𝟺 𝄪 𝟷𝟻

1.3K 244 16
                                    

𝁫𝁵𝁫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


𝁫𝁵𝁫

"Rin, bagaimana kau bisa begitu ceroboh?"

Sejujurnya tidak terbesit pikiran bagimu jika kau menunggu kedatangan Rin selama 5 jam lebih.

Dan sekarang pria berambut hijau tua tersebut hanya mengucapkan kata maaf.

"Aku sudah minta maaf, dan selesai. Tidak perlu bermain drama,"

Jika saja akal sehatmu sudah melayang, mungkin saat ini kau sudah akan melayangkan tamparan bagi pria tidak tau diri satu ini.

Kau mengusap wajah kasar, menatap Rin sengit. "Setidaknya kirimi aku pesan jika kau benar-benar terlambat."

"Tidak ada waktu." Ulasnya hendak meninggalkan pembicaraan.

Akan tetapi kau mencegah, "Kita belum selesai bicara, Itoshi Rin!"

Tarikan baju yang kau berikan pada Rin pada akhirnya ditepis kasar. Logikamu mendadak terhenti dan tidak habis pikir terhadapnya.

"Kau berubah, Rin." Cetusmu melayangkan tatapan kecewa.

Rin menatapmu balik, tidak ada terbesit rasa bersalah di benaknya sama sekali. Malahan, ia sebenarnya muak dengan tingkah laku yang kau lakukan tadi.

Daripada itu Itoshi Rin mengurungkan niat untuk mengeluarkan kata-kata kasar.

"Aku tidak berubah, kenyataan yang memaksaku untuk berubah." Ucapnya memalingkan wajah.

Ini pertama kalinya dirimu mendengar ucapan tersebut dari bibir Rin.

Sontak kau langsung teringat tentang gadis kecil bernama Mia serta keinginanmu tentang memiliki anak. "Bagaimana jika kita mengadopsi seorang anak?"

Perkataanmu sungguh lirih.

Tapi terdengar jelas di telinga Rin. "... Kau bercanda?"

Tubuhmu sedikit bergemetar, sepertinya sebentar lagi kau akan menangis. Jika boleh jujur, kau juga muak akan kondisi di mana susah untuk memiliki anak.

Dan ini tahun ketiga Rin bertahan denganmu.

Bagaimana dengan tahun berikutnya? "Bukan begitu, Rin. Tadi ada anak kecil–"

"Aku tidak peduli," Potong Rin dengan cepat meluruskan pandangan.

Pria itu mengacak rambutnya kasar, lalu menatap ke arahmu. "Dan jika kau tidak bisa memberikan anak, tutuplah mulutmu supaya tidak berbicara sembarangan."

Baru saja tubuhmu bergetar, ternyata hidangan yang sebenarnya baru saja tersaji di depan mata.

Bahumu merosot ke bawah, raut wajah yang sembab dipenuhi air mata serta pikiran kacau menghantam bertubi-tubi.

"Rin jangan seperti ini, aku mohon." Pintamu menangis ke arah Rin.

Nyatanya Rin hanya melirik sebentar dan tidak menjawab ucapan itu.

"Lebih baik kita merenungkan satu sama lain, kumohon." Ujar Rin, kemudian melenggang pergi.

Pada akhirnya, baik dirimu ataupun Rin membutuhkan waktu untuk berdamai dengan diri sendiri satu sama lain.

Kau berdoa agar Rin tidak terlalu lama mendiamimu, "Tuhan tolong berikan Rin kesabaran yang lebih, aku mohon, aku mohon,"

"Karena dialah orang yang menyelamatkan hidupku, Amin."

𝁫𝁵𝁫

Berpikir jika mengapa hari Senin sangatlah lambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berpikir jika mengapa hari Senin sangatlah lambat.

Wajar saja karena pemikiranmu sedang kacau balau. Masalah pekerjaan, rumah, hubungan, dan lain-lain.

"Hei! Tangan anda, awas!!!" Teriakan akibat panik melanda.

Itu berasal dari salah satu pegawai milikmu, namanya Kunigami Rensuke.

Ia berperawakan tinggi, tubuh tegap, berambut orange dan memiliki sikap ramah.

Sontak pandanganmu ke bawah. "IH! SAKIT!" Pekikmu ketika air panas itu melepuhkan tangan.

Dengan cekatan Kunigami mengarahkan tanganmu ke wastafel terdekat dan membiarkan air mengalir ke tempat lepuhan.

"Wow, kau cekatan Kunigami." Kekehmu memujinya.

Pria berusia matang tersebut tidak membalas, ia tetap fokus pada keselamatan utamamu.

Tatapan tajam milik Kunigami dilayangkan ke arahmu. "Melamun tidak baik saat bekerja! Anda harus memperhatikan kawasan sekitar."

"Errr ... yah, itu tadi salahku. Kau sudah layak untuk bersikap seperti ayahku Kunigami."

"Saya tidak sedang bercanda."

Dirimu tertawa terbahak-bahak, memang saat di kantor Kunigami-lah yang sangat overprotektif terhadap kesehatan karyawan.

Pria itu menghela napas lega, setidaknya luka yang bosnya derita tidak parah.

Baru saja hendak membuka suara, tiba-tiba terdengar suara teriakan. "AAAAA, TOLONG, TOLONG!"

Kalian berdua saling memandang satu sama lain sebelum berlari ke luar ruangan.

"ASTAGA, KUNIGAMI CEPAT PANGGILKAN AMBULAN!" Teriakmu histeris tatkala darah berceceran ke lantai.

Salah satu pegawaimu bernama Hanai terlihat kelimpungan akibat darah yang menyembur dari hidung serta mulut.

Namun sepertinya itu bukanlah sekedar penyakit biasa.

Dirimu menarik napas dalam-dalam sebelum berujar. "Haaa ... huh ...."

"Kunigami, siapkan mobil. Aku akan menjadi supir dan kita akan pergi ke rumah sakit sekarang juga!" Perintahmu menatap dalam Kunigami.

Pria bermata tajam tersebut langsung cekatan, berlari ke sana dan ke mari. Menyiapkan agar tidak ada barang tertinggal.

Setelah membopong masuk ke dalam mobil bersama satu pegawai lainnya, dirimu menatap Kunigami.

Dirimu, Hanai, dan Mitty memasuki mobil.

"Apa tidak apa-apa?"

Kau mengangguk mantap. "Tolong jaga kantor selama aku pergi."

Kunigami Rensuke, menegakkan tubuh dan bersikap hormat pada atasannya.

Yah, setidaknya mempercayakan kantor terhadap Kunigami adalah opsi penting. "Kita berangkat."

Di dalam hati dirimu tidak ada hentinya berdoa kepada Tuhan agar Hanai diselamatkan dari penyakit berdarah dingin.

"Mitty, tolong jaga Hanai dengan baik di belakang!" Perintahmu fokus pada jalanan di depan.

"Baik!"

𝁫𝁵𝁫

   ๋࣭  Reckless ᵎᵎ  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang