Akhir-akhir ini musim memang sedang tidak menentu. Bisa sebentar panas, bisa hujan sampai seharian, juga bisa panas lalu kemudian hujan. Haru sedang menempelkan keningnya di kaca ruang tamu, hari ini sejak dia bangun tidur hujan terus mengguyur membuatnya harus rela menunda kegiatannya yang akan bermain bola bersama Yazid. Semenjak ke-dua Pamannya tinggal di rumah Jazaa, Haru sudah tidak bermain sendirian lagi di pagi hari. Biasanya dia akan di temani Yazid atau Harry. Entah keduanya belum tidur atau memang sengaja bangun pagi untuk melakukan aktivitas mereka.
"Laiinn... laiinnn go weeyyy little Hawu waannttttsss too plaaayyy, come again in anothel daayyy..." Haru mencebik, "Uteeellll hujannya tidak belhenti."
Yazid yang sejak tadi memang menemani keponakannya tertawa. "Iya. Main sepak bolanya lain kali saja ya?"
"Tsekalang Unteelll."
"Kalo hujannya reda, boleh. Uncle ajak main."
Merasa tidak mendapat jawaban yang memuaskan, Haru menelungkupkan kepalanya di tangan. Jika hujan seperti sekarang dia memang tidak akan pernah mendapat jam bermain yang memuaskan. Jessan saja tidak pernah datang jika cuaca sedang hujan. Dareen apalagi, dia selalu pergi ke sekolah saat pagi hari. Biasanya Yasa akan mengajak Haru bermain untuk mengalihkan rasa bosannya, tapi sekarang laki-laki manis itu sedang memasak di dapur untuk sarapan. Ayah dan Om Harry belum bangun, jadi dia terdampar bersama Yazid di depan jendela kaca ruang tamu.
"Ayah cari disini ternyata."
Haru dan Yazid kompak menoleh. Hari sudah mulai siang tapi Bapak 1 anak itu masih betah memakai kaus oblong dan celana kolor. Yazid seolah bisa menebak, Kakak ke-duanya itu pasti tidak akan berangkat ke kantor mengingat style yang dia kenakan masih berantakan khas manusia yang baru bangun dari tidurnya.
"Gak ngantor Bang?"
"Gak. Duit udah banyak." Jawab Jazaa.
"Orang sombong azabnya semua hartanya bakal di gunjang ganjing sama keluarga!" Yazid mendelik, sebal sekali mendengar ucapan Jazaa, "Kalo di kutuk enggak akan mungkin, yang ada lo yang ngutuk mereka."
"Lagian hujan ah. Males. Mending meluk anak gemasssss."
Haru yang mendapat pelukan tiba-tiba dari Ayahnya tertawa. Dia memekik saat pipinya menerima banyak kecupan dari dari sang Ayah. Tidak apa hujan diluar, setidaknya hari ini dia bisa bermain bersama Jazaa sampai puas. Tangan mungilnya menarik ujung baju sang Ayah menuju tempat mainannya yang sudah tidak berbentuk. Yasa belum sempat merapihkannya, lagi pula Haru akan kembali memainkannya dan membuat seisi ruangan akan kembali seperti kapal pecah. Jazaa juga tidak berniat membantu merapihkan mainan yang berserakan ini, biarkan mainan dengan harga yang tidak murah itu berserakan sampai si empunya puas bermain.
"Hawuuu, nanti kalo sudah selesai di rapihkan ya mainannya?" Jazaa mengusap rambut halus bayinya. Namun dia tetap harus mengajarkan rasa tanggung jawab pada Putranya.
"Iya. Tsini ini ambil chuu chuuuuu... Ayah jadi keletana, Hawu Matsinitsnya, teluts... ini kamu di tsini nanti kamu naik-naik otteeeyy?" Haru menyimpan boneka kucing di sampingnya, "Ayo keletaaaa kita belangkaattt goooo!!!!"
Di tengah-tengah hujan yang masih belum mereda, Jazaa dengan senang hati menghabiskan waktunya bersama Haru. Biasanya Jessan si anak tetangga akan datang merecoki, namun berhubung hujan sedang turun anak itu jadi tidak bisa kemana-mana sepertinya. Jika dia datang pun Jazaa dengan senang hati akan menariknya dan mengembalikannya ke tempat asal. Hari ini adalah hari Ayah dan anak, tidak ada yang bisa menganggu Jazaa dan Haru.
"Haruna..."
"PAPAAA!!!"
Kecuali Yasa. Jazaa tidak bisa apa-apa ketika dua orang yang berharga di hidupnya itu sudah bersama. Buktinya sekarang. Haru yang semula anteng bersamanya seketika langsung berpaling saat Yasa memanggil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Hawu Daily Life || jiyosh ft haruto
FanfictionHaruna, bayi berusia 2 tahun kurang 1 bulan terpaksa harus tinggal di lingkungan baru akibat pekerjaan Ayah yang harus pindah. Anak semata wayang Jazaa dan Yasa ini sudah fasih berbicara meskipun ada beberapa pelafalan huruf yang masih harus dibenar...