Part 37

708 20 0
                                    

"I'm not the only one."

Aneska Zoya Raveena

***

Setelah kejadian malam itu, aku tidak pernah melihat Galen sama sekali. Meskipun kami berada disatu lingkungan yang sama, Galen seperti hilang di telan bumi. Bahkan pesanku belum dibalas sampai saat ini. Saat hari H ulang tahun sekolah kemarin dia juga tidak ada, padahal perannya sebagai ketua OSIS sangat diperlukan.

Aku sudah bertanya pada Kak Evan yang notabenya sebagai teman sekelas Galen, tapi dia juga tidak tahu keberadaan Galen. Galen memang tidak bolos, tapi tidak ada yang melihatnya. Saat bertanya pada Fely, dia memberiku saran agar bertanya pada Safira. Awalnya aku menolak, karena berfikir tidak mungkin Safira lebih tau tentang Galen dariku, pacarnya.

Tidak ada pilihan lain, sekarang di sinilah aku. Berdiri diambang pintu kelas untuk mencari keberadaan Safira. Pandanganku mengitari seisi kelas, tapi aku tidak menemukannya.

"Eh, eh, Safira di mana ya?" Tanyaku pada cewek yang akan keluar kelas. Melihat name tag yang ada dibajunya, dapat kubaca jika namanya Sindi. Dia menatapku sejenak dan mengedikkan bahu acuh.

Menyebalkan sekali, bisa-bisanya mereka menghilang diwaktu yang sama. Hal itu membuatku semakin overthinking. Apa Galen ingin mempermainkanku? Dia sama sekali tidak mengabariku. Apa dia sudah tidak sayang padaku? Apa dia lebih memilih Safira? Dianggap apa aku selama ini? Semua pikiran itu terus berkecamuk di otakku.

Aku berjalan kembali ke kelas dan menghampiri Fely. Dari tatapannya dia seolah bertanya, bagaimana? Aku hanya  menggeleng dan merebahkan kepalaku di atas meja.

"Apa Galen selingkuh dari gw ya, Fel?" Tanyaku pada Fely dengan wajah tertekuk masam.

"Jangan mikir macem-macem dulu lah, Rav! Mungkin aja ini cuma kebetulan. Gimana kalo kita ke rooftop aja, mumpung jamkos?" Ajaknya penuh semangat sambil menaik turunkan alisnya. Aku menggeleng pelan. Rasanya aku sama sekali tidak bersemangat.

"Ayo lah, di sana pasti lo lebih seneng dan pikiran lo jadi lebih fresh. Ya, ya, ya?" Melihat wajahnya yang begitu antusias untuk menghiburku, akhirnya aku menyetujui ajakannya.

Kami berjalan menuju rooftop, menaiki anak tangga satu per satu. Cukup melelahkan, tapi tidak kurasakan. Disaat hatiku tidak bersahabat, aku tidak terlalu merasakan lelah fisik.

"Senyum napa sih, ntar kalo si Galen bener-bener selingkuh gw cariin yang lebih ganteng dari dia!" Ucap Fely dengan nada songongnya. Aku tersenyum simpul sambil geleng-geleng mendengar ucapannya.

Aku memegang gagang pintu rooftop dan membukanya. Betapa terkejutnya aku. Orang yang selama beberapa hari ini menghilang tanpa kabar tengah berduaan dengan wanita lain. Nafasku tercekat, hatiku seperti tertusuk ribuan jarum melihatnya.

Galen, dia bersama Safira duduk di sofa tua yang ada di rooftop. Yang membuat hatiku semakin salit adalah mereka ciuman. Safira memegang kedua pipi Galen, sedangkan Galen tidak memberontak dan terkesan pasrah dengan membalas memegang tangan Safira. Apa ini Rav? Semua ucapan Galen hanya omong kosong belaka. I'm not the only one. Kukira dia melakukannya hanya bersamaku, ternyata dugaanku salah. Apa aku serendah itu?

Tak kuat terus melihat adegan dua sejoli itu, aku kembali menutup pintu dengan keras. Fely sudah menatapku dengan tatapan prihatin. Mataku mulai memanas, dengan gontai aku berlari menuruni anak tangga.

"Rav! Tunggu!" Teriak Galen yang sepertinya mengetahui keberadaanku. Sayup-sayup aku mendengar Fely melarang Galen untuk mengejarku.

"Stop,Ga! Gw ga nyangka lo sebejat itu. Jangan ganggu sahabat gw lagi!" Peringat Fely yang kemudian mengejarku.

Air mataku jatuh begitu saja, aku menyandarkan punggungku ke dinding toilet. Aku menatap benci kearah cermin yang memantulkan bayanganku. Menyesal, satu kata yang menggambarkan perasaanku saat ini. Mungkin aku sudah biasa dipermainkan, tapi kali ini aku juga merasa jika aku sudah tidak punya harga diri. Dia yang mengambil first kiss ku malah menghianatiku.

Badanku melemas dan aku terjatuh. Aku memeluk lututku dan menyembunyikan wajahku. Dadaku terasa begitu sesak karena meredam suara tangisku.

"Rav, are you okey?" Tanya Fely yang baru saja masuk ke toilet. Terdengar langkah kakinya ingin mendekatiku, dengan segera aku menghentikan langkahnya.

"Gw pengen sendiri dulu, Fel. Gw harap lo ngerti." Lirihku tanpa menatapnya. Untung saja saat ini toilet sepi, membuatku semakin leluasa untuk menumpahkan air mataku.

Adegan di mana Galen tengah berciuman dengan Safira tadi terus saja berputar diotakku. Aku memeluk tubuhku sendiri, mengingat semua perlakuan manis Galen membuatku tidak percaya dia tega melakukan hal ini padaku. Mungkin ini alasan ayah melarangku untuk berpacaran.

Setelah selesai meluapkan semua kesedihanku aku beranjak dan membasuh wajahku di wastafel. Mataku sedikit sembab, hidungku juga memerah. Aku merapikan rambutku dan mencepolnya asal, setidaknya tidak seberantakan jika digerai.

Menghela nafas panjang, aku berjalan untuk keluar toilet. Baru saja membuka pintu sedikit, seseorang menyelinap masuk dan membuatku terlonjak kaget. Sontak aku mundur beberapa langkah. Aku memalingkan wajahku saat mengetahui itu Galen. Gila, beraninya dia masuk ke toilet cewek.

Tak ingin berlama-lama dengannya aku berniat keluar, tapi dia mencekal tanganku saat hendak memegang gagang pintu.

"Kamu salah paham, Rav. Plis, dengerin penjelasan aku dulu!" Galen menggenggam erat tanganku. Suaranya terdengar sangat menyesal, tapi aku tidak ingin luluh karena hal itu. Aku terus mengalihkan pandanganku kesegala arah, asal tidak bertatapan dengannya. Dan dengan susah payah aku berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya.

"Gaada yang perlu dijelasin! Mulai sekarang kita udah selesai, atau lebih tepatnya selesai sebelum memulai." Lirihku diakhir kalimat.

Double update karena malam ini ku gabut 😭
Enjoy guys...
Jangan lupa vote dan komennya 🤗

01 Agustus 2023

Galen [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang