Tantrumnya Haru

3.5K 266 44
                                    

Tubuh gempalnya tengkurap di atas lantai. Pantat bulat yang di lapisi diapers itu tampak mengembung begitu si empunya menungging. Yasa hanya bisa menatap Haru, begitu juga dengan Jazaa yang sedang menggarung pipinya yang tidak gatal. Pagi ini tidak seperti biasanya Haru mendadak rewel, dia berkata ingin ikut bersama Ayah. Sedangkan Jazaa harus pergi ke perusahaan untuk bekerja. Sebenarnya dia bisa saja membawa Haru ikut serta, tapi pagi ini ada meeting penting yang tidak bisa Jazaa tinggal. Mungkin jika sedang dalam waktu senggang Jazaa dengan senang hati akan membawa Haru. Namun kali ini Ayah 1 anak itu benar-benar tidak bisa membawa buah hatinya. Alhasil manusia gembul anak kesayangan Jazaa dan Haru melancarkan aksi ngambeknya, bayi itu sedang memblokir jalan agar Ayahnya tidak bisa pergi kemana-mana.

"Haru ikutnya besok aja ya? Sekarang Ayah harus ketemu orang banyak." Jazaa berjongkok mencoba bernegosiasi dengan putranya, "Haru main dulu hari ini sama Papa."

"Hawu mawu beltemu olang banyak. Jadi Hawu ikut tsaja ya Ayah?"

"Enggak bisa nak... orang banyaknya suka makan anak kecil kalo nangis."

"Hawu ndak akan nangits kok."

Jazaa mendongkak menatap Yasa meminta pertolongan. Yasa yang mengerti tatapan suaminya ikut berjongkok, mengusap kepala Haru yang masih betah telungkup di atas marmer dingin sampai kaus tidurnya tersingkap dan menampakan perutnya yang buncit.

"Sayangnya Papa, Haru boleh kok ikut ke kantor Ayah. Tapi gak hari ini ya? Gimana kalo besok?"

"Betsok? Itu lama Papa?"

"Sebentar kalo Haru mau sabar."

"Hawu ndak mawu tsabal."

"Nyebelin banget sih anak tuyul!"

Tangan Yasa mencubit lengan Jazaa. "Berarti kamu juga tuyul!"

"Abisnya dia gak biasa kayak ginii... aku udah mau telat ini sayang."

"Bayi sama Papa dulu ya nak. Kita bikin pudding cokelat hari ini terus kita kasih ke Jeje gimana?"

Haru akhirnya bangun, dia memeluk leher Yasa. "Main tsama Jeje nya lama boleh?"

"Boleh. Nanti kita ajak Jeje bikin pudding juga."

"Okee!! Papa juga main tsama Hawu."

"Iya sayang." Yasa mencium pipi bulat Haru, "Sekarang kiss Ayah sebelum Ayah pergi ke kantor."

Satu kecupan mendarat sempurna di pipi Jazaa membuat laki-laki itu tersenyum puas. Dia melakukan hal yang sama, mengecupi seluruh permukaan wajah Haru dengan gemas. "Ayah berangkat dulu ya. Baik-baik sama Papa di rumah."

"Hati-hati Ayah..."

"Iya sayang."

Akhirnya setelah drama panjang yang cukup menguras kesabaran, Jazaa bisa pergi untuk bekerja. Lambaian tangannya di balas Haru begitu mobil hitam milik sang Ayah keluar dari gerbang rumah. Sementara itu Haru langsung memeluk leher Yasa yang sekarang sedang menggendongnya.

"Hawu lapal. Mawu mam tsama telul." Haru menangkup pipi Yasa, "Papa cantik tsekali."

Yasa tertawa, sebagai pelampiasan pipi Haru habis dia kecupi sampai si pemilik tertawa karena geli. "Anak Papa kenapa gemas sekali hmmm?"

"Kalna Hawu... cantik?"

"Masa? Siapa yang bilang?"

"Kata Jeje. Jeje yang bilang."

"Dasar... ayo makan, abis itu kita mandi sebelum buntalan lain dateng ke rumah."

Haru hanya mengangguk karena tidak mengerti dengan ucapan Papanya. Dia sudah duduk di baby chair nya dengan anteng. Sebenarnya menu sarapan hari ini bukan telur, Yasa sudah memasak ayam suwir dan brokoli yang sudah di tumis, tapi buntalan hidup itu malah meminta telur. Yasudahlah, daripada Haru tidak mau makan lebih baik dia menuruti apa yang anak itu mau. Selama nutrisi Haru terpenuhi Yasa rela memasak ulang semua masakannya jika itu perlu.

Baby Hawu Daily Life || jiyosh ft harutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang