𝟻 𝄪 𝟷𝟻

1.4K 264 42
                                    

𝁫𝁵𝁫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


𝁫𝁵𝁫

Setelah mendapatkan perawatan intens dari bagian kedokteran spesialis, ternyata Hanai menderita penyakit liver yang serius.

Penjelasan dari dokter membuatmu tercengang dalam jangka waktu yang lama.

"Mitty, bagaimana ini? Kakiku terasa dingin." Ucapmu dengan suara tersendat-sendat.

Kondisi yang serupa dialami pula oleh Mitty. Malahan tambah parah, ia menangis ketika tau teman kantornya menderita penyakit liver parah tersebut.

Kau menatap sendu pada Mitty, pasti sangat berat. "Maaf, aku malah memberikan tekanan padamu. Mari kita berdoa agar Hanai selamat."

Gadis lajang yang baru berusia 24 tahun tersebut menganggukkan kepala dan memelukmu erat.

Selepas cukup berdiam diri, akhirnya Mitty melepaskan pelukannya. "Saya akan menjaga Hanai, anda bisa menghubungi pihak keluarga."

Dirimu menganggukkan kepala. "Baiklah, kalau begitu aku cari tempat sepi dulu, jika ada apa-apa segera kabari."

Langkahmu menjauh dari lorong rumah sakit yang nampak ramai.

Mencari tempat yang sedikit sepi adalah prioritas utama demi memberi tahu pihak keluarga Hanai.

Baru saja hendak melangkah lebih jauh, tiba-tiba. "IBUU, MIA MAU BONEKA!"

Kau menjengkit kaget bukan main. Teriakan yang tidak asing serta langkah terburu-buru dari gadis kecil membuatmu tidak tega.

"Mia tolong jangan berlari. Ke mari, HAP!" Ucapmu menangkap tubuh Mia lalu menggendongnya.

Mia tertawa terbahak-bahak ketika kau berhasil menangkapnya dengan sempurna. "Shidou sedang sibuk dengan orang lain, aku tidak suka!" Curhat Mia berlagak sangat sedih.

"Oh, iya? Di mana tuan Shidou berada?" Tanyamu memancing informasi.

Karena sangat bahaya jika Shidou kehilangan anak satu-satunya.

Mia mengetuk-ngetukkan jarinya pada dagu, terlihat berpikir dan di lain sisi ia menggemaskan. "Mmmm, di sana!"

Dirimu mengikuti arah tunjuk Mia dan melangkah sesuai titahnya.

Hingga sampai pada- "Dasar anak nakal! Kemari kau!"

"Wlek, wlek! Shidou nakal, Shidou nakal." Ejek Mia menutupi wajahnya dengan rambutmu.

Namun, bukan itu yang sedang kau fokuskan. Melainkan, "Rin? Dan, siapa yang di sampingmu?"

Bola matamu sedikit bergetar ketika menemukan suamimu bersama dengan wanita lain yang sedang mengandung besar sekitar 8 bulanan.

Pria berambut hijau tua tersebut membulatkan bola matanya.

"O-oh, sedang mengantar temanku periksa."

Setelah sekian lama tidak berbicara dengan Rin, dirimu malah bertemu ia dengan wanita lain.

"Heh? Kalian berdua saling kenal?" Tanya Shidou menatap lamat ke arahmu dan Rin.

Kau menggelengkan kepala, "Tuan Shidou, dia suamiku."

Sontak tubuh Shidou terdiam kaku. Ah, ia sudah mengerti garis utama masalah pada mereka semua.

Namun, itu bukanlah masalahnya. "Ke mari kau anak nakal, dasar! Aku baru saja memalingkan pandangan dan kau sudah hilang begitu saja." Omel Shidou pada Mia.

Mia mengerucutkan bibir mungilnya, nampak lugu dan lucu. "Shidou jelek, Shidou jelek!"

"Pffftt! Hahahah, Mia kau tidak boleh begitu." Tawamu menyembur begitu saja.

Ucapan berulang dari Mia mampu menerbitkan gelak tawa di tengah tegangnya masalah.

Tanganmu menyerahkan tubuh gadis mungil tersebut pada Shidou, lalu menatap Rin dan wanita yang di sampingnya.

"Ah, Rin. Kita belum selesai bicara, siapa nama temanmu itu?" Tanyamu menatap dari ujung kaki hingga ujung kepala wanita yang sedang mengandung.

Rin mendesis, "Jaga tatapanmu!"

Dirimu memiringkan kepala. "Oh? Apa itu menyinggung? Sudah wajar, 'kan jika aku bertanya."

Shidou menatap Rin remeh, selepas itu ia meninggalkan kalian bertiga.

Tiba-tiba tangan wanita di samping Rin menghadangnya tatkala ia hendak berujar. "Nona, salam kenal. Saya teman Rin, nama saya Yuki."

Dirimu menarik napas dalam-dalam. Haruskah kau mempercayai ucapan mereka berdua?

Pasalnya mereka terlihat bersekongkol dalam membodohi.

Dan pula, "Oh, benarkah hanya sekedar teman? Kenapa aku mencium bau parfum yang sama pada jas milikmu, Rin?" Tanyamu terkejut pada Rin.

Dan di antara mereka tidak ada yang berbicara.

Sebenarnya bibirmu sudah bergetar. Namun kau memaksa agar terlihat kuat, "Eh ... apa dia juga alasanmu untuk tidak pulang kemarin?" Desakmu pada Rin.

Sekali lagi tidak ada jawaban.

Tubuhmu bergetar hebat, benar-benar hebat hingga kakimu terasa mati rasa dan dingin. Pikiran sehat tidak dapat terlibat di percakapan ini.

"Kurasa inilah takdir kita untuk dipertemukan, bukan begitu Itoshi Rin, nona Yuki?"

𝁫𝁵𝁫

   ๋࣭  Reckless ᵎᵎ  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang