Part 26

791 24 0
                                    

Suasana kantin siang ini sangat ramai, bahkan bangku yang tersedia sampai tidak cukup untuk menampung banyaknya siswa. Untung saja aku dan Fely datang cukup awal. Kami mendapat kursi yang berada di pojok, sesuai kesukaanku hehe..

"Fel, lo gamau ikut lomba?" Tanyaku membuka pembicaraan.

"Lomba apaan? Emang lo liat bakat apaan di gw? Lagian bukannya semua lomba buat cowok ya?" Jawabnya sedikit ngegas.

"Ya kan ada lomba hias kelas, lo gamau bantu gitu?"

"Ogah banget, mending turu." Aku menghela napas kasar. Tak ada percakapan lagi, kami kembali fokus pada makanan masing-masing.

"Rav, gw mau ngomong." Ucap Kak Evan yang sudah berdiri di hadapanku.

"Mau ngomong apa kak?"

"Jangan di sini," Ucapnya sambil melirik Fely, sedangkan yang dilirik hanya acuh.

"Yaudah. Fel, gw pergi dulu ya, nanti lo langsung ke kelas aja, gausah nungguin gw." Fely hanya mengangguk sambil mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

Aku berjalan beriringan dengan Kak Evan. Entah kemana dia akan membawaku pergi. Ekspresinya terlihat datar, tidak seceria biasanya.

"Mau ngobrol di mana kak?" Tanyaku sambil terus berjalan, tapi Kak Evan tidak menjawab. Hal itu membuatku menggaruk tengkukku yang tidak gatal karena bingung.

Sampai di taman dekat kelas XI yang sepi, Kak Evan mengajakku untuk duduk. Tapi Kak Evan masih saja diam dan terus menatap kedepan. Sedangkan aku merasa tidak nyaman dengan situasi ini.

"Mau ngomong apa sih, kak?" Geramku melihatnya yang terus saja diam.

"Lo lupa ya? Gw kemarin nembak lo," Ucapnya lalu menatapku teduh. Mendengar penuturannya membuatku bingung harus menjawab apa, pasalnya Galen sudah mengklaim aku sebagai pacarnya. Meskipun aku tidak mengiyakan, tapi perasaanku memang untuk Galen.

"Kok diem, Rav?" Aku menatapnya sejenak.

"Emm, gimana ya kak. Gw sebenernya cuma nganggep lo sebagai kakak. Gw ga pengen ngerusak hubungan baik kita karena masalah cinta." Ucapku dengan hati-hati, takut Kak Evan marah.

"Maaf ya, kak." Kak Evan tersenyum kecut dan kembali menatap kosong kearah depan.

Sebenarnya aku sedikit tidak percaya, semudah itukah Kak Evan suka denganku? Padahal kami kenal belum terlalu lama. Begitupun Galen, memangnya apa yang mereka lihat dariku?

***

Aku berjalan menyusuri koridor menuju kelas. Sebentar lagi bel berbunyi, aku mempercepat langkahku agar tidak terlambat sampai di kelas. Karena pelajaran selanjutnya gurunya sangat disiplin.

Tapi di tengah jalan Galen menghentikan langkahku. Dia berdiri tepat di hadapanku membuatku ngerem mendadak.

"Apa sih, Ga?" Tanyaku padanya dengan sedikit kesal.

"Dari mana?" Aku terdiam. "Dari mana sayang, hm? Kenapa aku cari di kelas cuma ada Fely?" Tanyanya lagi dengan lembut sambil mengusap pipiku. Dia memanggil aku-kamu? Jantungku tidak aman... Help!

"Ketemu Kak Evan," Jawabku datar.

"Ngapain?" Nada bicaranya langsung berubah 180° saat aku menyebut nama Kak Evan.

"Bukan urusan lo!" Aku hendak pergi tapi Galen mencekal tanganku. Dia menarikku dan menyudutkanku di tembok.

Karena tidak berani menatapnya aku menatap kearah samping, tapi dia memegang lembut daguku agar aku menatapnya dan berkata, "Kamu pacar aku, jadi jangan deket-deket sama Evan lagi, ngerti?" Bukannya menjawab aku malah fokus pada wajahnya yang sangat tampan jika seperti ini.

"Galen! Sedang apa kalian?" Teriak Pak Adi yang tiba-tiba muncul, membuat kami gelagapan dan mengubah posisi menjadi tertunduk di hadapan Pak Adi.

"Maaf pak," Ucap Galen, sedangkan aku hanya diam. Pak Adi datang mendekat dan menepuk pundak Galen.

"Lain kali kalo mau pacaran jangan di sekolah!"

Blush!

Pipiku memanas, aku terkejut dengan penuturan Pak Adi. Kukira beliau akan marah, nyatanya tidak seperti yang kubayangkan. Mungkin karena Galen sudah sangat dekat dengan Pak Adi.

"Siap, pak!" Jawab Galen sopan sambil tersenyum.

"Sudah, masuk kelas sekarang!"

"Permisi pak!" Ucapku sambil sedikit membungkuk melewati Pak Adi. Sedangkan Galen masih terdiam di tempat.

***

Sampai kelas tepat sekali bel langsung berbunyi. Aku menghampiri Fely yang tengah membaca novel.

"Novel teroos!" Sindirku setelah duduk di sampingnya. Sedangkan Fely tak menghiraukanku, menyebalkan bukan?

"Lo ngapain aja sama Kak Evan?" Tanya Fely setelah menutup novelnya dan menatapku.

"Gaada, cuma ngasih jawaban dari pertanyaannya."

"Jawaban apa? Pacar lo nyariin mulu dari tadi." Aku mengernyit bingung.

"Ck! Galen."

"Ouh, udah ketemu dia tadi." Jawabku santai.

"Jadi, kalian udah resmi pacaran?!" Teriak Fely membuat seisi kelas langsung terdiam. Bisa-bisanya dia bersikap seperti itu. Aku menepuk jidat, malu dengan pertanyaan Fely.

"Kalo ngomong pelan-pelan dodol!" Ucapku menekan setiap katanya.

"Ya habisnya lo ga pernah cerita ke gw," Fely menekuk wajahnya seolah menunjukkan bahwa dia tengah merajuk padaku.

"Bukannya gitu, gw aja masih ragu sama dia."

"Kalo ragu kenapa pacaran dodol!" Aku menghela napas kasar.

"Galennya aja yang maksa."

"Tapi lo ada perasaan sama dia ga? Macem-macem sama sepupu gw, gw sikat lo!" Ancamnya membuatku memutar bola mataku malas.

"Ya gw suka sama dia, tapi lo tau sendiri kan kalo gw gaboleh pacaran." Ucapku lesu sambil meletakkan kepalaku di atas meja dengan tumpuan tangan.

"Ya lo ngomong ke Galennya, gw yakin dia pasti bakal merjuangin lo kok."

"Tau ah, pusing gw."

Aku merenungkan perkataan Fely, mungkin saja jika aku berterus terang dengan Galen kami bisa mengatasi masalah ini bersama. Daripada aku terus-terusan berbohong dan pastinya akan menambah dosa.

05 Juli 2023

Galen [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang