan. Tapi Papa dan Ayah tidak mempermasalahkannya. Bagi mereka, Haru sudah bisa berbicara lancar pun sudah menjadi kebahagiaan yang tidak bisa ternilai oleh apapun.

"Kevin? Teman Haru di daycare?"

"Iya iyaaa... Kevin ajali Hawu."

"Sudah bilang terima kasih ke Kevin?"

Kepalanya mengangguk membuat pipi bulat Haru terlihat lucu. "Tsudah..."

"Ayah pulaaanggg...."

"YAAAHH!!!"

Suara pintu yang dibuka dari luar benar-benar mengalihkan perhatian Haru. Anak itu langsung melompat dari pangkuan Papa kemudian berlari menuju sumber suara. Ayahnya baru saja pulang. Itu artinya Haru bisa segera bermain bersama Ayah.

"Ihhh buntelan apa ini lari-lari?" Ayah tertawa namun tangannya tetap terentang untuk menyambut pelukan si bayi.

"Tselamat datang di lumah Yah..." Haru mendusal di leher sang Ayah.

"Terimakasih Haru. Papa mana?"

"Di..."

Ayahnya menatap sang bayi gemas. "Di?"

"Di daul?"

"Dapur." Ayah kembali tertawa, "Apaan daul daul. Dapur... err errr errr.."

"Tuluuunn..."

Selalu begitu, Haru akan di ledek oleh Ayah karena masih belum bisa mengucapkan R dengan benar. Tidak jarang mereka selalu bertengkar membuat kepala Papa pusing. Ayah yang akan selalu menjahili sang Anak dan Haru yang selalu dibuat kesal adalah sebuah kombinasi dalam melatih kesabaran Papa.

"Kamu apain lagi sih anaknya?" Papa datang dari dapur bersama Haru di gendongan.

"Aku cuma ngelatih dia biar bisa ngomong R."

"Kata dokter masih wajar di usia sekarang dia gak bisa ngomong R. Kamu jangan ngisengin anak aku terus dong."

"Loh anak aku juga itu." Ayah memeluk Papa dan Hiro.

"Awts ihhh... Papa Hawuuu."

"Gak mawuuu, ini Papa Ayah juga!!!"

"Papaaaa..."

"Ayahh..." Papa melepas pelukannya lalu membawa Haru duduk di sofa, "Tumben pulang cepet."

"Besok kan kita pindah sayang." Ayah melepas dasi dan jas nya lalu di sampirkan di samping kursi, "Haru udah di kasih tau?"

"Dari kemarin-kemarin sih udah. Tapi gak tau anaknya paham apa enggak."

Ayah mengangguk, dia memangku bayi gembulnya kemudian menatapnya dengan tatapan teduh. "Haru, dengar Ayah dulu oke?"

"Okee..."

"Mulai besok, kita mau pindah ke rumah Ayah. Haru naik airplane lalu nanti ketemu sama teman-teman baru."

"Huh?"

Ayah menghela nafas, dia sedikit bingung menjelaskannya kepada si bayi. "Haru enggak ketemu Kevin dan Miss lagi. Rumah Hiro juga nanti enggak disini lagi."

"Why?"

"Karena besok Haru sudah harus pergi."

Mata bulatnya berkaca-kaca. Ayah dan Papa yang melihat mati-matian menahan rasa gemas mereka agar Haru tidak terkejut. Inginnya mereka berdua langsung menerkam Haru dengan ciuman-ciuman sayang, namun jika mereka melakukan itu, Haru pasti akan sangat terkejut.

"Tenapa?" Haru bertanya lirih.

"Tugas Ayah disini sudah selesai sayang."

"Ndak ada Kevin?"

"Enggak ada. Tapi Haru nanti pasti punya teman baru."

"Papa...." Tangis Haru akhirnya pecah, meskipun dia tidak mengerti tapi entah kenapa perkataan Ayah membuatnya sedih bukan main.

"Sssttt... it's okay Haru... Papa disini." Papa mengusap-usap punggung Haru yang bergetar, "Kita tinggal bawa barang-barang selama perjalanan aja kan?"

"Iya, sisanya udah di urus Kak Harry sama Yazid disana."

Papa mengangguk. Berat memang meninggalkan kota yang sudah mereka tinggali selama lebih dari 3 tahun ini. Apalagi Berlin menjadi saksi bagaimana Haruna tumbuh dari bayi sampai sekarang berumur 2 tahun. Namun pekerjaan Ayah sudah selesai, mereka harus keduanya harus kembai ke negara kelahiran mereka dan kembali berkumpul bersama orang-orang terdekatnya.

"Harunya tidur." Ucap Ayah.

"Tolong bawa ke kamar ya? Aku mau beres-beres lagi buat besok. Mas sekalian istirahat juga sana."

"Oke. Aku ke kamar ya sayang." Ayah menggendong Haru dengan hati-hati, "Panggil aku kalo kamu butuh bantuan."

"Iya..."

Ayah membaringkan putra semata wayangnya dengan hati-hati. Jejak air mata masih terlihat di pipi gembil Aru. Ayah terkekeh, di ciumnya wajah sang anak dengan hati-hati kemudian dia menyelimutinya agar tidak kedinginan. Mulai besok, Haru akan menjalani kisah barunya, jadi biarkan bayi gemas itu tertidur nyenyak sebelum melakukan perjalanan jauhnya.

"Selamat tidur jagoan Ayah..."

---

Karena masih awal, aku up nya pendek-pendek dulu aja yaaa... terima kasih sudah membaca 🤎

Baby Hawu Daily Life || jiyosh ft harutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang