Part 32

713 24 0
                                    

Cowok kalo online tapi ga bales, sebenernya ngapain sih?

***

Hari ini moodku sangat buruk. Mungkin karena aku sedang haid hari pertama. Tapi kali ini perutku tidak sesakit biasanya. Aku masih bisa melakukan banyak hal. Kepalaku pun tidak pusing. Hanya moodku saja yang sedang tidak bersahabat.

Banyaknya keramaian di luar tidak membuatku berniat untuk keluar. Aku lebih memilih duduk sendirian di ruang OSIS dengan lampu mati. Untung saja tidak banyak tugas yang harus kukerjakan saat ini. Keuangan sudah diatur oleh Linda, dan aku hanya membantu seperlunya.

Aku memasang earphone kekedua telingaku untuk mendengarkan musik sebagai penenang. Kupejamkan mataku untuk merasakan alunan musik yang membuat suasana hatiku membaik.

Galen? Jangan tanyakan dia! Dari pagi sampai siang ini, dia sama sekali tidak menemuiku. Bahkan pesan yang kukirim belum ia balas, padahal dia baru saja on sosmednya. Apalagi tadi Fely memberitahuku jika dia melihat Galen sedang bersama Safira. Hal ini membuatku semakin uring-uringan.

Ceklek!

Pintu terbuka dan lampu menyala. Sontak aku membuka mata dan memperbaiki posisi dudukku. Kulihat Kak Evan masuk dan menghampiriku.

"Lo ngapain di sini sendirian, Rav? Gelap-gelapan pula." Tanya Kak Evan setelah duduk di sampingku. Aku menghela napas panjang dan kembali bersandar.

"Gw lagi pengen menyendiri aja sih, kak. Di luar rame, males gw."

"Kok muka lo pucet, lo sakit?" Tangan Kak Evan terulur memegang dahiku untuk mengecek suhu badanku, tapi aku menepisnya pelan.

"Lagi pms aja, kak. Gw gapapa." Jawabku datar.

"Ouh, yaudah." Kak Evan mengangguk paham dan kini dia ikut bersandar di sofa sepertiku. Kami menatap lurus dengan pikiran masing-masing. Aku sama sekali tidak beriat untuk membuka pembicaraan. Sepertinya paham, Kak Evan menghela napas pelan.

"Gw keluar dulu deh, masih banyak kerjaan. Kalo lo butuh apa-apa hubungi gw aja."

"Ga butuh!" Bukan, itu bukan aku yang menjawab. Aku melirik kesumber suara. Galen, dia sudah berdiri di ambang pintu dengan tatapan tidak suka. Aku hanya meliriknya sekilas dan kembali bersandar, tidak berniat membuka suara.

Kak Evan beranjak tanpa memperdulikan ucapan Galen. Samar-samar aku mendengar ucapan Kak Evan, "Jagain cewek lo kalo lo gamau dia gw rebut." Kemudian pintu ditutup pelan.

Galen melangkah untuk duduk di sampingku. Karena masih kesal dengannya, aku mengalihkan pandanganku agar tidak menatapnya. Kami sama-sama diam, nafasku memburu menahan rasa kesal. Dengan menarik nafas panjang aku beranjak, tapi Galen mencekal tanganku.

"Kenapa?" Tanyaku datar tanpa niat untuk menatapnya. Aku berusaha melepaskan cekalan tangannya dengan sekuat tenagaku. Tapi percuma, tenaga Galen lebih kuat dariku.

"Ck! Apa sih?!" Aku berdecak kesal karena Galen tak kunjung bicara.

"Duduk!" Datar tapi tegas, satu kata yang Galen berhasil membuatku menuruti ucapannya. Dengan kasar aku kembali duduk. Kali ini aku menatapnya dengan tatapan tidak bersahabat.

"Ngapain berduaan sama Evan?"

"Gatau!" Jawabku cuek, wajah Galen masih saja datar.

"Kamu suka sama Evan?" Aku mengernyit heran mendengar pertanyaannya. Emosiku semakin tersulut menatapnya kali ini. Jelas-jelas dia yang tidak ada kabar, dan sekarang nuduh tidak jelas tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Maksud kamu apa sih?! Aku sama Kak Evan gaada apa-apa. We just friend, you know it!" Jawabku sedikit ngegas, terlihat ekspresi Galen langsung berubah tidak suka.

"Siapa yang ngajarin kamu ngomong ngegas kaya gitu kalo sama aku?" Kini nada bicara Galen sudah naik, tidak seperti tadi yang masih datar.

"Gatau!" Aku menyandarkan punggungku di sofa dengan kasar. Aku bersedekap dan mengalihkan pandanganku kearah lain.

"Kamu inget kan, sebelumnya kita juga temen. Gaada yang namanya cewek sama cowok temenan." Aku tersenyum miring mendengarnya.

"Oh ya?" Aku menjeda ucapanku. "Terus  kamu sama Safira apa?" Lanjutku dengan nada tidak terima. Aku tidak suka jika diatur seperti itu. Mungkin jika dia tidak dekat dengan Safira, aku akan menerima alasannya.

"Beda! Aku emang temenan sama Safira. Tapi cuma temen, ga lebih!" Belanya. Aku semakin tidak terima mendengarnya.

"Emang kamu pikir aku ga kaya gitu?!Kak Evan cuma aku anggap kakak, ga lebih! Lagian kalo kamu mau larang aku deket-deket sama cowok lain, kamu  harus bisa jauhin cewek lain juga! Jangan egois dong!" Ucapku menggebu dengan nafas yang memburu.

"Rav," Galen menarik bahuku agar aku menatapnya. "Aku sama Safira emang cuma temen. Aku ngelarang kamu deket-deket  sama Evan karena aku gamau kehilangan kamu. Aku bisa batesin diri aku sendiri kok." Lanjutnya. Aku tersenyum kecut.

"Jadi maksud kamu, aku gabisa batesin diri aku sendiri?" Galen terdiam.

"Kalo kamu egois kaya gini, mending kita putus aja!"

Duh duh duh, egois banget yak jadi cowok.

Nyebelin banget ga sih?

Kira-kira beneran putus ga nih? 🤣

28 Juli 2023

Galen [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang