Hilang

3K 267 69
                                    

Suara cekikikan menggemaskan menemani siang hari Yasa. Bayinya yang baru akan berumur 3 tahun itu sedang bermain pasir Bersama Dareen di taman belakang. Tidak seperti apa yang dia bayangkan, Haruna ternyata tidak rewel sama sekali setelah kepalanya terluka. Anak itu hanya merengek sampai tertidur kemudian bangun seperti biasa. Meskipun Haru sesekali akan mengeluh, Yasa menganggap hal itu wajar sekali untuk ukuran anak kecil sepertinya. Namun dia juga merasa beruntung karena Haru tidak menunjukan tanda-tanda demam atau nyeri berlebihan. Malah sebaliknya, dia terlihat ceria saat Dareen datang berkunjung pagi tadi.

Ditemani secangkir kopi dan beberapa biscuit, Yasa terus mengawasi kedua balita yang sekarang sedang asik bermain kejar-kejaran. Sejujurnya dia sudah melarang Haru untuk bermain seperti itu mengingat kepalanya yang masih tertempel perban membuat Yasa takut lukanya akan terbuka. Tapi Haru mana mau menurut, selama ada teman anak itu beranggapan bebas bermain sesuka hati. Apalagi kali ini yang menemaninya adalah Dareen, si Kakak penyayang penuh perhatian. Haru menyukai Dareen, katanya Dareen itu baik. Tidak seperti Jessan yang suka mencium pipinya dimanapun dan kapanpun. Yasa tentu saja terkekeh, Haru terkadang masih mengibarkan bendera perang kepada Jessan.

"Sayang..."

Sebuah kecupan di pipi mengejutkan Yasa. Begitu dia berbalik ternyata sudah ada Jazaa di belakangnya. Dia memang sengaja pulang cepat hari ini. Khawatir jika meninggalkan Haru dan Yasa berdua di rumah katanya. Apalagi dengan kondisi sang anak yang sedang sakit. Jazaa takut Yasa kewalahan karena Haru rewel. Tapi apa yang dia lihat sekarang ternyata melenceng dari rasa khawatirnya, buktinya Haru sedang tertawa lepas di depan sana.

"Dia enggak rewel padahal." Ucap Yasa, "Malah anteng banget dari tadi sama Dareen."

"Gak apa-apa. Aku lebih seneng liat dia anteng daripada kayak kemarin." Jazaa tersenyum.

"Kamu jagain mereka dulu ya? Aku mau nyiapin makan siang."

"Iya sayang."

Baru beberapa detik Jazaa duduk, suara Langkah kaki yang rusuh membuatnya kembali berdiri. Haru yang melihat sang Ayah sudah pulang tentu tak sabar ingin segera di peluk. Sementara itu Dareen yang di beri pesan agar pulang saat waktu makan siang mau tidak mau harus mengikuti Langkah kaki Haru. Selain itu dia juga takut Adiknya terjatuh jika Dareen tidak mengikutinya.

"Ayaaahhh!!" Haru melompat ke pelukan Jazaa.

"Halo maniissss." Jazaa dengan senang hati langsung memeluk putranya.

"Celamat ciang Ayah Jaa."

"Siang juga Dareen. Mau ikut makan siang disini sayang?"

Kepala kecil Dareen menggeleng. "Kata Papih halus pulang kalo udah makan ciang."

"Yaudah ayo Ayah anter Kakak Dareen buat pulang."

Sebelah tangan menggandeng tangan mungil Dareen, sebelah tangan menyangga tubuh gembal Haru. Begitu keadaan Jazaa sekarang. Sebelum keluar, Dareen menyempatkan diri untuk berpamitan pada Yasa yang sedang menyusun beberapa makanan di meja. Tidak lupa juga Yasa berterima kasih karena Dareen mau menemani Haru dari pagi sampai siang. Dareen juga mendapat bingkisan berupa 1 toples kue kering buatan Yasa.

"Bye bye Kak Daleenn... betsok main lagi ya."

"Iya Hawu... dadah, Kakak pulang dulu." Dareen melambaikan tangannya kemudian masuk ke dalam rumah.

"Nah sekarang kita pulang terus makan siang ya bayi." Jazaa mengecup pipi gembil Haru.

"Hawu mawu jajan Ayah."

"Jajan apa?"

"Jajan gummy."

Jazaa tertawa. "Iya nanti sore kita jajan. Abis makan siang, Haru tidur terus nanti beli gummy."

Baby Hawu Daily Life || jiyosh ft harutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang