Part 18

832 24 0
                                    

"Dalam sekejap kamu bersikap seolah-olah tidak mengenalku dan seperti tidak terjadi apa-apa."

***

Hari yang tidak bersahabat, pagi ini aku berlarian dari parkiran menuju kelas, karena aku bangun kesiangan. Untungnya tidak ada upacara bendera hari ini. Sepanjang koridor tidak ada satupun siswa yang berada di luar kelas. Aku mempercepat lariku, takut jika guru sudah datang ke kelas.

Tepat sampai di depan pintu kelas, aku melihat Bu Ema tengah menjelaskan materi. Karena aku malas dihukum, aku memutuskan untuk bolos pelajaran hari ini. Tidak semua, hanya pelajaran Bu Ema saja.

Aku berniat bolos di ruang OSIS, sekedar menenangkan pikiran saja, sepertinya di sana aman. Di tengah perjalanan menuju ruang OSIS, aku berpapasan dengan Galen. Tapi dia seolah-olah tidak melihatku, dia mengabaikanku. Ada rasa kecewa di dalam hatiku.

"Aneh banget sih tu anak. Kemarin aja gangguin gw mulu, terus berubah cuek lagi. Huft!" Aku menghela napas kasar. "Kendaliin perasaan lo, Rav! Galen cuma php-in lo!" Gumamku sambil menguatkan pertahananku agar tidak terbawa perasaan.

Tak ambil pusing aku melanjutkan langkahku. Aku sedikit mempercepat langkahku, takut jika bertemu guru. Pasalnya, aku masih membawa tasku. Jika ketahuan bolos pasti dihukum.

***

Aku membuka pintu ruang OSIS yang tidak terkunci. Gelap, sepertinya tidak ada orang di dalam. Aku membiarkannya gelap dan meletakkan tasku sembarang di atas meja, mendudukkan bokongku di sofa pojokan. Tenang, itulah yang kurasakan saat ini. Kupejamkan mataku untuk mencari kenyamanan.

Bruk!

Aku membuka mataku ketika mendengar sesuatu yang jatuh. Suasana yang gelap membuat buku kuduku berdiri. Suaranya terdengar dari belakang, aku memberanikan diri untuk menghampiri sumber suara itu.

Srakk!

Suara itu semakin jelas saat aku mendekati ruang ketua OSIS. Ya, ruangan yang berada di pojok belakang itu digunakan sebagai ruang ketua OSIS. Akupun bingung, kenapa harus memiliki ruangan sendiri.

Aku semakin mendekat dan memegang gagang pintu, bersiap untuk membukanya. Aku melakukannya sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara. Benar saja, ada bayangan seseorang yang sedang mencari sesuatu menggunakan flash ponselnya. Saat aku menajamkan penglihatanku, aku seperti mengenalnya. Aku meraba saklar yang berada di dekat pintu dan menyalakan lampu.

"Kak Evan?" Sang pemilik nama pun menoleh.

"Gw kira hantu, lo ngapain kak?" Kak Evan mematikan flash ponselnya dan menghampiriku yang berdiri di ambang pintu.

"Gw lagi nyari proposal HUT sekolah tahun kemarin."

"Terus kenapa gelap-gelapan? Kan bisa nyalain lampunya. Lagian, kenapa ga minta sekretaris aja yang nyari?"

"Hehe, tadi Galen yang minta gw nyari, soalnya Sinta lagi ada ulangan." Kak Evan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Mau gw bantu?" Tawarku.

"Boleh." Aku mengangguk dan mengikutinya mulai mencari proposal ditumpukan berkas.

Aku mulai memilah satu tumpuk berkas  yang ada di meja. Tidak menemukan ditumpukan pertama, aku beralih mencari ditumpukan lain. Sedangkan Kak Evan mencari di lemari kecil yang ada di ruangan itu.

"Yang ini bukan, kak?" Tanyaku menunjukkan berkas dengan stopmap warna biru pada Kak Evan. Dia meraihnya dan mengeceknya untuk memastikan.

"Bener, Rav. Thanks ya." Aku tersenyum dan mengangguk. Aku kembali kedepan dan duduk di sofa, tak lupa aku menyalakan lampu.

"Lo kok ada di sini, emang gaada pelajaran?" Kak Evan duduk di bangku depanku dengan meja sebagai penghalang.

"Gw bolos kak. Tadi gw telat, daripada dihukum mending bolos sekalian." Ucapku sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal.

"Ternyata lo nakal juga ya." Dia tersenyum menatapku, aku yang ditatap  hanya cengengesan. "Yaudah, gw pergi dulu ya," Pamitnya.

"Oke kak."

***

Jam istirahat sudah tiba, karena keenakan aku bolos 4 jam pelajaran. Fely sudah menelfonku terus dari tadi, tapi aku tak menghiraukannya. Karena tidak sempat sarapan tadi pagi, aku berniat pergi ke kantin dan meninggalkan tasku di ruang OSIS.

Dari kejauhan aku melihat Fely berjalan bersama Siti menuju kantin. Aku mengejarnya, berniat mengagetkannya dari belakang. Aku mulai mengendap dan bersiap mengejutkannya. Tapi saat aku ingin mengagetkannya, Fely berbalik terlebih dahulu.

"Ngapain lo?" Tanyanya datar, sedangkan Siti tersenyum padaku.

"Hehe, gapapa." Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal dan merangkulnya. Kami bejalan beriringan menuju kantin.

"Gw kira ga masuk. Lo kemana sih? Malah bolos." Tanya Fely dengan nada yang tidak bersahabat.

"Gw tidur di ruang OSIS." Jawabku sambil nyengir memperlihatkan deret gigiku. Sedangkan Siti hanya diam dan memperhatikan kami.

"Dasar kebo!"

Sesampainya di kantin, kami memesan makan dan minum. Untungnya kantin tidak terlalu ramai, jadi kami tidak perlu mengantre. Kami memilih kursi kosong dipojokan. Entah kenapa aku lebih suka mojok wkwk.

"Tadi ada tugas ga Fel?" Tanyaku membuka pembicaraan.

"Gaada sih, lagian lo kenapa bolos segala sih?" Siti menatapku bingung.

"Males aja." Jawabku santai.

"Gw boleh gabung ga?" Aku mendongak melihat Kak Evan yang tengah membawa nampan berisi makanan.

"Boleh, kak." Jawab Siti, aku dan Fely hanya tersenyum. Kak Evan duduk di sebelah Siti, lebih tepatnya di hadapanku.

"Kalian satu kelas ya?" Tanya Kak Evan basa-basi.

"Iya kak, kakak anggota OSIS kan?" Kak Evan mengangguk, mengiyakan pertanyaan Siti.

"Pantesan mau gabung sama adek kelas, kenal Arave tah,"

"Kak Evan ini tetangga gw loh, Sit." Sahut Fely, aku hanya diam mendengarkan sambil menikmati makananku.

"Em.. Baru tau gw," Ucap Siti sambil manggut-manggut.

Saat melihat sekeliling, aku mendapati Galen yang tengah memesan makanan. Aku terus menatapnya dari belakang. Ada rasa sedih saat mengingat dia menjadi cuek padaku. Pandangan kami bertemu, membuatku salah tingkah dan akhirnya aku kembali fokus pada makananku.

Kak Evan yang sepertinya tengah memperhatikanku menoleh ke belakang.

"Ga, sini gabung!" Teriak Kak Evan sambil melambai ke Galen. Sontak aku kembali melihat kearahnya. Dia berjalan menghampiri kami dan duduk di samping Kak Evan. Siti tersenyum ramah pada Galen, namun dia tidak menanggapinya. Bahkan aku yang ada dihadapannya pun tidak dianggap. Sedangkan Fely, dia asik-asik saja memakan baksonya.

"Van, nanti tolong lo atur ya buat rapat persiapan HUT sekolah." Ucap Galen sambil menyantap ayam gepreknya.

"Bukannya masih lama ya, Ga?" Tanya Kak Evan, aku hanya mendengarkannya dan terus fokus memakan nasi uduk.

"Satu bulan itu singkat, Van." Jawab Galen datar.

"Oke deh, nanti gw atur."

Hening! Tidak ada lagi percakapan diantara kami. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang menghiasi meja kami.

29 Mei 2023

Galen [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang