❝Setiap pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan. Entah itu secara baik-baik ataupun buruk.❞
Seseorang mengetuk pintu kelas dari luar. Sebuah tangan kekar mendorong pintu kayu itu dengan pelan sampai sedikit tergeser.
"Bu, maaf."
Suasana kelas menjadi sunyi ketika guru muda yang tengah mengajar itu berjalan tergesa menuju pintu, setelah diberi sebuah kode untuk menghampiri orang di luar. Sepertinya dua orang dewasa itu terlibat perbincangan yang cukup serius. Terbukti dengan pintu yang ditutup dengan rapat setelah Bu Carla keluar kelas.
"Ada apa, ya?" Bisik-bisik kalimat tanya itu hanya menjadi sebuah obrolan saling bersahutan. Tanpa menemukan adanya titik terang untuk sebuah jawaban. Bahkan beberapa murid laki-laki sampai ada yang mengintip dari sudut jendela karena penasaran.
Devnayra hanya diam, berusaha menajamkan telinga. Jiwa penasarannya ikut berkibar. Dia ingin mendengar informasi penting apa yang dibawakan oleh orang yang tidak dia ketahui itu. Namun nihil, jaraknya terlalu jauh dengan pintu karena memang siswi itu duduk di bangku agak belakang.
Mungkin memang sudah seharusnya Devnayra tidak menguping pembicaraan orang lain. Dia ingat, dari kecil ibunya selalu memberi pesan padanya bahwa menguping adalah salah satu contoh perilaku tidak sopan.
Baru ingin menenggelamkan kepala di lipatan tangan yang sudah di letakan di atas meja. Interupsi seseorang sukses membuat jantungnya berdebar tak karuan.
"Devnayra ... sini, Nak." Bu Carla menyembulkan kepala dan setengah badannya dari pintu. Tangan kanan wali kelasnya itu melambai-lambai, memberi arahan supaya Devnayra segera menghampirinya. Tidak ada senyuman di wajah Bu Carla yang terkenal dengan sifat ramah tamah. Hal itu mampu membuat suasana menjadi tegang.
Devnayra bergerak kaku setelah dipanggil. Seluruh pasang mata di kelas itu langsung tertuju pada Devnayra. Ratusan tanda tanya besar memenuhi kepala mereka masing-masing.
"Kenapa, Dev?" tanya ketua kelasnya.
Devnayra hanya menggidikkan bahu. Tidak tahu apa-apa. Dia berjalan tidak percaya diri. Bahkan tangannya sudah mengeluarkan keringat dingin dan sedikit gemetar. Pikiran gadis berperawakan kecil itu berusaha mengingat kesalahan apa yang sudah dia lakukan pagi tadi, atau bahkan kesalahan di minggu kemarin sampai-sampai dia dipanggil seperti ini.Belum sempat mengatakan sepatah kata apapun. Bu Carla tiba-tiba mengelus puncak kepala Devnayra dengan sayang. Sorot matanya terlihat sendu syarat akan kesedihan.
"Kamu boleh pulang sekarang ... yang kuat, ya, Nak," kata Bu Carla dengan pelan. Saking pelannya, Devnayra mendengar itu hampir seperti sebuah bisikan.
Sungguh, Devnayra benar-benar bingung dengan keadaan yang dia hadapi sekarang. Ingin bertanya, tapi dia justru tidak menemukan kosa kata apapun di dalam kepala. Semuanya terasa blank. Sesuatu yang lebih membingungkan adalah ketika Devnayra melihat Wanda-- tetangganya yang menjemput Devnayra secara tiba-tiba. Memangnya dia tidak menyervis komputer hari ini?
"Kenapa saya disuruh pulang, Bu? Bukannya belum waktunya?" tanya Devnayra sopan. Jantungnya semakin berdebar.
"Biar keluarga kamu yang kasih penjelasan," sahut Bu Carla lembut.
"Bu, saya dapet skors atau gimana? Saya bikin kesalahan, ya, Bu? Kok gak dikasih peringatan dulu sama guru BK? Bu, saya minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigma [ END ]
Mystery / ThrillerKeluarga Deswandaru begitu terpukul dengan takdir buruk yang menimpa mereka. Kasus kematian Heira berhasil meninggalkan goresan luka tak kasat mata di palung hati untuk orang-orang yang ditinggalkan. Devnayra, Rengga, Nareshta dan segenap teman-tema...