Part 7

1.5K 40 0
                                    

Hari ini tidak seperti biasanya aku berangkat pagi, karena ini adalah hari pertamaku sebagai anggota OSIS untuk membantu menyiapkan upacara bendera. Aku berangkat jam 06.00, hanya beberapa siswa yang sudah datang. Aku menghela napas berjalan menyusuri koridor menuju kelasku.

Sampai di kelas, tak satupun siswa ada di kelas, masih sepi. Dengan pelan aku berjalan menuju tempat dudukku untuk meletakkan tas. Aku kembali keluar untuk menuju keruang OSIS masih menggunakan hoodie hitam kesayanganku.

Ruang OSIS pun masih sepi, sepertinya aku berangkat terlalu pagi. Aku menghela napas kasar dan menarik sebuah kursi untuk duduk. Karena perutku sakit, aku merebahkan kepalaku di meja dengan tumpuan tangan. Ya, ternyata semalam perutku sakit karena ada tamu bulanan yang datang menghampiriku. Sayup-sayup aku memejamkan mataku sambil menunggu yang lain datang.

"Rav, bangun. Kok lo tidur di sini sih?" Aku membuka mataku perlahan dan mendapati wajah Galen tepat di hadapanku dengan tangan mengelus kepalaku. Aku yang baru sepenuhnya sadar membelalakkan mataku, terjingkat kaget dan menepis tangannya.

"Sorry, gw ketiduran." Jawabku gugup sambil membenarkan pakaianku.

"Lo sakit?" Dengan cepat aku menggeleng.

"Lo sendirian, Ga?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan. Galen mengangguk.

"Muka lo pucet, Rav. Gw anter ke UKS aja ya?" Aku menggeleng pelan.

"Gausah, gw gapapa kok. Emang lagi dapet aja, jadi agak lemes." Galen diam menatapku. "Ini gw harus ngapain? Apa aja yang harus disiapin buat upacara nanti?" Aku mengalihkan pandanganku dari Galen. Entah kenapa perasaanku jadi aneh jika ditatap olehnya seperti itu.

"Gaada, lo gaperlu ngapa-ngapain. Istirahat di sini aja, biar gw yang ngerjain." Nada suaranya terdengar sedikit kawatir. Perhatian kecil darinya sedikit membuatku terbang.

"Tapi gw ga mau." Galen menghela napas kasar mendengarkanku yang masih kekeh pada pendirian.

"Lo ga bareng Safira?" Tanyaku sambil melihat kesekitar. Galen menaikkan sebelah alisnya.

"Iya tadi gw bareng dia, tapi dia ke kelas dulu buat naruh tas, katanya." Aku hanya mengangguk dan mulai berdiri. Namun saat aku ingin berdiri tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing, dan aku kembali duduk dengan memegangi kepalaku.

"Tuh kan, lo kenapa-kenapa. Ikut gw ke UKS sekarang." Tanpa babibu Galen mengangkatku ala bridalstyle. Aku yang tidak bisa melawan, hanya bisa pasrah mengalungkan tanganku pada lehernya dan bersandar pada dada bidangnya.

Galen berjalan keluar membawaku menuju ke UKS. Baru satu langkah keluar, Safira datang dan bertanya pada Galen, "Arave kenapa kak?" Sambil memejamkan mata menahan rasa pening, aku mendengar pertanyaannya.

"Dia sakit, lo gantiin dia buat nyiapin upacara nanti." Setelah itu tidak ada lagi percakapan, Safira terlihat mengangguk paham.

Sesampainya di UKS Galen langsung merebahkan tubuhku di ranjang. UKS masih sepi, Galen terlihat bingung harus berbuat apa.

"Lo pergi aja, gw gapapa kok sendirian. Gw udah biasa kaya gini tiap datang bulan, kurang darah kayanya." Jelasku.

"Tapi gw kawatir sama lo." Senyum tipis terukir di bibirku mendengar ucapan Galen. Entahlah, itu terjadi begitu saja. Galen terus menatapku kawatir.

"Gw beliin lo teh anget dulu." Galen beranjak pergi, "Lo udah sarapan belum?" Dia berbalik menatapku.

"Belum sih." Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

"Oke lo istirahat aja, gw beli dulu." Aku mengangguk.

Aku memejamkan mataku dengan harapan rasa pening di kepalaku sedikit berkurang. Baru sebentar aku memejamkan mata, terdengar suara pintu terbuka.

Galen [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang