Jumlah lentera bijinya terus bertambah dan suara gaduh semakin keras saat mereka semakin mendekati pusat kota.Setelah medengarkan cerita dari petarung tangan kosong itu, suasana yang ada disini sangat berlawanan dengan tanah para pembunuh, hanya suara gaduh dari sekumpulan orang-orang.
Kirito mencoba mengatasi masalah ‘ketidak punyaan uangnya’ dengan menjual pisau miliknya, dari pemilik toko yang ia temui di penginapan murah dan mulai berjalan lagi.
“Mata uang disini adalah beck. Nilai satu beck sama dengan satu shear di Dunia Manusia kan?”
“Um? Oh iya, kurasa. Semangkuk rebusan Obsidia masih lebih murah sih…”
“Apa kau ingin makan itu lagi, senpai?”
“Seorang swordsman-dono ini tidak bisa menyembunyikan rahasia ke mantan valetnya lo,hehe.”
Setelah menepuk kepala Ronye dengan wajah yang senang, Kirito menunjuk sebuah bangunan di sebelah kanannya.
“Itu adalah penginapan yang disarankan pembeli pisauku tadi.”
Itu kelihatan seperti penginapan di Dunia Manusia, kecuali dinding batu hitamnya dengan papan petunjuk yang terbuat dari besi memakai huruf sacred ‘penginapan’ yang menonjol keluar. Saat Ronye melihatnya, perasaan tidak enak muncul didadanya, namun ia berusaha menghilangkannya sebelum mengekspresikannya.
“Hm? Kenapa Ronye?”
Dia buru-buru menggeleng cepat pada Kirito yang memiringkan kepalanya.
“Tidak, tidak ada apa-apa”
“Baiklah…hari ini lelah sekali, ayo segera istirahat.”
Setelahnya Kirito membawa 1 tas besar dan kecil lalu berjalan kea rah pintu penginapan. Untungnya walau sudah hampir tengah malam, penginapan itu masih buka. Pemiliknya adalah wanita yang berusia sekitar 40 tahun. Dia melihat Kirito dan Ronye dengan tatapan mencurigakan, tetapi tidak meragukan saat mereka mengatakan kalau mereka datang dari Faldera untuk mencari pekerjaan.
Tetapi kelihatannya Kirito tidak bisa mengantisipasi akan ada masalah lainnya. Setelah mengatakan “satu ruangan cukup untuk kalian berdua!”, wanita itu tidak ingin mendengar apapun lagi dan menunjukan tempatnya, dia mendorng mereka berdua—selain menagih uang 100 beck 2x lipat selama semalam—ke ruang dilantai dua.
“Pastikan untuk pergi saat bel jam 10 pagi berbunyi! Kamar mandinya air panas, jadi kalau ingin mencuci, kau harus pergi ke kamar mandi diluar, mereka akan memberikan diskon kalau kau bilang kau adalah pelanggan di tempatku!”
Dan setelah mengomel, yang entah itu baik atau tidak, pemilik penginapan itu pun hilang di bawah tangga.Ronye terdiam sesaat, dan Kirito berkata dengan nada yang canggung
“Err…maaf ya Ronye, karena aku hanya tahu penginapan yang murah, jadinya…”
“Tidak, terima kasih senpai…”
“Aku bisa tidur diluar, jadi kau bisa pakai tempat ini Ronye.”
“Uh…mungkin…”
“Ada tempat lain di atap atau taman, takkan terjadi apa-apa padaku.Beristirahatlah dengan nyaman. Aku akan kembali besok pagi.”
Ronye langsung menarik baju Kirito yang hendak keluar jendela.
“I-itu sia-sia saja senpai! Sangat dingin diluar sana! Kau akan kedinginan kalau meniru si petarung tangan kosong itu!”
Ronye melihat ke sekeliling. Ada satu tempat tidur sederhana, dan satu sofa untuk dua orang.Itu kelihatannya cukup untuk kaki yang pendek,tetapi aku tak yakin bisa tidur.Pikirnya.
“Aku akan tidur di sofa, senpai, kau bisa gunakan tempat tidurnya…”
“T-tidak tidak, bukankah ada hukum di Taboo Index dari Hukum Fundamental? Wanita dan pria yang belum menikah tidak boleh tidur di satu ruangan kan?”
“Bukan seperti itu…yang tidak boleh itu berciuman…berciuman di bibir dan…”“Dan apa?”
Ronye memegang bahu Kirito yang kebingungan itu dan mendorongnya ke tempat tidur.
“Mau bagaimanapun, senpai adalah Prime Swordsman Dunia Manusia yang terhormat, dan aku adalah Integrity Knight magang, jadi tidak masalah!”
“Uwoh!”
Kaki Kirito tergelincir di lantai dan punggungnya terjatuh ke tempat tidur.Tanpa sedetikpun menundanya, Ronye melepaskan kancing jas Kirito dan membukakan sepatunya lalu mendorongnya untuk berbaring dengan ekspresi ‘jangan tanya lagi’.
Lalu Ronye menarik selimut katun itu sampai ke leher Kirito. Ketika ia merasakan degup
jantunganya berdetak tidak karuan, Prime Swordsman itu menyunggingkan senyumnya dan tertawa.
“…Ronye, kau seperti ibuku.”
“Ah…maaf…ibuku selalu melakukan ini saat aku kecil”
“Begitu ya, kapan-kapan aku ingin bertemu dengan orang tuamu.”
Saat Kirito mengatakannya sambil melihat langit-langit, Ronye teringat saat ia pulang kerumah sebulan lalu. Ingatan saat banyaknya rencana pernikahan untuknya dari keluarganya.Tetapi ia mendorongnya kembali.
“Ya, aku yakin orangtuaku pasti senang.”
Pasti adikku yang akan sangat senang, tetapi ketika ia ingin mengatakannya, Kirito tersenyum singkat lalu menutup matanya. Hanya dalam beberapa detik saja, ia sudah terlelap.Wajahnya tetap terlihat tenang,tetapi ia pasti lelah karena telah menerbangkan mesin naga sejauh 3000 kilolu dari Dunia Manusia.
Membiarkan Kirito tidur di tempatnya, Ronye melepas jasnya dan sedikit bermasalah dengan lentera biji—mematikannya dengan menuangkan air kedalamnya—bagaimana mematikannya.Ia pun duduk di sofa yang bersandar di dinding, melepaskan sepatunya dan menaruhnya dilantai, lalu berbaring. Sudah ia duga kalau sofa itu akan membuat kakinya menonjol keluar,ia tak peduli rasa dingin yang terasa dengan menggunakan jas yang terbuat dari kain katun dan wol dari area barat daripada sebagai pengganti selimutnya.
Ronye mulai merasa mengantuk, tetapi ia memandangi Kirito yang terkena cahaya dari kota yang menembus jendela.Apa yang akan terjadi jika senpai datang ke rumahku…dia memikirkan sambil membayangkannya.
Aku hanya tahu kalau keluarga Kirito-senpai hanya ‘Swordsman Hijau Leafa’. Di dunianya, dia pasti memiliki orang tua, saudara, dan teman. Tetapi hingga sekarang, dia tak pernah menceritakan tentang keluarganya. Atau keinginan untuk pulang…Aku rasa ia juga
memikirkannya.
Tidak ada alasan untuk itu. Walaupun Ronye memiliki keluarga di kota yang sama di Centoria, terkadang ia juga ingin bertemu dengan mereka.Tetapi Ronye tidak berani bertanya pada Kirito soal itu. Jika aku menunggu dan mengatakannya…apakah kau akan pulang? —aku tak tahu jawabannya. Pada awalnya aku tidak tahu kalau ada cara untuk kembali ke Dunia Manusia.
Tempat seperti apa ya itu.
Orang-orang di Underworld yang bertarung di Perang Dunia Asing hampir tanpa terkecuali merasa takut karena hanya tahu dunia nyata dari nama saja. Tak terkecuali Ronye. Memikirkan para pasukan crimson yang menghilangkan banyak nyawa pasukan pertahanan Dunia Manusia dan tentara Dark Territory saja membuat perasaan tidak enak dan kulit jadi dingin.
Tetapi di sisi lain, dunia nyata adalah rumah asli Kirito-senpai, dan para swordsman yang datang membantu pasukan Dunia Manusia saat Perang Dunia Asing.
Walaupun di Underworld ada orang baik dan jahat. Dunia nyata mungkin sama. Bagaimapun, aku tak berpikir untuk mencoba membukanya.
Integrity Knight Alice yang menjelajah dunia lain, apa yang ia lihat disana? Apakah akan datang hari dimana kita bisa bertemu lagi dan mendengar kisahnya…?
Saat memikirkannya, ia merasakan perasaan aneh saat melihat tanda di penginapan itu yang membuatnya degdegan.Tetapi akhirnya ia tak bisa menahan rasa kantuk dimatanya, hingga ia pun tertidur di negara asing yang sangat jauh itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
sword art online V1
AdventureSword Art Online bercerita mengenai sebuah game online canggih di masa depan, di mana para pemainnya harus mengenakan sebuah helm bernama NerveGear. Helm tersebut diceritakan bisa menstimulasi otak penggunanya, sehingga mereka bisa masuk dan merasak...