"Fre! Fris! Lagi apa sih kalian?! Bukain dong! Gue mau masuk disuruh kak Steve buat jagain kalian!" Teriak Alvaska kesal. Sudah lebih dari satu jam dia menunggu pintu dibuka. Tetapi sang tuan rumah tak kunjung membukakan pintunya.
Alvaska terperanjat kaget saat ada seseorang yang menepuk pundaknya.
"Ngapain Lo disini?" Tanya orang tersebut yang ternyata adalah Zayyan.
Alvaska menepis tangan Zayyan kasar. "Harusnya gue yang nanya sama Lo, ngapain Lo kesini?" Tanya Alvaska balik.
"Emangnya kenapa? Rumah lo juga bukan." Jawab Zayyan tak acuh.
"Ya udah, berarti gue ada disini juga bukan urusan lo orang ini bukan rumah lo." Balas Alvaska.
Zayyan diam tidak tau harus menjawab apalagi. "Udah sonoh lo, gue disuruh jagain mereka sama kak Steve." Usir Alvaska.
"Tar dulu. Lo yang pukulin Akya malam itu kan?" Tanya Zayyan.
"Bukan."
"Lo yakin? Akya gak pernah cari masalah sama orang lain, dia cuman cari masalah sama kalian. Jawab jujur lo yang pukul dia?" Tanya Zayyan.
"Gue bilang bukan ya bukan! Ngotot banget sih lo!" Bentak Alvaska.
"Kalo bukan lo siapa?!" Tanya Zayyan emosi.
"Mana gue tau," jawab Alvaska tak acuh.
Alvaska dan Zayyan saling menatap saat telinga mereka tiba-tiba bergerak mendengar langkah kaki seseorang dari dalam rumah.
"Lo lebih baik pergi dari sini deh! Gue gak mau lo ada disini dan gue berakhir dalam masalah besar dan berurusan sama kak Galvin!" Usir Alvaska.
"Ck, nyebelin lo." Ucap Zayyan kesal dan pergi dari sana.
Alvaska berpura-pura tidak tahu bahwa pintu akan segera terbuka dan kembali mengetuk pintu.
Namun, sialnya ternyata Friska sudah membuka pintu dan membuatnya mengetuk kening Friska dan bukan pintu.
"Eh sorry gue pikir belum dibukain pintunya. Sakit gak?" Ucap Alvaska mengusap kening Friska.
"E-eh gue gapapa, ayo masuk. Lo sendiri?" Ucap Friska menepis tangan Alvaska.
Alvaska mengangguk. "Iya."
"Tapi kok gue ngerasa Lo gak sendiri ya sebelumnya?" Tanya Friska membuat Alvaska sedikit panik dan harus berbohong. Dia kan sudah biasa berbohong jadi itu hal yang mudah untuknya.
"Jangan mengada-ada deh Lo, gue sendirian kok dari awal." Sangkal Alvaska cepat.
Friska mengangguk pasrah membuat Alvaska bernafas lega, "rumah Lo kayaknya rame banget. Lagi ada tamu?" Tanya Alvaska saat menyadari suasana rumah yang biasanya dingin terasa hangat.
"Ada temen-temen gue Naras, Nazela, sama Natas, napa emang?"
"Ada Nazela juga?"
"He'em, kenapa emang? Oh iya Lo 'kan suka ya sama tuh anak."
"Apaan sih gak ya enak aja," sangkal Alvaska padahal wajahnya pasti sudah bersemu merah dan terus berdeham menetralkan perasaannya.
"Tapi Alvaskaaaa, siapapun yang liat cara Lo natap Nazel mereka pasti tau kok kalo Lo suka sama tuh anak."
"Fris." Alvaska menghentikan langkahnya dan mencekal lengan Friska. "Jangan kasih tau ke siapapun ya," pintanya.
Friska mengusap hidungnya lalu mengangguk. "Lo tenang aja, ini menjadi rahasia kita bersama. Tapi jangan salahin gue kalau ternyata Freya udah tau duluan ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
خيال (فانتازيا)"Kenapa harus ada yang namanya kematian? Padahal kalau semua orang di dunia ini bisa hidup selama yang mereka mau, mungkin itu lebih bagus." Ucap Friska menyayangkan. "Percuma hidup selama itu kalau lo gak bisa bersama sama orang yang lo suka..." "M...