"Babe, sorry banget. Aku ada acara sama anak-anak futsal, gak bisa ngaterin kamu pulang. Gimana dong?"
Setelah semua jam pelajaran selesai dan semua siswa keluar dari kelas masing-masing untuk pulang, sekarang ini Kevin terlihat ingin meminta izin pada pacarnya karena tidak bisa mengantar pulang. Viara yang mendengar itu terlihat tidak keberatan. Dia bisa pulang sendiri.
"Ya udah, gak pa-pa. Aku bisa pulang sendiri kok."
"Bener?" tanya Kevin memastikan sembari memegang kedua bahu sang pacar.
"Iya, Sayang. Bener," jawab Viara menenangkan.
"Ya udah, aku bantu cariin taksi buat kamu, sekalian aku yang bayar taksinya."
"Eh, ngapain? Gak usah. Aku bisa sendiri kok," tolak Viara menghentikan langkahnya saat Kevin hendak mengantarnya ke depan gerbang SMA Angksa. "Udah, kamu pergi aja sama temen-temen kamu sana, aku bisa sendiri," lanjut gadis itu dan diangguki pacarnya.
"Ya udah, aku pergi duluan ya. Bye, Babe," ujar Kevin mulai pergi menggunakan motornya dan diikuti beberapa anggota futsal lainnya. Viara dari parkiran terlihat melambaikan tangannya. Gadis itu baru pergi ke gerbang setelah melihat pacarnya sudah benar-benar pergi dari sana.
-oOo-
Tid!
"Woy, Kismin. Mau pulang bareng gak? Gue gak yakin lo punya duit buat naik taksi sih. Mending sama gue aja. Grati tis tis tis tis tis tis."
Grtt!
"Air!!!"
Viara yang sedang menunggu taksi lewat seketika langsung mengepalkan kedua tangannya saat mendengar omongan Alathair yang sengaja mengejek dirinya. Gadis itu langsung berlari menghampiri tetangganya itu dan menutup mulutnya dengan sapu tangan yang selalu dia bawa ke mana-mana.
"Hmp! Hmp! Lepa—sin gu—e!" ujar Alathair berusaha mengeluarkan sumpalan di mulutnya, tapi Viara malah terus mendorongnya sampai hampir masuk semuanya.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk! Gila lo ya?!" maki Alathair dengan matanya yang melotot. Viara yang melihat itu langsung menepuk-nepuk kedua tangannya karena tak sengaja terkena air liur pemuda di depannya.
"Lo yang gila, ngomong sembarangan! Sekali lagi ngomong sembarangan, gue bakar rumah lo!" ancam Viara dengan kedua tangannya yang sudah berada di pinggang.
"Cih, bakar rumah gue? Terus rumah siapa yang bisa lo pake buat lo ngaku-ngaku nantinya kalau rumah gue dibakar, hah?"
"Alathair sialan! Diem gak?!"
Karena terus berusaha membongkar rahasianya, Viara kembali menyumpal mulut Alathair. Kini bukan dengan sapu tangannya lagi, melainkan dengan roti yang dia ambil secara paksa dari salah satu siswa yang melewatinya tadi.
"Sekali lagi lo ngomong sembarangan, gue gorok leher lo!" ancam Viara sekali lagi lalu melangkahkan kaki memasuki sebuah taksi yang sudah dia hentikan tadi.
-oOo-
"La la la la la la la. Makasih ya, Pak. Nih uangnya."
Dengan perasaan yang senang karena habis menghamburkan uang yang Viara ambil dari bapaknya, gadis itu terlihat sangat bersemangat untuk kembali ke rumahnya.
Untuk menghindari kecuigaan, seperti biasa gadis itu meminta diberhentikan di depan rumah besar milik keluarga Alathair. Sembari menghitung sisa uangnya, Viara memasuki pekarangan rumah tetangganya itu tanpa merasa bersalah sedikit pun. Dia berjalan dengan amat santai saat melewatinya.
"Ahh, seneng juga bisa jajan sepuasnya hari ini. Nanti minta sumbangan warga lagi ah, apalagi Bu Neni. Dia selalu ngasih sumbangan paling gede. Gue harus dandan sampe keliatan memelas, biar dikasih duit banyak. Haha."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUNG MARRIAGE (Viara Aquella)
Teen FictionJangan lupa follow IG author ya @hayatulhusnii_05 . Menikah muda di usia 18 tahun? Ah, entah ini nasib buruk atau nasib baik untuk Viara. Namun, satu hal yang bisa dipastikan. Kalau Viara tidak menerima tawaran ini, maka kehidupannya akan semakin bu...