25. FANDAGO

449 45 0
                                    

Ketika nafas perlahan tertarik, di perasaan mu yang enggan mencintai diri sendiri. Hingga menyalahkan, memojokkan segalanya dengan alasan kaulah sang tersangka.

Tidak pernah merasa cukup bisa, aku yakin tangan-tangan itu sebenarnya sudah cukup lelah. Namun karna pandangan yang belum memburam, kau pun yakin. Bahwa kau pasti bisa, kau tidak mungkin kehilangan segala semangat itu.

Namun siapa sangka? Dari awal mereka memang sudah tewas. Tidak ada disana dan tanpa jejak, hingga kau harus menerka ulang. 

Perasaan marah pada dirinya sendiri, ajarkan mereka berdua untuk melihat sisi terbaik dari keduanya. Bahwa, mencintai diri sendiri itu penting dan bukanlah permainan.

Ajarkan si blonde, juga si silver. Agar mereka paham, dan dapat menerima segala kurang didalam bayangan masing-masing.

----

Mereka berdiri di balkon kamar mereka. Gojo melirik, tatapan yang tak menandakan apapun, kecuali bahwa ia sedang berpikir.

"Jadi? Sampai kapan kita disini?" Nanami pun mengajukan suaranya.

Memecah hening si silver ketika ia sedang asyik terbuai dalam pikiran. "Ah-um.. kira-kira sampai kapan?" Gojo memutar pertanyaan, sementara Nanami? Dia hanya mendengar. Enggan menoleh.

"Aku tidak pernah mengabaikan pekerjaan ku. Melakukan hal ini menimbulkan pertanyaan tersendiri." Ujarnya. Ia meratapi pemandangan, tanpa berkutik.

Lagi-lagi kepala Gojo membuat sebuah kalimat, kalimat tanya yang kurang ia pahami di ujaran Nanami barusan.

"Aku bertanya-tanya jika ini adalah hal yang memang aku butuhkan?" Tambahnya.

Setelah mendengar kalimat tadi, barulah ia paham dengan perkataan si blonde.

"Nanami-kun apa kamu sedang merasa buang-buang waktu?" Gojo  menyeimbangi, ia pun melontarkan hal yang langsung mengenai maksud orang disebelahnya.

Lagi-lagi Nanami tidak memberikan reaksi yang menonjol, ia hanya diam mendengar tidak berusaha bergelagat apapun lagi.

Gojo mengerti, kalau orang sudah berperilaku seperti ini, pastilah ada sesuatu yang mengganjal pikirannya.

Ia pun menarik tengkuk Nanami, memaksanya menoleh dan memberikan ciuman ringan.

Tidak ada perlawanan dari manusia dingin itu, ia malah menyambutnya seolah biasa saja.

Gojo melepas perekatan bibir mereka, kemudian menatap sedikit kebawah dengan bulu mata nya yang lentik sebagai selimut. Dicampur silauan matahari, lagi dan lagi Gojo tampak bersinar dan cantik.

"Apa ada sesuatu yang mengganjal pikiranmu?" Dia melontarkan pertanyaan bak manipulasi.

Nanami melirikkan matanya kesamping, ketika monolid nya dan biru Gojo saling bertaut.

Gojo pun tersenyum. Semu pipi Nanami dapat terlihat, dan hal itu memberikan sensasi aneh didalam tubuhnya.

Kemudian tanpa basa-basi dia kembali melakukan hal serupa hingga Nanami terpaksa memundurkan langkahnya sedikit.

"Nanami-kun bagaimana bisa kau sangat manis?"

"Ada apa denganmu? Aneh." Nanami memundurkan langkahnya, menepis tangan Gojo. Sedang, ia hanya disambut oleh tawa yang tipis.

Suasana yang menyenangkan, walaupun sempat sepi. Bukan seorang albino jika ia tidak bisa membuat siapapun menyerah padanya.

Dan pada akhirnya, Gojo berbalik ke arah pagar balkon mereka. Melihat ke arah langit dengan ekspresi yang tiba-tiba tidak dapat diperjelas.

Would Never Fall (GOJO X NANAMI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang