Part 11

1.2K 28 0
                                    

Jantung ini selalu berdetak lebih cepat saat menatap wajahmu.

***

Pelajaran siang ini begitu membosankan bagiku. Aku sama sekali tidak fokus pada guru fisika yang tengah menjelaskan di depan. Pikiranku terus kemana-mana. Sedangkan Fely, dia terlihat sangat fokus pada pembelajaran. Niatku untuk mengajaknya bolos, akhirnya kuurungkan. Aku berdiri dari tempat dudukku dan berjalan ke depan. Semua mata langsung tertuju padaku.

"Bu, izin ke toilet." Bu Tari menoleh kearahku dan mempersilahkan.

Sebenarnya itu hanya alibiku untuk menghindari pelajaran. Tapi aku tetap pergi ke toilet untuk cuci muka. Aku pergi ke toilet dekat kelas XI, karena menurutku toilet itu cukup bersih dibandingkan toilet lain.

Sepanjang jalan, aku terus melihat kekanan dan kekiri. Semua kelas sibuk dengan pembelajaran masing-masing. Sampai di toilet, aku melihat kearah taman. Di sana terlihat ada kepulan asap rokok. Saat aku memicingkan mata, ternyata itu Galen. Dia duduk di bawah pohon sendirian sambil menikmati seputung rokok di tangannya.

"Sedang apa dia di sana? Berani-beraninya dia merokok di sekolah." Gumamku.

Aku tak menghiraukannya dan langsung masuk ke toilet. Aku menyalakan air dan mulai mencuci muka. Aku menatap kaca yang berada di atas wastafel, kutatap wajahku dalam-dalam. Tiba-tiba kenangan bersama Adrian menghantui pikiranku.

"Andai lo serius sama gw, ya." Aku tersenyum miring menatap sedih diriku sendiri.

"Siapa, Rav?" Aku terperanjat mendangar suara itu. Aku menoleh kearah pintu dan mendapati Galen berdiri di sana.

"Heh! Lo ngapain masuk toilet cewek?!" Galen menaikkan sebelah alisnya. Aku membelakangi wastafel memegang pinggirannya erat, takut jika Galen berbuat aneh-aneh.

"Seharusnya gw yang nanya, ngapain lo di toilet cowok?" Aku membelalakkan mataku, mendengar penuturannya. Jelas-jelas tadi aku masuk toilet cewek.

"Mesum ya, lo?" Tanyanya dengan nada meledek.

Ceklek! Tiba-tiba muncul 2 cowok dari bilik kamar mandi. Aku semakin malu melihatnya.

"Eh, sorry-sorry!" Aku berlalu keluar dengan kepala menunduk malu.

"Mau kemana?" Galen mencekal tanganku saat aku melewatinya. Aku memandangnya heran. Dia menarikku agar berdiri di depannya.

"Apa sih, Ga?" Aku menatapnya tajam, dan 2 cowok yang tadi berlalu melewati kami. Meninggalkan kami berdua di toilet. Aku semakin gugup dan takut.

"Lepasin, Ga! Gw mau ke kelas." Aku mencoba melepaskan cekalan tangannya, tapi percuma saja tenaganya lebih kuat dariku.

Bukannya melepaskan tanganku, Galen malah semakin mendekatkan wajahnya kearahku, sampai deru nafas kami beradu. Entah kenapa perutku terasa aneh, dan jantungku berdegup dengan kencang. Galen terus menatap mataku, sampai akhirnya aku mengalihkan pandanganku.

"Yaudah, sana balik!" Dengan santainya dia melepas tanganku dan berlalu masuk ke bilik kamar mandi. Aku menatapnya cengo.

"Bisa-bisanya dia sesantai itu udah bikin gw jantungan." Gumamku.

Aku memutuskan untuk keluar dan menunggu Galen di depan toilet. Aku bersandar di tembok dan melipat kedua tanganku di depan dada, sambil memperhatikan sekitar.

"Lo ngapain masih di sini?" Ucap Galen mengalihkan perhatianku.

"Nungguin lo!" Jawabku santai.

"Kenapa?" Galen menaikkan sebelah alisnya.

"Lo lupa ya? Kan tadi lo yang ngajak ketemu di kantin, tapi lo sendiri yang ga dateng. Gimana sih, masih muda kok pikun." Ucapku dengan nada lirih diakhir yang berhasil membuat Galen melotot.

"Em.. Sorry gw lupa, tadi ada urusan sama Pak Adi masalah OSIS." Aku mengangguk paham.

"Jadi, ada apa?"

"Sini ikut gw!" Galen menarik tanganku agar mengikutinya.

"Mau kemana? Gw bisa jalan sendiri, gausah ditarik-tarik, ish!" Dengan kesal aku berusaha menyeimbangkan langkahku dengannya. Galen membawaku ke kursi di taman dan mengajakku untuk duduk.

"Lo suka banget sih narik-narik gw." Gerutuku sambil mengelus pergelangan tanganku.

"Ya sorry."

"Maaf lo ga gw terima!" Jawabku ketus dan memalingkan wajahku darinya. Galen menghela napas kasar.

"Arave, Galen minta maaf, ya!"

Deg!

Aku menatap Galen, dia memegang kedua telinganya dan memasang muka sedih seakan meminta maaf dengan tulus. Entah kenapa jantungku kembali berdebar melihat tingkahnya yang sangat menggemaskan di mataku. Aku terus menatapnya dengan perasaan bingung.

"Maafin Galen, ya?" Ucapnya menyadarkanku. Dengan gugup aku mengalihkan pandanganku darinya.

"Apaan sih, buruan ngomong. Ada apa?"  Tanyaku tanpa menatapnya.

"Bendahara kita ngundurin diri dari OSIS. Gw diminta buat nyari gantinya." Aku menaikkan sebelah alisku.

"Lah, terus?"

"Lo mau ya, jadi bendahara?"

"Hah?! Ga! Gw gamau ya. Lagian siapa yang setuju, sedangkan gw anggota baru." Aku menatapnya dengan kesal.

"Plis, Rav! Gw yakin, yang lain pada setuju kok." Aku menghela napas kasar.

"Kenapa mesti gw? Kenapa lo ga minta Safira aja?"

"Gw udah nawarin ke dia, tapi dia gamau. Tanggungjawabnya terlalu besar." Jawab Galen lesu.

"Terus kenapa lo maksa gw?"

"Karena lo harapan terakhir gw, Rav." Galen meraih tangan kananku dan menggenggamnya. Dia menatapku dengan penuh harap. Aku jadi tidak enak hati melihatnya.

"Yaudah, kasih gw waktu buat mikir!" Galen menatapku berbinar, sontak dia memelukku dan membuatku terkejut.

"Iih! Modus banget sih, lo!" Aku melepaskan pelukannya dengan kasar.

"Dasar buaya mesum!" Bukannya marah, Galen malah terkekeh.

"Gapapa, asal mesumnya sama lo." Ucapnya sambil menaik turunkan alisnya. Aku memutar bola mataku malas. "Thanks ya, Rav." Aku hanya berdehem menyautinya.

Aku menatap kosong kedepan. Tanpa menghiraukan Galen yang berada di sampingku. Kami berkutat dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya Galen memecah keheningan.

"Lo ga ke kelas, Rav?" Aku menatap Galen dan menggeleng.

"Kenapa?"

"Gw lagi males aja, jadi kabur deh. Lah lo ngapain bolos juga?"

"Sama, gw juga males belajar hari ini." Aku heran mendengar jawabannya.

"Lo kan ketos, kok ngasih contoh yang buruk sih? Ketos macam apa ini?"

"Gw juga manusia yang punya rasa males kali, Rav." Aku melihat Galen tersenyum hambar.

Tidak ada percakapan lagi, aku dan Galen menghabiskan waktu dengan berdiam diri di taman sambil menunggu waktu istirahat tiba. Untung saja tidak ada makhluk halus yang merasuki kami, karena situasi yang cukup sepi dan kondisi taman yang digosipkan angker.

11 Mei 2023

Galen [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang