Haruna duduk anteng di atas stroller miliknya. Sementara itu Jazaa dan Yasa sedang sibuk membenahi koper mereka dan juga tas berisi keperluan Haru selama di pesawat nanti. Perjalanan Berlin menuju Jakarta membutuhkan waktu kurang lebih selama 15 jam. Dan selama itu juga mereka harus bisa menjaga Haru agar tidak rewel. Yasa sudah mempersiapkan banyak hal, dimulai dari memperi Haru pengertian, makanan, buku, cemilan sampai makanan berat pun Yasa kemas sedemikian rupa demi menjaga bayinya tetap nyaman selama bepergian nanti. Jazaa sendiri sengaja mengambil penerbangan sore hari agar keluarganya bisa sampai di Jakarta pada pagi hari dengan waktu 1 kali transit. Semoga selama perjalanan nanti Haru bisa tetap aman damai dan nyaman.
"Papa..." Haru memanggil.
"Iya sayang?"
"Tsutsah..."
"Okee... sebentar ya sayang." Yasa menutup tas berisi keperluan Haruna lalu duduk di samping putranya, "Snacknya susah dibuka?"
"Huum... Hawu tsutsah."
"Ini, dimakannya pelan-pelan oke?"
"Oke... tengkuw Papa."
Yasa terkekeh gemas. "Sama-sama Haru..."
Panggilan keberangkatan terdengar. Jazaa menggendong Haru yang menolak duduk di strollernya bersama tas gendong milik Haru dan tas selempang miliknya sendiri juga sebelah tangan yang menenteng stroller lipat putranya. Sedangkan Yasa hanya menjinjing tas berisi buku dan mainan Haru tanpa perlu repot-repot membawa banyak barang. Tadi dia sudah menawarkan, tapi Jazaa menolak dengan halus.
"Waahhh ailplan." Mata bulat Haru semakin membola begitu dia masuk ke dalam pesawat.
"Haru suka?" Yasa yang sedang memakaikan jaket Haru bertanya.
"Tsuka. Hawu mau pelgi?"
"Iya. Ketemu Om Harry sama Uncle Yazid."
"Tsiapa?"
"Lupa dia." Jazaa terkekeh, "Nanti Haru juga ketemu. Sini duduk sama Ayah bayi."
"Nyo... Papa."
"Nanti tidur sama Papa. Sekarang sama Ayah."
"Nyo!!" Haru menatap sang Ayah galak.
"Udah enggak apa-apa. Haru mau baca buku?"
"Mawu..."
Selama mengudara Haru ternyata tidak rewel sama sekali. Anak itu hanya merengek jika haus, lapar dan menginginkan makanan ringan untuk mengisi mulutnya yang kosong. Bahkan saat waktu tidur pun, Haru bersedia di pangku oleh Ayah tanpa memberontak seperti biasa. Yasa mengusap kepala Haru dengan sayang, pipinya begitu lucu saat menempel pada dada Jazaa.
"Pinter banget bayinya Papa."
"Aku kira dia bakal rewel loh." Jazaa mencium pucuk kepala sang anak.
"Iya ya. Biasanya dia enggak betah duduk lama-lama."
"Dia kayaknya ngerti kalo disini banyak penumpang lain makanya anteng-anteng aja."
Yasa mengangguk. Tidak lama setelah Haru terlelap, dia pun ikut menyusul. Besok sesampainya dia di Jakarta, Yasa pasti perlu mempersiapkan banyak hal. Apalagi dia kembali ke rumah mereka yang lama, akan banyak teman-temannya yang datang berkunjung. Katanya mereka ingin bertemu Haru mengingat selama ini teman-temannya belum pernah melihat Haru secara langsung.
Lima belas jam perjalanan berhasil di lewati tanpa hambatan. Sepanjang perjalanan, Haru hanya mengisinya dengan tertidur di pangkuan Jazaa. Anak itu hanya terbangun saat mereka transit untuk berganti baju dan popok yang mulai mengembung. Yasa bisa bernafas lega, ketakutannya tidak terjadi. Haru benar-benar anteng selama di dalam pesawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Hawu Daily Life || jiyosh ft haruto
FanfictionHaruna, bayi berusia 2 tahun kurang 1 bulan terpaksa harus tinggal di lingkungan baru akibat pekerjaan Ayah yang harus pindah. Anak semata wayang Jazaa dan Yasa ini sudah fasih berbicara meskipun ada beberapa pelafalan huruf yang masih harus dibenar...