"Fris!" Panggil Zayyan yang sedang mengendarai motornya.
Friska menoleh pada anak tidak jelas yang memanggilnya itu. "Ngapain tuh anak? Gue abaikan aja kali ya, malu gue punya temen gak jelas kayak dia." Monolognya memilih untuk memainkan gawainya.
Tid!
"Oy! Gue panggil lo gak denger apa? Apa telinga lo belum di servis?" Ucap Zayyan menghentikan motornya dihadapan Friska.
"Maaf lo siapa ya?" Gurau Friska.
"Hih,"
Friska merogoh saku roknya mencari sesuatu. "Eh obat gue mana ya? Lo liat gak? Bantu cari dong Zay," ucap Friska.
Zayyan melihat ke sekelilingnya dan melihat obat yang Friska cari. Dia membungkuk dan memberikan obat tersebut pada Friska.
"Lain kali jangan ceroboh. Kembaran lo udah kerumah sakit, jangan sampe lo juga. Gue gak mau kalau lo ikut sakit kayak dia." Ucap Zayyan.
Friska menerima obatnya dan melihat sesuatu yang mengambil perhatiannya. "Lo pake kalung? Kok keliatannya kayak kalung keramat gitu ya, kalung apaan?" Tanya Friska penasaran.
Zayyan memasukkan kembali kalungnya kedalam bajunya. "Bukan apa-apa cuman kenangan terakhir dari ayah gue." Jelasnya. "Oh ya, lo pulang sama siapa?" Tanya Zayyan.
"Gue lagi nunggu kak Theo, dia lagi ngumpulin tugas sama kak Kai sebentar." Jawab Friska.
"Ikut gue aja yuk, gue mau ajak lo ke suatu tempat." Ajak Zayyan.
"Kemana?"
"Ehmm..."
o0o
"Waahhh! Bagus banget! Tau dari mana lo tempat secantik ini?" Tanya Friska.
"Ini tempat favorit mendiang pacar gue."
"Kenapa harus ada yang namanya kematian? Padahal kalau semua orang di dunia ini bisa hidup selama yang mereka mau, mungkin itu lebih bagus." Ucap Friska menyayangkan.
"Percuma hidup selama itu kalau lo gak bisa bersama sama orang yang lo suka Fris..."
"Maksud lo?"
"Coba lo bayangin, lo adalah orang yang abadi, dan orang-orang yang lo sayang perlahan ninggalin lo... sendirian dimuka bumi ini..."
"Bener juga sih.."
"Kenapa lo pengen manusia itu abadi?" Tanya Zayyan penasaran.
"Ehmm... gue gak tau... entah kenapa gue ngerasa kayaknya hidup gue udah gak lama lagi..."
"Gue gak akan biarkan itu terjadi Fris... lo tenang aja." Batin Zayyan.
"Bodoh, padahal kamu yang akan menjadi penyebab kematiannya dasar." Ucap seseorang geleng-geleng kepala.
o0o
"Salah kah gue mempertanyakan kematian orang tua gue? Dan kenapa jawaban yang gue dapet malah jawaban yang seperti itu?" Batin Freya menutup matanya dengan harapan ini semua hanya mimpi.
"Dengan cuman menutup mata... itu gak akan merubah segalanya Freya," ucap seseorang duduk di samping Freya
Freya membuka matanya terkejut melihat orang yang selama ini menghilang kini ada dihadapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
Fantasía"Kenapa harus ada yang namanya kematian? Padahal kalau semua orang di dunia ini bisa hidup selama yang mereka mau, mungkin itu lebih bagus." Ucap Friska menyayangkan. "Percuma hidup selama itu kalau lo gak bisa bersama sama orang yang lo suka..." "M...