Part 10

1.3K 36 0
                                    

Jangan percaya dengan ucapan lelaki, karena lelaki makhluk pelupa.

***

"Rav, kekantin yuk? Gw laper nih habis bahas sistem pencernaan." Ajak Fely setelah selesai membereskan bukunya. Aku terkekeh menatapnya.

"Dasar, kayanya biologi ngefek banget ya di tubuh lo. Jangan-jangan nanti kalo bahas sistem reproduksi, lo jadi nafsu pengen nikah lagi." Ejekku yang berhasil mendapat toyoran dari Fely.

"Enak aja, lo kalo ngomong suka ngadi-ngadi ya." Sontak aku tertawa.

"Yaudahlah yok, gw juga laper."

Kami keluar kelas bergandengan, terkadang aku merangkul Fely karena tingginya yang lebih pendek dariku membuatku lebih mudah untuk melakukannya. Koridor dan lapangan terlihat sangat ramai. Aku berharap kantin cukup sepi agar tidak antre dan berdesak-desakan.

Benar saja, hari ini kantin cukup sepi karena ada pertandingan basket antar kelas yang sedang berolahraga. Hanya ada beberapa siswa di kantin, tapi aku tak melihat keberadaan Galen. Tak sengaja, pandanganku bertemu dengan Kak Evan yang duduk sendiri di bangku pojok kantin. Segelas es teh berada di depannya. Dia tersenyum padaku, tak ada pikiran aneh aku membalas senyumannya.

"Rav, buruan pesen!" Fely menggoyangkan tanganku.

"Iya-iya, bentar." Aku mengalihkan pandanganku dari Kak Evan dan memesan makanan.

"Mbak, pesen nasi kaya biasanya ya, sama es teh satu."

"Siap mbak." Mbak Ida, penjaga kantin pun menyiapkan pesananku. Saat memperhatikanMbak Ida, tanpa sadar Kak Evan sudah berdiri di sampingku.

"Eh, kak?" Aku tersenyum canggung.

"Mbak, es krim yang enak yang mana ya?" Tanya Kak Evan pada Mbak Ida tanpa memperdulikanku yang menyapanya.

"Biasanya anak-anak tu suka yang coklat mas, kalo ga coklat ya vanila." Aku memperhatikan interaksi antara mereka. Kak Evan hanya mengangguk sambil melihat peti es.

"Tumben, Mas Evan mau beli es krim?"

"Ya sesekali mbak, biar kepala saya dingin." Jawabnya asal.

"Perasaan habis minum es," Gumamku.

"Lo mau es krim ga, Rav?" Aku yang tiba-tiba ditanya pun gelagapan.

"Gausah kak, makasih." Jawabku sambil tersenyum kikuk.

"Ambil aja, gw yang beliin kok, santai aja!" Ucap Kak Evan yang membuatku semakin bingung.

"Tapi kak," Beluk menyelesaikan ucapanku, Mbak Ida sudah memotongnya.

"Ambil aja mbak, mumpung Mas Evannya mau beliin, kapan lagi coba dikasih es krim gratis?" Sahut Mbak Ida sambil terkekeh.

"Yee, bilang aja Mbak Ida pengen, iya kan?" Mbak Ida tertawa renyah. Aku menatap Kak Evan.

"Udah, ambil aja, mumpung gw lagi baik."

"Ambil 2 boleh ga kak? Kasian nanti Fely liat gw makan es krim." Aku terkekeh sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Sebenarnya aku malu bertanya seperti itu, tapi hanya alibi saja agar Fely tidak menggiring asumsi yang tidak-tidak.

"Iya ambil yang banyak juga gapapa."

"Makasih, kak. Lo baik banget deh." Kak Evan tersenyum tulus. Aku mengambil 3 es krim vanila, 2 untukku dan 1 untuk Fely. Agak tidak tahu diri memang, tapi benar kata Mbak Ida, kapan lagi dapet es krim gratis. Hehe..

"Ini mbak, nasi sama es tehnya." Mbak Ida menyodorkan piring dan gelas di atas nampan.

"Iya, mbak, ini uangnya." Aku menaruh es krim di nampan dan menyerahkan uangku pada Mbak Ida.

"Gw duluan ya, kak. Thanks es krimnya." Aku tersenyum dan berlalu meninggalkan Kak Evan sambil membawa nampan. Aku menghampiri Fely yang sudah menikmati makanannya sejak tadi. Tak menghiraukan aku yang sudah duduk di sampingnya, menatapnya tak percaya.

"Lo ga makan berapa lama sih, Fel? Sampe gw dateng aja lo ga nyadar." Fely menatapku sambil mengunyah makanannya.

"Diem lo, gw lagi menikmati nikmat dunia." Aku geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

"Nih!" Aku menyodorkan es krim yang kubawa tadi untuknya. Dia menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

"Banyak banget lo beli es krimnya?" Fely menatap es krim di nampanku.

"Dibeliin Kak Evan tadi." Jawabku santai, dan mulai menikmati makananku.

"Ciee! Ada yang lagi pdkt nih." Goda Fely sambil menyenggol bahuku.

"Apaan sih, buruan makan, nanti meleleh." Fely tertawa.

Kami pun makan dan menikmati es krim bersama. Istirahat tinggal 5 menit, tapi aku dan Fely masih asik ngobrol. Galen, dia yang mengajakku bertemu, tapi malah dia tidak datang. Huft, setidaknya aku sudah datang, kalau dia tidak datang mungkin lupa.

09 Mei 2023

Galen [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang