Impossible Seven

14 6 0
                                    

"Sialan kenapa pake kesiangan segala sih, Friska, Freya, adik-adikku yang mirip monkey bangun ini udah pagi!" Seru Jevan yang sedang menyiapkan sarapan bersama Theo.

"Udah kak biar gue aja yang masak, Lo bangunin kak Galvin, duo F sama Kai aja." Ucap Theo bertukar tempat dengan Jevan.

"Gak usah, gue udah bangun." Ucap Galvin berjalan menuruni tangga dengan mata yang masih setengah tertutup.

"Gal bangunin adek Lo yang lain." Titah Jevan.

"Santai aja kak, ini baru jam enam kok." Ucap Galvin santai.

"Jam enam pala Lo! Ini udah jam tujuh bodoh!" Ucap Steven yang tiba-tiba muncul dibelakang Galvin dan membuat Galvin hampir terjatuh karena terkejut.

"Sialan Lo kak, kalau gue jatoh gimana? Siapa yang nganterin adek kita sekolah? Siapa yang bikin Lo kesel? Kalau mau muncul kasih aba-aba dulu kek, kayak vampir aja Lo!" Protes Galvin setelah menyeimbangkan tubuhnya.

"Bodo amat." Jawab Steven tak acuh.

"Kak Gal ayo berangkat nanti kita telat!" Teriak Friska.

"Iya bentar! Kak gue anter anak-anak dulu ya." Pamit Galvin.

"Kak ayo!" Friska kembali berteriak.

"Iya sabar!" Balas Galvin mengambil kunci mobil dan jaketnya.

"Sarapan dulu dek!" Teriak Jevan.

"Gak sempet kak, nanti aja disekolah!" Balas Friska.

Kini suasana rumah terasa tenang, hanya ada Jevan yang sedang merapikan kamar si kembar dan Steven yang sedang sibuk di kamarnya memeriksa laporan dari rumah sakit yang baru saja dikirimkan oleh asistennya.

Theo dan Kai yang sudah berada dikelas 10 sudah pergi untuk mengerjakan tugas kelompok sejak dua puluh menit yang lalu. Sedangkan Galvin sudah pergi ke kafe untuk melakukan pekerjaan Jevan sampai jam untuknya kuliah tiba.

"Dek! Dek!" Teriak Jevan dari kamar si kembar.

"Astaga, kenapa dah tuh orang, punya kakak cowok berasa punya kakak cewek ribet bener." Keluh Steven beranjak dari duduknya menghampiri sang kakak. "Kenapa kak?"

"Obatnya Freya sama Friska ketinggalan!" Seru Jevan heboh.

"Kok bisa?!" Seru Steven tak kalah heboh. "Ceroboh banget sih tuh anak kembar! Sini obatnya, gue keluar dulu ya kak. Bisa gawat kalau obat mereka ketinggalan." Gerutunya.

"Tiati jangan ngebut!" Teriak Jevan.

"Pada hari Rabu ku masuk sekolah~ ketemu cowok ganteng ya udah biasa~ tapi kok gak ada yang bilang atapu~ taunya mereka gak peduli sama gue~ sedih bet hidup gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pada hari Rabu ku masuk sekolah~ ketemu cowok ganteng ya udah biasa~ tapi kok gak ada yang bilang atapu~ taunya mereka gak peduli sama gue~ sedih bet hidup gue." Nyanyi Nazela tidak jelas.

"Heran gue, kenapa setiap ketemu sama Lo pasti Lo lagi nyanyiin lagu-lagu gak jelas." Ucap Alvaska heran menyetarakan langkahnya dengan Nazela agar mereka bisa berjalan beriringan.

"Suka-suka gue kali mulut-mulut gue, kenapa jadi Lo yang ribet?" Sewet Nazela.

"Oh iya, Zel gue mau bilang sesuatu sama Lo," ucap Alvaska.

"Paan?" Tanya Nazela.

Alvaska menarik napas panjang bersiap untuk bicara. "Zel sebenarnya gue-"

"Ai!" Panggil Ravedla menghampiri Nazela dan Alvaska yang sedang berdiri berhadapan.

"Kak Vedla, kenapa?" Tanya Nazela beralih menghadap Ravedla.

"Nanti kalo kamu udah pulang telpon kakak ya, pasti kakak anter." Pesan Ravedla mengusak rambut Nazela.

"Cie pacaran sama bocil." Goda Kai yang datang bersama dua keresek hitam berisi alat praktek.

"Dari pada Lo jomblo!" Balas Ravedla.

"Otw nembak Giselle dia," sambar Theo.

Kai memukul punggung Theo aga kencang. "Diem Lo. Gue gak mau ada rumor, gue 'kan backstreet sama dia." Protes Kai berbisik.

"Waah! Udah punya pacar Abang kita ternyata!" Seru Friska heboh tiba-tiba muncul diantara Kai dan Theo.

"Astaga! Fris ngagetin aja Lo." ucap Kai terkejut.

"Kok baru nyampe? Bukannya udah berangkat dari tadi ya?" Tanya Theo heran.

"Tadi ban mobil pecah, untung aja kak Steve bohong, orang ini baru jam tujuh." Jelas Freya.

"Makanya kalo tidur jangan kayak kebo, dibangunin baru bisa bangun." Ledek Nazela.

"Suka-suka kita kali hidup-hidup kita." Balas Friska.

"Udah dek, gue sama Kai ke kelas duluan ya," pamit Theo.

"Udah ah gue masuk duluan." Ucap Freya tak acuh.

"Freya!" Panggil Mark melambaikan tangannya menghampiri Freya bersama dua kawannya.

Freya yang dipanggil hanya menatap heran seorang murid baru yang menurutnya aneh itu.

"Apa?" Tanya Freya ketus.

Mark tersenyum, sudah biasa dia mendengar jawaban seperti itu dari Freya, meski baru kemarin dia mengenalnya. "Bukan apa-apa, gue cuma mau nyapa Lo doang," jawab Mark.

"Udah jangan buang-buang waktu dengan omong kosong Lo itu, Fris, Fre ayo ke kelas." Ajak Leon menarik lengan Friska.

"Lo kenapa dah?" Tanya Friska heran.

Leon diam dan tetap berjalan dengan tangan yang menggenggam tangan Friska. "Gue gak suka liat kalian deket sama cowok lain."

Friska menaikkan sebelah alisnya bingung. "Emang apa hubungannya sama Lo dah? Lo 'kan bukan siapa-siapa kita?" Ucap Friska.

"Anggap saja aku adalah pengawal kalian." Jawab Leon asal.

Friska dan Freya menautkan alis mereka bingung. "Ni bocah aneh bener," bisik Friska dibalas anggukan Freya.

Leon melirik Alvaska yang berada dibelakang sana. "Gue udah lakuin apa yang harusnya Lo lakuin. Lain kali jangan biarin hal ini terjadi lagi!" Tegas Leon.

Alvaska memutar bola matanya malas. "Mulai hari ini gue serahin mereka ke Lo. Gue hanya akan jagain mereka saat Lo dan yang lain udah gak bisa." Balas Alvaska.

Freya yang merasa aneh dengan dengan Leon yang menatap Alvaska. "Gue yakin ada yang mereka rahasiakan!" Pikirnya.

Zayyan, Mark, dan Skaya menatap Freya secara bersamaan. Ada apa? Apakah mereka tau apa yang Freya pikirkan?

Freya bahkan sampai merinding saat merasa ada yang menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa…

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang