𝟾 𝄪 𝟷𝟻

1.3K 268 24
                                    

𝁫𝁵𝁫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝁫𝁵𝁫

Kau berhenti sejenak. Berteduh pada derasnya hujan yang mengalir tiada henti.

Berdekatan dengan pantai, tempat pesta yang diselenggarakan mempunyai letak strategis.

Hingga tiba di mana kau menatap laut dengan pandangan ingin terhanyut di sana.

"Aku sudah tidak punya siapa-siapa, ayah, ibu, kakak? Mereka semua meninggalkan tanpa mengajakku pergi ...."

Suaramu hanyalah angin bagi derasnya guyuran hujan.

Tiba-tiba terbesit di benak keinginan untuk mencoba dinginnya air laut.

Langkah kaki jenjang tanpa bersepatu menelusuri pasir yang bertekstur lembek karena hujan.

Kau berandai-andai, akankah laut dapat mempertemukan dengan keluarga? Semua manusia di bumi sangatlah kejam.

"Sepertinya dingin," Gumammu yang telah terguyur air hujan.

Baru saja ingin menyelupkan diri ke dalam laut, orang asing tiba-tiba menarik tanganmu cepat.

"APA YANG KAU PIKIRKAN NONA?! LAUT DI SANA BISA MENENGGELAMKANMU!" Teriak pria berambut aneh dengan gigi tajam.

Sekilas mirip seperti hewan, "Kau hiu yang menjelma sebagai manusia?" Tanyamu menatap polos.

Sayangnya, pria bernama Kurona Ranze tersebut tidak mengidahkan kata-katamu dan malah membawa paksa ke tepi pantai.

Tempat kau berteduh tadi. "Hei! Jangan mengaturku, aku hanya ingin bermain dengan laut." Ketusmu menjauhkan diri dari pria asing.

Kurona menarik napas dalam-dalam.

"Anda bisa melakukannya esok, sekarang badai kencang akan datang. Sebaiknya anda pulang-"

"Pulang? Aku tidak memiliki rumah." Ujarmu menatap sinis ke arahnya.

Kurona tidak habis pikir, bagaimana bisa wanita yang membawa mobil mewah tidak memiliki rumah?

Namun, pria itu sedikit mengerti. "Hah ... ternyata anda wanita berwatak keras, ya?"

"Aku tidak peduli."

"Kalau begitu cepatlah pulang! Badai bisa menerjang tubuh mungil milik anda."

"Aku tidak peduli! Suamiku saja tidak menginginkanku lagi, apa yang harus aku perdulikan sekarang?!" Tanyamu menyentak-nyentak ke arah pria itu.

Kurona tersentak, wanita di sampingnya ini sedang ditimpa masalah rumah tangga.

Ternyata itu yang membuatnya seakan-akan sudah tidak berguna lagi. "Nona, kau bisa berteriak sekeras mungkin sebelum badai tiba ...."

Pria itu mengatakan kata-kata pengganti rasa bersalahnya.

Mendengarnya berbicara, secara refleks air matamu turun tanpa diduga. Kau menuruti ucapan pria asing.

"AKU KESAKITAN DI SINI, RIN. AKU BENAR-BENAR MENCINTAIMU,"

Dirimu mengambil napas dalam demi melanjutkannya, "NAMUN KENAPA?"

Kurona terdiam tanpa ada keinginan untuk bergabung dalam kesedihan.

"Kau adalah segalanya bagiku. Orang yang bisa aku ceritakan semua rahasia, orang pertama yang ingin aku ajak bicara ketika bangun, dan orang terakhir yang ingin aku ajak bicara sebelum tidur."

Kata-kata yang indah terlontar dari bibirmu yang gemetar hebat, hatimu sakit, dadamu sakit, segalanya sakit.

"Rin ... kau adalah orang pertama yang aku beri tahu ketika sesuatu yang baik terjadi padaku. Ketika aku terganggu oleh sesuatu, Kaulah yang aku datangi untuk kenyamanan."

Lagi dan lagi Kurona terpaku akan kata-kata yang wanita ini ucapkan, sebegitukah ia mencintai suaminya?

Akibat perkataan itu, Kurona memiliki keinginan untuk melepas jaket tebalnya dan memberikan pada dirimu.

Kau menggeleng-geleng dengan mata terpejam. Rasa sakit semakin menjalar dengan kuat, "Kau lebih dari sekedar suamiku, Rin."

"Kau adalah sahabat, orang favorit, kenyamanan, dan kekuatanku. Aku sangat beruntung memilikimu. Aku hanya ingin kau tahu betapa bahagianya aku memilikimu dalam hidupku."

Dirimu menarik napas dalam-dalam, "AKU MENCINTAIMU RIN, SUNGGUH MENCINTAI."

"TETAPI MENGAPA? Hatiku sangat terluka kau bersamanya, kau mengatakan jika tidak perlu merisaukan dia namun itu alibi semata ...."

Oh, kau jadi teringat dengan lagu berjudul Reckless milik Madison Bear.

Sangat menggambarkan ceritamu, lebih ke kisah hidup bukan sekedar lagu.

Kau menatap pria yang terbujur kaku di samping, "Hei? Bagaimana cara merebut kembali suamiku?"

"Saya ... tidak tahu." Balas Kurona menundukkan pandangan.

Tawa sumbang terdengar jelas. Ternyata tidak ada jawaban untuk segalanya.

Baiklah, tidak mengapa. Kau sudah mengeluarkan kata-kata yang ingin diucapkan, namun- "HUAAA, HUAA, HUAA, AKU MENGINGINKANNYA!"

"KUMOHON BERIKAN IA KEMBALI PADAKU." Teriakmu menangis histeris serta memukuli tubuh pria asing.

Kurona Ranze, pria tersebut terdiam kaku. Hingga juluran tangan berusaha menenangkan bahu yang gemetar.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Kau mencintainya, 'kan? Itu sudah cukup."

Sedetik kemudian Kurona mengkatupkan bibirnya, dia lupa jika suami wanita ini sedang berselingkuh.

Akan tetapi, "HAHAHA. Itu lucu tuan, kau payah dalam menghibur seseorang!" Ejekmu mengusap kasar air mata.

Kurona tau hal tersebut, "Ya, maafkan aku."

"Tidak perlu, aku akan memaafkanmu jika kau tetap tutup mulut." Ujarmu santai membenarkan tatanan rambut.

Dan pada akhirnya kau tetap terpikirkan pasal Rin dan segala yang berhubungan dengannya.

Pada akhirnya juga kau tetap mencintainya.

"Mau kuantar pulang?" Tawarmu menatap Kurona dalam.

Pria itu menggeleng cepat, "Tidak. Rumahku dekat dengan sini. Dan juga, mata anda terlihat kacau,"

"Benarkah? Aku pikir dandananku sudah seperti wanita nakal."

Kurona terkekeh, tidak kembali mengambil jaket dan membiarkan menghangatkan tubuhmu.

Kalian berdua berjalan menuju mobil, hingga pria tersebut sedikit membenarkan tatanan letak rambutmu. "Tetaplah tegar nona, anda tidak perlu bersedih terlalu larut."

Kau memiringkan kepala dan menatap keheranan pada pria asing. "Siapa namamu?"

Pria tersebut mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab.

"Kurona Ranze."

𝁫𝁵𝁫

   ๋࣭  Reckless ᵎᵎ  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang