Zoo

2.5K 194 62
                                    

Pagi yang cerah setelah turun hujan semalam menyambut Haru. Tubuh gempalnya turun dari ranjang lalu keluar dari kamar. Seperti pagi-pagi sebelumnya, hari ini pun dia menjadi manusia pertama yang bangun. Ayah dan Papa masih tidur nyenyak, menggulung tubuhnya dibawah selimut tebal yang hangat. Sedangkan Haru sudah duduk di depan televisi bersama sippy cup berisi air putih. Alunan lagu cocomelon terdengar memenuhi ruangan. Haru berdiri, mengikuti setiap irama yang mengalun dengan tubuhnya yang berlenggak-lenggok ke kanan, kiri dan sesekali akan memutar. Begitu terus sampai 1 lagu habis.

Matanya fokus menatap benda persegi panjang di depannya. Posisi duduknya sudah berpindah, tidak lagi di sofa melainkan diatas karpet tebal yang nyaman. Awalnya begitu, sampai suara ketukan dan suara seseorang yang memanggilnya terdengar. Haru belari ke-depan, menebak siapa manusia yang memanggil namanya tadi. Mata bobanya membulat saat dia melihat Dareen dan Jessan di depan pintu, dia mengintip lewat jendala omong-omong. Tubuhnya melompat girang, mereka pasti datang untuk bermain.

"Tunggu tsebental-tsebental Hawu pandil-pandil Papa duluuu." Karena pintu masih terkunci, Haru berbalik untuk pergi, "UWAAHHH!!! AYAH KENAPA BELDILI ENGGAK BILANG-BILANG HAWUUUU?"

Jazaa yang sudah bangun karena berisik saat mendengar lagu bus-bus itu tertawa. Ah, bayinya sudah bisa protes sekarang. "Haru kaget ya?"

"Iya. Tantung Hawu tsampai mau copot-copot."

"Jantung. Tantung apaan Tantung."

Haru mengangkat tangan meminta agar Jazaa menggendongnya. "Di depan ada Kak Daleen tsama Jeje."

Kepala Jazaa mengangguk, kakinya berjalan menuju pintu. Benar kata sang Anak, pasangan Ayah dan anak itu sudah berdiri depan pintu rumah setelah Jazaa membuka pintu. Mana anak-anak mereka langsung antusias saat melihat Haru. Jazaa jadi sebal saat melihatnya. Tapi meskipun sebal, Jazaa tetap mempersilahkan masuk kok. Begini-begini juga dia masih baik hati.

"Jadi ada gerangan apa sepagi ini kalian para pengungsi udah ngerusuh ke rumah gue?" Jazaa bertanya setelah memastikan anak-anak aman di ruang bermain Haru.

"Yasa belum ngasih tau lo?" Jibran balik bertanya.

"Ngasih tau apaan?"

"Hari ini dia, Marva sama Ansel kan mau keluar. Katanya udah lama gak main bertiga. Makanya anak-anak di titip ke kita." Jafar menjelaskan, "Kata Marva ajak aja anak-anak ke kebun binatang."

"Hah?" Jazaa membola, "Yang bener ajaaa!!"

"Bener kok." Yasa tiba-tiba datang dari arah tangga dengan pakaian yang rapih, "Hari ini main sama mereka ya? Aku, Ansel sama Marva mau healing dulu. Bye sayang... aku sore udah di rumah kok."

Ingin menolak tapi Jazaa tidak sanggup, ingin menyanggupi jelas Jazaa tidak sanggup. Namun dia juga mengerti, selama ini Yasa sudah di sibukan dengan urusan rumah dan Haru. Dia sesekali butuh menjernihkan pikirannya dengan menghirup udara bebas. Akhirnya Jazaa mengangguk, menyanggupi semua permintaan dan petuah yang Yasa berikan sebelum pergi. Meskipun ragu dia bertekad akan menjadi Ayah yang baik hari ini. Demi pasangan hidupnya juga demi Haru, putra semata wayangnya.

"Jadi..." Jafar menatap dua orang Bapak-bapak di depannya, "Mau berangkat kapan?"

Begitulah awal mula kekacauan terjadi. Jafar dan Jibran pamit untuk memandikan anak-anak mereka. Jazaa juga sama, dia harus mandi sekaligus memandikan Haru. Mereka akan kembali berkumpul di rumah Jazaa pukul 10 nanti, setelah anak-anak sarapan dan mereka menyiapkan semua kebutuhan yang harus dibawa nanti sesuai intruksi yang sudah di rekam dikepala masing-masing. Jazaa bersyukur bahwa bayinya bukan termasuk anak yang rewel. Ketika mandi, anak itu sudah mengerti sehingga tidak sulit membujuk atau menyudahi kegiatan mandinya. Begitu juga saat makan, Haru akan duduk manis di atas baby chairnya dan memakan makanannya dengan tenang. Setelah ini Jazaa harus berterimakasih kepada Yasa karena sudah mendidik Haru dengan baik.

Baby Hawu Daily Life || jiyosh ft harutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang