"Orang yang celakain Dena ...." Ucapan Rengga menggantung.
"Ya, orang itu ada di depan kita, Res." Suara Nareshta melemah karena kecewa.
Wanda berpikir keras, bagaimana bisa keadaan dibalikan oleh Nareshta secepat itu? Semua ucapannya berdasar dengan bukti yang akurat. Memang otak Nareshta tidak bisa diragukan. Atensi mereka terlalu fokus pada Nareshta sampai tidak sadar dengan raut Jinora yang pucat seraya mengeluarkan keringat dingin, karena tatapan tajam dari Nareshta yang terus menghujam padanya seolah menyudutkan Jinora.
"Seperti yang Shazu bilang, aku diam di lokasi kejadian sebelum Shazu datang? Jawabannya iya, Rengga. Aku bahkan lihat pengemudi mobil itu secara sepintas. Waktu itu aku gak percaya sama apa yang aku lihat, Ga. Tapi berdasarkan hasil dari analisa dan penyelidikan yang aku buat. Akhirnya identitas pemilik mobil itu berhasil terungkap lewat plat nomor asli yang sempat aku poto di waktu dan lokasi kejadian. Identitas yang memiliki garis wajah yang mirip dengan Linggar," sahut Nareshta.
"Alexie Jinora Chaniago, bertanggung jawablah atas apa yang sudah kamu lakukan!" Tunjuk Nareshta.
***
Devnayra tidak pernah menaruh dendam kepada orang yang telah melenyapkan nyawa ibunya. Dia hanya terpukul dengan takdir tragis yang menimpa akhir cerita Heira. Dia juga tidak bisa melupakan perasaan sesak yang tidak pernah hilang, ketika mengingat semua hal tentang wanita yang dia panggil Mama.
Perempuan itu duduk di tepi laut, memandang ombak yang bermain-main dengan gulungannya. Ombak itu menyeret pasir putih yang berhasil dia tarik, membawanya ke tengah laut biru. Tanpa tahu, ombak laut itu akan mengantarkan pasir tersebut kembali ke tempat semula atau tidak.
"Kak, kehilangan itu udah jadi sesuatu yang mutlak, ya?" Gadis bermata sayu itu memandang langit biru yang luas. Seluas harapan manusia.
"Iya, fase kehilangan itu pasti terjadi. Dia datang atas nama takdir yang gak bisa kita hindari. Skenario Tuhan memang selalu menjadi misteri. Kehilangan itu sendiri diciptakan semata-mata hanya untuk mengingatkan manusia, bahwa dunia ini hanya bersifat sementara. Semuanya fana, gak ada yang abadi. Tapi, ada sesuatu yang harus kamu pahami di sini. Orang yang benar-benar kamu sayangi tidak akan pernah hilang, meski raganya sudah dibawa pergi. Mereka akan tetap tinggal bersama ingatan memori kenangan yang melekat kuat di sini ... di tempat paling tersembunyi. Di dalam hati."
Devnayra melihat Rengga yang mengucapkan rentetan kalimat bijaksana itu dengan tenang. Ketika menoleh ke belakang, Devnayra juga mendapati Wanda, Nareshta, Adimas, dan Shazu. Mata Shazu masih sembab karena kesedihan yang bersumber dari kehilangan Jinora.
Ketika Jinora pergi diapit oleh dua polisi waktu itu, tangis Shazu tidak bisa tertahankan. Perempuan itu tidak percaya dengan fakta yang terungkap. Jinora yang bersikap baik pada Shazu, ternyata menyembunyikan aksi kelam dari semua orang.
Nareshta berjalan untuk duduk di samping Rengga. Suasana yang tercipta di antara mereka semua sudah kembali damai. Nareshta juga sudah mendapatkan jawaban dari pertanyaan Adimas waktu itu.
Laki-laki berwajah dingin itu menatap Devnayra dari samping, lantas tersenyum tipis. Jawaban Nareshta sudah tersimpan rapat di hatinya. Dia ingin melindungi gadis kecil itu, mendukung dan memberikan bantuan apapun semampunya.
Nareshta ingin menganggap Devnayra sebagai saudara, selayaknya kakak laki-laki yang menjaga adik perempuannya.
Menurutnya, terlalu beresiko jika Nareshta menginginkan Devnayra sebagai pendamping atau pasanhan hidup. Lingkungan yang Nareshta ciptakan rasanya tidak aman untuk keselamatan Devnayra. Nareshta tidak ingin ada cerita Adimas dan Heira dengan dendam kesumat dari keturanan Artha yang terulang lagi. Nareshta hanya ingin menjaga Devnayra dari jauh.
"Kak Naresh, terima kasih dan mohon maaf atas tindakan kami waktu itu, ya," ucap Devnayra sungguh-sungguh.
"Gak papa, Na. Aku juga minta maaf, karena komunikasiku gak terbuka waktu itu," sahut Nareshta seraya tersenyum hangat.
"Tolong, jaga diri baik-baik, Dena. Masih banyak orang yang menyayangimu di sini. Termasuk aku," ucap Nareshta lagi. Sorot mata teduh yang terpancar itu mampu membuat Devnayra gugup di tempat. Dia berdehem pelan dan mengangguk kaku. Kemudian menyembunyikan senyum malu-malu.
The end
Akhirnya sampai juga di akhir cerita, ya!
Menurut kamu kesan apa yang paling membekas dari cerita ini.
Sekedar mau ngingetin, cerita ini hanya sebatas karangan fiksi. Jadi kalo ada adegan-adegan atau kalimat yang kurang baik, mohon untuk tidak ditiru ya. Bijaklah dalam membaca dan menyaring isi tulisan.
Aku juga mau ngucapin permintaan maaf sebesar-besarnya atas ketidak sempurnaan dari cerita Enigma. Terima kasih sudah memberikan dukungan dengan menjadi pembaca setia, rajin memberi vote bahkan sampai spam komen. Seneng banget loh! Rasanya kayak dihargai banget🥺🤍
Oh ya, jangan uring-uringan dulu. Karena setelah ini masih ada extra part yang bakal jelasin sudut pandang dari sisi kelam Jinora.
See you 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [ END ]
غموض / إثارةKeluarga Deswandaru begitu terpukul dengan takdir buruk yang menimpa mereka. Kasus kematian Heira berhasil meninggalkan goresan luka tak kasat mata di palung hati untuk orang-orang yang ditinggalkan. Devnayra, Rengga, Nareshta dan segenap teman-tema...