Part 3

2.4K 53 0
                                    

0881345*****

Hai, Rav. Ini gw Evan. Save ya, nomor lo udah gw masukin ke grup.

Oh, oke kak. Thanks.

Aku baru saja menyelesaikan ritual mandiku, dan tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Ternyata itu Kak Evan. Setelah membalas pesannya, aku duduk di tepi ranjang sambil melihat pesan yang lain.

OSIS Gaul

Kak Evan telah memasukkan Anda ke grup OSIS gaul

Melihat nama grup yang alay, aku berdecih heran. Apa tidak ada nama yang lebih keren?

Aku melihat ke info grup, dan ternyata anggotanya cukup banyak, 50 orang. Terdapat 2 orang yang jadi admin. Sepertinya itu ketua dan wakilnya. Yang pastinya Kak Evan dan...

"Galen ganteng!? Pede banget ni orang. Jangan bilang dia ketosnya." Gumamku.

Saat aku tengah asik melihat grup, layar ponsrlku berubah menampilkan panggilan masuk dari Adrian. Aku berpikir sejenak dan terus memandangi nama yang tertera, dengan ragu aku mengangkatnya. Aku hanya diam, menunggu Adrian untuk bersuara terlebih dahulu.

"Rav, akhirnya lo mau angkat telfon dari gw," Ucapnya terdengar lega dari seberang sana.

"Ada apa?" Tanyaku sedikit canggung, karena sudah lama tidak berkomunikasi dengannya. Aku sengaja mengabaikannya untuk melindungi hatiku dari rasa sakit.

"Lo apa kabar?"

"I'm good," Balasku singkat yang membuatnya terdiam sejenak.

"Masih marah sama gw, ya?" Tanyanya yang terdengar ragu.

"Engga," Terdengar Adrian menghela nafas panjang.

"Tapi, gw minta sama lo, jangan ganggu gw lagi!" Lanjutku yang membuatnya tidak terima.

"Kenapa Rav?"

"Aku mau kita kaya dulu lagi, sahabatan," Ucapnya yang membuat hatiku terasa sakit saat mengingat perasaanku yang tak terbalaskan.

"Gw gabisa, Dri. Sorry kalo gw udah hancurin persahabatan kita, karena perasaan gw ini," Ucapku langsung mematikan sambungan telfon. Aku menghela nafas panjang dan meletakkan ponselku di nakas.

"Raveena, ayo makan, ayah udah nungguin tuh." Ajak ibu dari balik pintu yang mengalihkan perhatianku.

"Iya, bu." Aku segera menyelesaikan rutinitasku setelah mandi dan keluar menuju meja makan.

"Wih, ibu masak apa nih?" Tanyaku sesampainya di meja makan. "Ada ayam teriyaki." Aku menatapnya dengan mata berbinar, tak sabar aku langsung mengambil piring dan mengantri diambilkan nasi oleh ibu setelah ayah.

"Iya, ini kan makanan kesukaan kamu, makan yang banyak gih, biar tambah pinter." Sahut ayah.

"Raveena udah pinter kali, yah." Jawabku dengan pede. Ibu hanya geleng-geleng kepala mendengarkan kami.

"Udah, buruan dimakan, keburu dingin gaenak loh." Pinta ibu.

Kami pun makan bersama, meski rumah kami tidak terlalu besar, setidaknya rumah kami penuh dengan kehangatan. Disela makan, ayah bertanya padaku, "Gimana sekolah kamu, Vin?"

"Baik, yah. Sekarang aku ikut OSIS. Baru aja keterima tadi. Itu aja Fely yang daftarin, sebenernya Raveena gamau, tapi mau gimana lagi." Jawabku setelah menelan makanan dengan susah payah.

"Bagus dong, buat nambah pengalaman." Sahut ibu, menatapku teduh. Aku hanya bergidik acuh.

Selesai makan aku membantu ibu mencuci piring dan membereskan meja makan. Diiringi dengan candaan ibu yang garing, cukup membuatku bahagia saat ini.

Galen [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang