Hujan di penghujung tahun mulai membasahi bumi. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, matahari akan muncul seolah menyapa penduduk bumi dengan kehangatan. Kali ini hujan gerimis seolah menemani manusia bersama dinginnya udara. Salah satunya bayi manis yang kini menatap rintik air di depan jendela. Tadinya dia akan pergi ke rumah Jessan, namun saat Haru membuka pintu, hujan turun membuat dia mengurungkan niatnya. Ngomong-ngomong soal Jessan, bocah bangor itu sudah sembuh dan sudah kembali membuat ulah. Jazaa juga sudah kembali dibuat naik darah setelah kemarin Haru ditahan dirumah anak itu hampir seharian penuh.
"Lain...lain... go weyyy, kom gain anothel deeyy, litwel Hawu wonts tu pleeyyy... Hawu botsaannn." (Rain... rain go away come again another day, little Haru wants to play.)
Pagi ini saat dia bangun Papa Yasa tidak menemaninya seperti biasa. Kata Ayah, Papa sedang sakit. Semalam tubuhnya panas dan di tempeli plester penurun demam. Alhasil saat ini Ayah sedang mengurus Papa dikamar. Haru masih memakai piayama, belum mandi, tidak ada yang membuatkan susu juga belum minum air putih. Padahal bayi itu sudah bisa mengambil air sendiri, tapi karena terbiasa disiapkan oleh Yasa, Haru menjadi malas untuk minum sendiri.
"Oi bayi!!!"
Haruna menoleh, Ayahnya datang bersama handuk ditangan. "Panggilna Hawu itsh!"
"Iyaa maaf ya sayang." Jazaa tertawa karena berhasil membuat putranya kesal, "Hari ini ikut Ayah ya ke kantor?"
"Kantol? Apa?"
"Tempat Ayah kerja. Papa masih demam, Haru ikut sama Ayah dulu oke?"
"Ndak mawu, Papa sendili."
Jazaa sudah menebak hal ini akan terjadi. Anaknya pasti akan menolak diajak pergi jika tidak bersama Yasa. Jadi dia segera mengangkat Haru ke dalam gendongannya. Sepertinya Haru harus langsung mendengar penjelasan Yasa agar anak itu mau dibawa ke kantor dan membiarkan Yasa istirahat. Meskipun awalnya Yasa juga memberi penolakan saat Jazaa berkata akan membawa Haru, tapi Jazaa berhasil meyakinkan pasangan hidupnya. Jika si bayi gempal itu tetap bersama Yasa, dia yakin Yasa tidak akan bisa beristirahat.
"Papa..." Tangan Haru terulur begitu dia sampai dikamar.
"Haii sayang. Haru habis darimana hmm?" Yasa mencium rambut Haru.
"Didepan lihat lain. (rain)"
"Hujan?"
"Iya Papa. Papa tsakit? Hawu nakal?"
Yasa tersenyum seraya menggeleng. "Enggak kok. Kata siapa Papa sakit karena Haru? Papa sakit karena kemarin kurang tidur sayang. Hari ini mau ikut Ayah ke kantor?"
Kepala Haru menunduk, sesekali dia akan melirik Ayah dan Papanya secara bergantian. Sebenarnya dia ingin ikut Ayah ke kantor. Dengan begitu dia bisa bermain dan menghabiskan waktu bersama Jazaa. Tapi dia tidak mau meninggalkan Yasa yang sedang sakit. Nanti jika Papa butuh pertolongan, Papa akan meminta tolong pada siapa? Begitu pikirnya. Haru benar-benar bingung.
"Papa enggak apa-apa kok nak. Cuma demam, kalo mau ambil air atau mau keluar kamar juga masih bisa." Seolah mengerti kebingungan sang anak, Yasa mengelus surainya dengan sayang, "Kalo Haru mau dirumah bersama Papa juga enggak apa-apa."
"Kalo Haru dirumah bersama Papa, Haru enggak bisa main dulu. Soalnya Papa harus istirahat, tapi kalo Haru ikut Ayah, Haru bisa main disana nanti. Gimana?" Jazaa duduk di bawah kasur.
"Hawu... ikut Ayah."
"Oke! Ayo kita mandi."
Tidak mau pikiran Haru berubah, Jazaa buru-buru mengangkat bayinya untuk mandi. Yasa tersenyum, merasa tersentuh karena Haru baru saja mengkhawatirkannya. Dia pikir putranya akan langsung mengiyakan ajakan sang Ayah, tapi ternyata Haru masih memikirkan dirinya. Padahal jika Haru tetap tinggal pun Yasa tidak keberatan, toh dia hanya demam. Masih bisa mengurus rumah dan Haru. Namun sayang Jazaa si manusia berlebihan malah memaksanya tadi. Yasa terpaksa mengiyakan, karena jika tidak Jazaa meminta "jatah" yang tidak masuk akal. Yasa tentu tidak mau, kejadian Haru yang hilang masih membuatnya merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Hawu Daily Life || jiyosh ft haruto
FanfictionHaruna, bayi berusia 2 tahun kurang 1 bulan terpaksa harus tinggal di lingkungan baru akibat pekerjaan Ayah yang harus pindah. Anak semata wayang Jazaa dan Yasa ini sudah fasih berbicara meskipun ada beberapa pelafalan huruf yang masih harus dibenar...