bab 19

0 0 0
                                    

Tidak terdengar nada permusuhan dari suaranya,sehingga Ronye menurunkan sedikit kewaspadaannya, di sisi lain, Kirito mengangguk dengan wajah yang tidak senang—dengan suara yang terdengar seperti orang yang sedang lapar—mungkin itu bukan ekting—dan menjawab.

“Uh benar.Aku datang untuk mencari pekerjaan bersama adikku dari Faldera,tetapi kami nyasar kesini.”

“Huh, Faldera itu besar ya, kakekku masih ada disana.”

Mendengar kata-kata dari raksasa itu, Ronye mulai khawatir jika pembicaraannya berubah menjadi mengingat kenangan di kota yang bahkan hanya tahu namanya saja, namun

untungnya itu tidak terjadi. Petarung tangan kosong itu menepuk bahu Kirito dengan tangannya yang besar dan tebal dengan sarung tangan kulit itu dan mengatakannya dengan ramah.

“Yah, ayo kutraktir, orang asing.”

“A-aku tidak…kurasa aku akan pergi ke—”

Menyesal dengan apa yang ia lakukan, Kirito mencoba menolak, tetapi petarung tangan kosong itu mendorong punggungnya menuju ke tengah kerumunan, Kirito hanya mengikutinya dengan malas, diikuti Ronye.

Ada tempat paling kecil diantara ke-6 rumah yang ditunjukan petarung tangan kosong itu. satu-satunya yang bisa dikatakan adalah pemilik toko yang sedang mengaduk dan membumbui kuali besar, dengan wajahnya yang tersembunyi dengan rambut didahinya. Dia manusia. kain tipis yang menggantung di atap rumahnya itu tertulis ‘rebusan Obsidia’ dengan tulisan kecil dan miring, yang ternyata itu adalah nama makanan.

“Ini adalah tempat terbaik disini, yah, walaupun gak ada temanku yang setuju!”

Petarung tangan kosong itu tertawa dan Kirito mencoba masuk kedalamnya dengan wajah yang agak takut.

“Ah…itu, paman, aku punya firasat buruk…”

“Semuanya berkata begitu pada awalnya, tetapi aku menantangmu untuk mencobanya dan jangan menganggap dirimu bodoh.Hey pak, beri aku 3 porsi.”

Dia mengeluarkan 3 tembaga dari kantung yang ada di pinggangnya dan menjatuhkannya hingga berbunyi ‘cling’ di papan hitam yang panjang didepannya. Jika nilai dari koin itu sama dengan di Dunia Manusia, ‘rebusan Obsidia’ misterius itu seharga 10 shear, terlalu murah untuk harga makanan di pasar seperti itu.

Penjaga toko itu tidak menjawab dan langsung menyiapkan 3 mangkuk kayu dan sendok di atas meja, menuangkan sesuatu yang bersuara ‘dobobo’ dari isi panci dengan sendok panjangnya. Tanpa berkata apapun, dia mengambil koin itu dan kembali mengaduk.

Terlihat terbiasa atau tidak saat mabuk, petarung tangan kosong itu mengambil mangkuk satu persatu tanpa memperhatikan si pemilik toko yang kelihatan terganggu dan diberikannya pada Kirito dan Ronye.Tidak ada pilihan untuk menolaknya karena sudah terlanjur, mereka menjawab “terima kasih banyak” bersamaan.

Ada sesuatu didalam mangkuk sup yang berwarna coklat kental itu. Kelihatannya berbagai macam bahan yang ada didalamnya, tetapi melihat warnanya yang tidak transparan itu, apa yang direbus didalamnya tidak bisa dilihat.Ronye dan Kirito duduk di meja yang kosong karena didorong oleh petarung tangan kosong itu dengan mangkuknya, dan bersiap.

Ronye menyendokkan sup yang lebih mirip seperti stew yang sudah dibiarkan selama 3 hari, dan memasukkannnya ke mulutnya, pedas! Itu yang pertama ia rasakan, tetapi ia merasakan rasa asam, lalu bercampur dengan rasa yang terlalu pahit, dan diakhiri dengan rasa manis.

“…K-Kirito-senpai…rasa aneh apa ini…?”

Saat Ronye bertanya dengan suara yang agak keras,Kirito yang terlihat tenang memakannya bergumam sambil mengaduk sup itu dengan sendok kayunya.

sword art online V1 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang