Suara cekikikan dua balita yang sedang sibuk bermain air membuat seorang laki-laki dewasa mendengus tak terima. Ini hari libur, artinya dia tidak memiliki pekerjaan apapun selain bermain bersama bayi menggemaskannya. Tadinya sih seperti itu sebelum si perusuh anak tetangganya datang bersama sebuah pelampung di tangan. Usut punya usut tuyul kecil itu memang sudah merencanakan hal ini sejak jauh-jauh hari. Jadi saat Jibran mengangkut sebuah kolam portable Jazaa yang melihat hanya bisa pasrah. Apalagi kegiatan yang sedang berlangsung ini mendapat dukungan penuh dari Yasa. Mau protes pun Jazaa masih sayang dengan hidupnya.
"Ngopi dulu lah daripada stress." Jibran meletakan secangkir kopi hitam di atas meja.
"Makasih tapi lo bisa angkut bocah itu gak? Gue mau quality time sama anak gue."
"Gak bisa. Kalo di angkut bocahnya tantrum. Jefry lagi demam jadi lebih baik Abangnya di amanin dulu."
Jazaa mendengus. "Tapi gue jadi gak bisa main sama Haru."
"Lo tinggal ikut nyebur apa susahnya?"
Tidak ada jawaban dari Jazaa. Dia menyeruput kopinya secara brutal. Ingin sekali rasanya dia mematahkan leher Jessan yang bisa-bisanya terus mencium pipi Haru. Mana anaknya tersenyum malu-malu kucing lagi. Jazaa benar-benar tidak terima. Alhasil dengan langkah lebar dia berjalan menghampiri Jessan dan Haru. Lebih baik dia menjaganya dari jarak dekat sehingga Jessan tidak bisa berlaku seenaknya.
"Ayah mawu belenang?" Haru bertanya begitu Jazaa duduk di samping kolam.
"Enggak sayang. Ayah cuma mau temani Haru aja."
"Tsudah ada Jeje temani Hawu." Tunjuknya pada si teman tanpa merasa bersalah.
Sebagai predikat Ayah yang amat sangat posesif pada bayinya tentu hal itu membuat hati mungil Jazaa tersakiti. Bisa-bisanya Haru dengan tidak berdosanya seolah menolak kehadirannya. Padahal dia sangat berharap begitu dia datang Haru akan menyudahi kegiatan bermain airnya, tapi ternyata anak itu malah semakin anteng. Apalagi bocah tuyul bernama Jessan ini seperti benar-benar memonopoli Haru. Padahal bukan itu alasan Haru masih betah disana, dia sangat menyukai kegiatan bermain air. Kadang ketika mandi saja bayi gempal itu menolak untuk menyudahi kegiatannya. Jadi ketika di fasilitasi seperti sekarang Haru senang bukan main.
Tanpa memperdulikan wajah sang Ayah yang sudah memelas. Haru terlihat anteng bersama Jessan. Tangan mungilnya sibuk memainkan bola plastik yang di sebarkan di permukaan air oleh Yasa tadi. Sedangkan Jazaa tentu iri bukan main. Dia juga ingin bermain bersama Haru setelah beberapa hari kemarin urusan kantor membuatnya tidak memiliki waktu banyak bersama bayi menggemaskan itu. Mau ikut bermain air, rasanya dia sudah tidak pantas. Tidak ikut bermain dia tidak bisa mengalihkan perhatian Haru. Galaulah sudah hari liburnya kali ini.
"Kamu ngapain ngemper disini?"
Jazaa menoleh saat mendengar suara Yasa. "Aku ditolak."
"Hah?" Yasa mengernyit, "Ditolak siapa? Apanya yang ditolak?"
"Ditolak Haru. Dia kayaknya udah enggak butuh aku. Buktinya sekarang aku di cuekin."
"Apasih kamu lebay banget. Namanya anak kecil kalo udah main air pasti lupa sekitar."
"Tapi tetep aja weekend aku di rusak si tuyul!" Jazaa mencebik.
"Gak boleh gitu!" Tangan Yasa terangkat untuk memukul punggung Jazaa, "Haru, Jessan main airnya 5 menit lagi oke?"
"5 menit lama?" Jessan bertanya.
"Sebentar." Jazaa menjawab judes.
"Mawu lama."
"Besok main lagi ya Haru." Jibran datang, ikut berjongkok bersama Jazaa dan Yasa, "Sekarang Daddy bawa Jessan dulu ya."
Bibirnya mengerucut saat Haru melihat temannya di angkat dari dalam kolam. Dia masih ingin bermain air tapi Jessan sudah harus pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Hawu Daily Life || jiyosh ft haruto
FanfictionHaruna, bayi berusia 2 tahun kurang 1 bulan terpaksa harus tinggal di lingkungan baru akibat pekerjaan Ayah yang harus pindah. Anak semata wayang Jazaa dan Yasa ini sudah fasih berbicara meskipun ada beberapa pelafalan huruf yang masih harus dibenar...