Part 34

698 23 0
                                    

"Kemarin cowok yang main kesini waktu ayah sama ibu ga di rumah itu siapa?"

Deg! Mampus!

Aku terdiam mendengar pertanyaan ayah. 'Kok ayah bisa tau?' batinku. Aku terus memutar otak untuk memberi jawaban yang tepat. Ayah dan ibu terus menatap kearahku dan membuatku semakin gugup.

"I-itu Galen, yah." Jawabku terbata. Tak ada respon. Sepertinya ayah menunggu penjelasanku selanjutnya.

"Kemarin dia cuma main bentar kok, terus pulang." Jelasku, takut salah bicara. Tatapan ayah masih saja datar dan penuh intimidasi. Suasana seakan menggelap.

"Dia pacar kamu?"

Damn!

Aku tidak bisa menjawab. Melihat kebisuanku seakan ayah bisa membaca pikiranku.

"Sejak kapan?" Tanya ayah lagi. Aku meremas jari-jariku kuat. Entah bagaimana nasibku setelah ini.

"Jujur, Vin, ayah sama ibu gaakan marah kok." Bujuk ibu dengan lembut. Aku menggigit bibir bawahku, ragu untuk berbicara.

"Be-belum lama kok, yah." Aku semakin menunduk, tidak berani menatap ayah.

"Kamu lupa sama cita-cita kamu?! Kamu mau sekolah apa cuma mau pacaran ga jelas?!" Sangat tajam sampai menusuk kehatiku. Tak terasa air mataku sudah mengalir mendengar ucapan ayah.

"Tenang, yah!" Ucap ibu menenangkan ayah. Dengan cepat aku berlari ke kamar dan mengunci pintu dari dalam.

Apa aku harus selalu menutupi perasaanku? Apa saat aku punya cita-cita, aku juga harus mengorbankan perasaanku? Apa aku tidak bisa seperti orang lain yang dengan bebas mengekspresikan perasaan mereka? Kenapa gaada yang bisa ngertiin?

Semua pertanyaan itu yang selalu terlintas dibenakku ketika ayah menyinggung cita-citaku. Aku hanya ingin dipercaya. Lagipula aku yakin, pacaran tidak akan mengganggu fokusku pada cita-citaku. Yeah, I trust it!

Aku menangis dengan keadaan tengkurap sampai lelah, dan rasa kantuk mulai menguasaiku. Kupejamkan mataku, tak lama aku sudah terlelap.

***

Hari ini aku menyibukkan diriku untuk membantu segala sesuatu dalam perlombaan. Meskipun sebenarnya semua tugas sudah dibagi perorang. Hal ini kulakukan untuk menghindari Galen. Bahkan pesannya dari semalam belum kubalas. Entah dia akan berfikir apa, yang jelas untuk saat ini aku hanya ingin suasana di rumah kembali tenang dan tidak tegang.

Pagi ini aku tidak bertemu ayah saat sarapan. Kata ibu, ayah sudah berangkat sejak aku belum bangun. Mungkin lebih tepatnya tidak ingin bertemu denganku.

"Rav!" Aku menoleh kesumber suara, ternyata Fely. Aku menghentikan langkahku saat Fely menghampiriku.

"Kenapa Fel?" Tangan Fely kini sudah melingkar di lenganku. Kami berjalan tanpa tujuan.

"Lo dicariin Galen tau. Kemana aja sih?" Tanyanya sambil menatapku.

"Gw sibuk tadi." Fely mengangguk paham. Tak ingin terlalu jauh membicarakan Galen, aku mengalihkan pembicaraan.

"Btw, gimana persiapan kelas kita?" Fely  menatapku curiga.

"Ada apa nih? Tumben banget lo nanya-nanya soal kelas? Biasanya juga bodo amat." Aku menghela nafas panjang. 'Apa terlalu kentara?' Batinku.

"Lo ada masalah sama Galen ya?" Tanyanya penuh selidik, aku meliriknya sekilas.

"Gaada kok."

"Gausah boong deh, Rav!"

Aku dan Fely duduk di bangku yang ada di koridor. Aku menceritakan semua kejadian yang terjadi semalam padanya. Fely mendengarkannya dengan serius, mencoba untuk memahami situasiku.

***

Aku menyusuri koridor menuju kantin sendirian. Setelah bercerita panjang lebar dengan Fely tadi, dia kembali ke kelas untuk membantu Siti. Aku berjalan dengan santai sambil melihat sekeliling. Tak sengaja pandanganku bertemu dengan Galen yang tengah berbicara dengan Rafi.

"Rav!" Melihat dia yang berlari menghampiriku, sontak aku berlari menjauh. Bukan apa-apa aku hanya tidak ingin bertemu dengannya untuk sementara. Ya, meskipun tadi Fely memintaku untuk menjelaskan masalah yang kualami. Tetap saja aku belum siap.

"Tunggu, Rav!" Teriak Galen membuatku semakin cepat untuk berlari.

Cukup jauh aku berlari menghindari Galen. Saat aku menoleh sepertinya dia sudah tidak mengejarku lagi. Aku membungkuk dan menumpukan kedua tanganku di lutut untuk menetralkan nafasku.

Greb!

Aku terjingkat kaget saat ada yang memelukku dari belakang. Aku sedikit menoleh kebelakang, ternyata Galen. Untung saja koridor saat ini sedang sepi.

"Lepas, Ga!" Aku mencoba melepaskan tangannya yang melingkar di perutku. Kepalanya dia tenggelamkan di ceruk leherku. Galen sama sekali tidak meresponku. Kurasakan pundakku mulai basah. Galen menangis? Pelukannya pun mulai melonggar, aku memutar badanku agar berhadapan dengannya.

"Jangan tinggalin aku, Rav!" Cicitnya pelan. Melihatnya seperti ini membuat dadaku sesak. Aku menangkup wajahnya dan mengusap air matanya lembut.

"Maaf, Ga!" Ucapku tulus sambil mengusap pipi dan beralih kerahang tegasnya. Galen kembali memelukku dan aku membalas pelukannya. Kuusap punggungnya untuk memberi ketenangan.

Kini aku dan Galen berada di belakang gudang dekat kantin. Kami duduk di bangku tua yang ada di sana. Tangan kiri Galen merangkul pundakku dan aku bersandar di dada bidangnya. Untungnya tempat ini tidak banyak dilalui siswa, jadi kami cukup leluasa untuk berpacaran wkwk.. Nakal banget ga sih? :'

"Aku mau ketemu ayah sama ibu kamu." Satu kalimat itu sontak membuatku berdiri menatap bingung kearah Galen. Ya, aku sudah menceritakan apa yang terjadi semalam. Galen menarik pergelangan tanganku agar kembali duduk.

"Mau ngapain?"

"Minta maaf lah, aku kan udah masuk kerumah kamu sembarangan pas gaada orang." Galen mengusap surai rambutku.

"Tapi aku masih takut, Ga." Ucapku menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Dengerin aku," Galen membawaku kedalam dekapannya. "Kalo kita gini terus, masalahnya gaakan selesai. Pasti suatu saat akan nambah masalah baru." Lanjutnya. Mendengar itu aku semakin menduselkan kepalaku di dada bidangnya untuk mencari kenyamanan. Dia terus mengusap kepalaku lembut.

"Boleh ya?" Tanyanya memastikan. Aku berfikir sejenak, sampai akhirnya aku mengangguk pelan dalam pelukannya.

"Jadi, kapan aku bisa ketemu ayah sama ibu kamu?" Aku mendongak menatapnya.

"Nanti aku atur waktunya." Galen tersenyum dan mengecup puncak kepalaku singkat.

Bakal update tiap hari deh kayaknya
Jangan lupa vote dan komen ya....

30 Juli 2023

Galen [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang